Untuk itu, Agus juga masih meragukan dukungan Golkar ke Edy Rahmayadi-Ijeck. Sebab, koalisi di Pilgubsu masih akan dipengaruhi koalisi di pusat. Dan, saat ini Golkar mesra dengan pemerintah. Sedangkan Edy-Ijeck sendiri didukung koalisi oposisi, yakni Gerindra, PKS dan PAN.
“Memang tidak mustahil Golkar mendukung Edy-Ijeck. Tapi saya memprediksi Golkar lebih cenderung akan membentuk poros baru, jika memang benar-benar mencabut dukungan dari Tengku Erry. Bisa saja mereka berkoalisi dengan PDIP, yang hingga kini belum menentukan dukungan. Apalagi Golkar dan PDIP mesra di pusat. Semua masih bisa terjadi sebelum pendaftaran pasangan nanti,” pungkasnya.
Sementara, Pengamat Politik Faisal Mahrawa melihat, penarikan dukungan Golkar tidak terlepas dari hubungan Tengku Erry dan Ngogesa Sitepu yang beberapa waktu lalu sempat memanas. “Keengganan Tengku Erry dipasangkan dengan Ngogesa bisa jadi salah satu alasannya,” ujarnya.
Peralihan pucuk pimpinan usai Munaslub beberapa waktu lalu, diyakininya juga menjadi salah satu faktor pendukung lain. “Golkar membaca situasi dari perkembangan dan dinamika politik baik nasional maupun lokal Sumut. Popularitas dan elektabilitas ERAMAS (Edy-Ijeck) semakin menaik. Sementara TEN (Tengku Erry) cenderung turun,” sebutnya.
Fenomena ini, kata dia, membuat DPP Golkar mengalihkan dukungannya. Karena potensi kemenangan ada di ERAMAS. ” Golkar menarik dukungannya, jangan-jangan atas perintah istana. Sepertinya begitu,” kata akademisi asal USU itu.
Faisal mengatakan akan ada reaksi dari beberapa pihak yang tidak setuju dengan pengalihan dukungan. “Konsekuensi tetap ada. Insubordinasi dalam sebuah parrai adalah hal tabu. Yang tidak setuju mungkin pihak-pihak yang kurang setuju atau kurang suka kepada Edy-Ijeck,” bebernya. (dik/prn/bal/adz)
Untuk itu, Agus juga masih meragukan dukungan Golkar ke Edy Rahmayadi-Ijeck. Sebab, koalisi di Pilgubsu masih akan dipengaruhi koalisi di pusat. Dan, saat ini Golkar mesra dengan pemerintah. Sedangkan Edy-Ijeck sendiri didukung koalisi oposisi, yakni Gerindra, PKS dan PAN.
“Memang tidak mustahil Golkar mendukung Edy-Ijeck. Tapi saya memprediksi Golkar lebih cenderung akan membentuk poros baru, jika memang benar-benar mencabut dukungan dari Tengku Erry. Bisa saja mereka berkoalisi dengan PDIP, yang hingga kini belum menentukan dukungan. Apalagi Golkar dan PDIP mesra di pusat. Semua masih bisa terjadi sebelum pendaftaran pasangan nanti,” pungkasnya.
Sementara, Pengamat Politik Faisal Mahrawa melihat, penarikan dukungan Golkar tidak terlepas dari hubungan Tengku Erry dan Ngogesa Sitepu yang beberapa waktu lalu sempat memanas. “Keengganan Tengku Erry dipasangkan dengan Ngogesa bisa jadi salah satu alasannya,” ujarnya.
Peralihan pucuk pimpinan usai Munaslub beberapa waktu lalu, diyakininya juga menjadi salah satu faktor pendukung lain. “Golkar membaca situasi dari perkembangan dan dinamika politik baik nasional maupun lokal Sumut. Popularitas dan elektabilitas ERAMAS (Edy-Ijeck) semakin menaik. Sementara TEN (Tengku Erry) cenderung turun,” sebutnya.
Fenomena ini, kata dia, membuat DPP Golkar mengalihkan dukungannya. Karena potensi kemenangan ada di ERAMAS. ” Golkar menarik dukungannya, jangan-jangan atas perintah istana. Sepertinya begitu,” kata akademisi asal USU itu.
Faisal mengatakan akan ada reaksi dari beberapa pihak yang tidak setuju dengan pengalihan dukungan. “Konsekuensi tetap ada. Insubordinasi dalam sebuah parrai adalah hal tabu. Yang tidak setuju mungkin pihak-pihak yang kurang setuju atau kurang suka kepada Edy-Ijeck,” bebernya. (dik/prn/bal/adz)