25.6 C
Medan
Tuesday, May 21, 2024

Stok Obat Covid-19 di Sumut Cukup, Kabupaten/Kota Habis Persediaan, Lapor ke Dinkes Sumut

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) mengklaim, stok obat-obatan untuk pasien Covid-19 di Sumut masih mencukupi. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Sumut dr Aris Yudhariansyah mengatakan, bagi daerah di kabupaten/kota yang ketersediaan stok obat-obatannya mulai minim, diharapkan agar segera melaporkan ke Dinas Kesehatan Sumut.

“Obat-obatan Covid-19 di gudang kita masih tersedia. Kalau memang ada yang kurang obat-obat Covid-19 di kabupaten/kota, itu tinggal ajukan permintaan ke Dinkes Sumut dan kemudian kita suplai,” ujar Aris, Senin (2/8).

Menurut Aris, untuk obat-obatan Covid-19, dinas kesehatan di kabupaten/kota secara rutin melaporkan kondisinya ke Pemprov Sumut. Dengan begitu, diketahui ketersediaan stok obat-obatan di setiap daerah. “Kalau kurang, koordinasi karena kebutuhan obat mereka yang tahu. Tapi yang jelas, sampai sekarang masih cukup. Kalau masih kurang, kita minta ke pemerintah pusat,” katanya.

Sementara itu, terkait vaksinasi, Aris menyatakan telah kembali berjalan normal. Sebab, telah mendapatkan pasokan dari Jakarta. “Saat ini mulai didistribuskan ke kabupaten/kota di Sumut,” tukasnya.

Diketahui, lonjakan kasus Covid-19 sejak sebulan terakhir turut berimbas kepada peningkatan kebutuhan obat. Hal ini diakui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. “Obat yang banyak ditanyakan adalah tidak cukup atau tidak ada, kosong,” ujar Budi secara virtual, Senin (2/8). Budi mengaku sudah berbicara dengan GP Farmasi. Berdasarkan laporan, kapasitas produksi di pabrik-pabrik sudah dinaikkan hingga empat kali lipat. Namun, tetap tidak mampu mengejar lonjakan permintaan.

Kata dia, kecepatan produksi obat dengan permintaan obat tersebut tidak sesuai. Apalagi jika dilakukan impor bahan baku obat, produksi, distribusi ke apotek dan tahapan lainnya dibutuhkan waktu cukup lama, yaitu 4-6 minggu.

Budi menyebutkan, pada pekan pertama Agustus 2021 sudah mulai banyak obat-obatan terapi Covid-19 yang masuk dan tersedia. Untuk itu, dia meminta lima organisasi kedokteran supaya mengkaji tata laksana Covid-19 yang sesuai dengan varian delta. “Intervensi medisnya harus cepat dan komposisi obat yang digunakan berubah,” sebutnya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kenaikan kebutuhan obat terapi Covid-19 terus mengalami kenaikan. Pertengahan hingga akhir Juni, permintaan obat Covid-19 mencapai 2-4 kali. Angkanya terus naik hingga pada 7 Juli sampai sekitar 15 Juli naik 8-12 kali. Adapun hingga akhir Juli sedikit menurun sebanyak 8 kali.

Untuk obat jenis Remdesivir terpantau mengalami kekurangan stok. Kebutuhan obat ini mencapai 2,06 juta sementara stok yang tersedia ada 504 ribu. Kemenkes memperkirakan selama bulan Agustus bakal ada stok sebanyak 1,6 juta. Sayangnya, meski diperkirakan ada penambahan stok, tetap saja obat jenis Remdesivir ini masih mengalami kekurangan mencapai 384 ribu.

Sementara itu, Kemenkes juga telah memperbarui pedoman tatalaksana pasien Covid-19 berdasarkan sejumlah rekomendasi organisasi profesi. Jika sebelumnya terdapat azitromisin dan oseltamivir dalam paket obat Covid-19 gejala ringan, kini keduanya dihapus, dan diganti Favipiravir.

Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, perubahan pedoman obat dilakukan usai kasus Covid-19 varian Delta terus mendominasi. Pedoman yang kemudian dikeluarkan sembari meningkatkan percepatan perawatan pasien Corona di sejumlah RS demi menekan angka kematian Covid-19.

“Kita sudah minta tolong lima organisasi profesi kedokteran untuk mengkaji protokol tatalaksana Covid-19. Mereka mengajukan tatalaksana yang baru, yang memang lebih sesuai dengan mutasi Delta,” ungkap Budi. “Di mana intervensinya di rumah sakit-rumah sakit akan lebih cepat, dan komposisi obat-obatan yang dibutuhkan juga agak diubah sedikit,” beber Menkes Budi.

Bagaimana dengan paket obat gratis yang dibagikan khusus isoman Covid-19? Apakah akan ikut berubah? “Kita sudah melakukan adjustment perbaikan dari jadwal produksi dan paket-paket obat yang ada untuk bisa mencocokkan dengan tatalaksana protokol Covid-19 yang baru,” tandas Menkes. (ris/dtc)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara (Sumut) mengklaim, stok obat-obatan untuk pasien Covid-19 di Sumut masih mencukupi. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Sumut dr Aris Yudhariansyah mengatakan, bagi daerah di kabupaten/kota yang ketersediaan stok obat-obatannya mulai minim, diharapkan agar segera melaporkan ke Dinas Kesehatan Sumut.

“Obat-obatan Covid-19 di gudang kita masih tersedia. Kalau memang ada yang kurang obat-obat Covid-19 di kabupaten/kota, itu tinggal ajukan permintaan ke Dinkes Sumut dan kemudian kita suplai,” ujar Aris, Senin (2/8).

Menurut Aris, untuk obat-obatan Covid-19, dinas kesehatan di kabupaten/kota secara rutin melaporkan kondisinya ke Pemprov Sumut. Dengan begitu, diketahui ketersediaan stok obat-obatan di setiap daerah. “Kalau kurang, koordinasi karena kebutuhan obat mereka yang tahu. Tapi yang jelas, sampai sekarang masih cukup. Kalau masih kurang, kita minta ke pemerintah pusat,” katanya.

Sementara itu, terkait vaksinasi, Aris menyatakan telah kembali berjalan normal. Sebab, telah mendapatkan pasokan dari Jakarta. “Saat ini mulai didistribuskan ke kabupaten/kota di Sumut,” tukasnya.

Diketahui, lonjakan kasus Covid-19 sejak sebulan terakhir turut berimbas kepada peningkatan kebutuhan obat. Hal ini diakui Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. “Obat yang banyak ditanyakan adalah tidak cukup atau tidak ada, kosong,” ujar Budi secara virtual, Senin (2/8). Budi mengaku sudah berbicara dengan GP Farmasi. Berdasarkan laporan, kapasitas produksi di pabrik-pabrik sudah dinaikkan hingga empat kali lipat. Namun, tetap tidak mampu mengejar lonjakan permintaan.

Kata dia, kecepatan produksi obat dengan permintaan obat tersebut tidak sesuai. Apalagi jika dilakukan impor bahan baku obat, produksi, distribusi ke apotek dan tahapan lainnya dibutuhkan waktu cukup lama, yaitu 4-6 minggu.

Budi menyebutkan, pada pekan pertama Agustus 2021 sudah mulai banyak obat-obatan terapi Covid-19 yang masuk dan tersedia. Untuk itu, dia meminta lima organisasi kedokteran supaya mengkaji tata laksana Covid-19 yang sesuai dengan varian delta. “Intervensi medisnya harus cepat dan komposisi obat yang digunakan berubah,” sebutnya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kenaikan kebutuhan obat terapi Covid-19 terus mengalami kenaikan. Pertengahan hingga akhir Juni, permintaan obat Covid-19 mencapai 2-4 kali. Angkanya terus naik hingga pada 7 Juli sampai sekitar 15 Juli naik 8-12 kali. Adapun hingga akhir Juli sedikit menurun sebanyak 8 kali.

Untuk obat jenis Remdesivir terpantau mengalami kekurangan stok. Kebutuhan obat ini mencapai 2,06 juta sementara stok yang tersedia ada 504 ribu. Kemenkes memperkirakan selama bulan Agustus bakal ada stok sebanyak 1,6 juta. Sayangnya, meski diperkirakan ada penambahan stok, tetap saja obat jenis Remdesivir ini masih mengalami kekurangan mencapai 384 ribu.

Sementara itu, Kemenkes juga telah memperbarui pedoman tatalaksana pasien Covid-19 berdasarkan sejumlah rekomendasi organisasi profesi. Jika sebelumnya terdapat azitromisin dan oseltamivir dalam paket obat Covid-19 gejala ringan, kini keduanya dihapus, dan diganti Favipiravir.

Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, perubahan pedoman obat dilakukan usai kasus Covid-19 varian Delta terus mendominasi. Pedoman yang kemudian dikeluarkan sembari meningkatkan percepatan perawatan pasien Corona di sejumlah RS demi menekan angka kematian Covid-19.

“Kita sudah minta tolong lima organisasi profesi kedokteran untuk mengkaji protokol tatalaksana Covid-19. Mereka mengajukan tatalaksana yang baru, yang memang lebih sesuai dengan mutasi Delta,” ungkap Budi. “Di mana intervensinya di rumah sakit-rumah sakit akan lebih cepat, dan komposisi obat-obatan yang dibutuhkan juga agak diubah sedikit,” beber Menkes Budi.

Bagaimana dengan paket obat gratis yang dibagikan khusus isoman Covid-19? Apakah akan ikut berubah? “Kita sudah melakukan adjustment perbaikan dari jadwal produksi dan paket-paket obat yang ada untuk bisa mencocokkan dengan tatalaksana protokol Covid-19 yang baru,” tandas Menkes. (ris/dtc)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/