33.6 C
Medan
Tuesday, June 25, 2024

Peresmian Sentra Pembudidayaan Lele Python di Langkat

Ukurannya Besar, Satu Setengah Bulan Sudah Bisa Panen

Peternak lele selama ini akrab dengan varietas lele dumbo. Pertumbuhan yang cepat dengan produktivitas tinggi menjadi keunggulan varietas lele ini. Namun sebuah penemuan dari hasil persilangan di Pandeglang, Banten membuat varietas lele unggul kini bertambah dengan hadirnya lele python.

DONI HERMAWAN-Stabat

LELE PYTHON: Ternak ikan lele phyton milik Reni. //doni hermawan/sumut pos
LELE PYTHON: Ternak ikan lele python milik Reni. //doni hermawan/sumut pos

Bentuknya panjang dan besar. Sekilas kepalanya mirip python. Itulah gambaran tentang lele python. Ada berbagai versi penamaan varietas lele ini. Adalah Safril SH, yang berinisiatif mengenalkan varietas lele python itu di Sumatera Utara (Sumut). Bagi Safril python lebih diartikan fit yang dipersepsikan gesit dan ton dengan beratnya yang menjadi keunggulan.

“Awalnya kami melihat ingin membuat sentra ekonomi kerakyatan. Jadi apa yang bisa diproduksi untuk meningkatkan ekonomi warga Langkat. Jadi kami tahu ada varietas baru bernama lele pyton. Dibanding lele dumbo yang baru bisa panen tiga bulan, lele ini bisa hanya satu bulan setengah,” ujar Safril mengawali cerita di pusat pembudidayaan lele python, Jalan Makmur, Desa Banyumas, Stabat, Kabupaten Langkat.

Bentuk fisik lele python mempunyai mulut kecil, kumis panjang, kepala kecil, sedangkan badannya bulat dan panjang. Secara genetik lele python merupakan hasil persilangan antara lele Thailand dengan lele Afrika yang dikembangkan di Pandegelang, Banten. Lahirnya lele python dikembangkan oleh tim persilangan lele dikarenakan lele dumbo yang berkembang saat itu sudah mulai menurun kualitasnya dan tidak jelas secara genetik.

Safril pun terbang ke Pandeglang langsung untuk mempelajari setiap detil cara pembudidayaannya. Safril juga memboyong 10 pasang lele python induk. Bekal itu dibawanya ke kampung halamannya, Langkat dan sejak tiga bulan silam, ia mulai membudidayakannya. “Saya bersama beberapa rekan belajar ke Jawa. Hampir seminggu kami ke Pandeglang untuk belajar. Bagaimana membudidayakan dari lele yang belum netas sampai bagaimana bisa jadi induk. Saya bawa 10 pasang induk untuk dikembangkan di sini (Stabat-red),” lanjutnya.

Ukurannya yang besar dengan beratnya bervariasi. Bahkan di antara induk lele yang diboyong Safril, ada yang berukuran hingga 5 kilogram. “Ada yang 5 kg. Kalau dipeluk sebesar bayi. Tapi kemarin itu banjir dan saya kehilangan empat induk termasuk yang besar itu. Karena itu tak masalah kita bisa jadikan induk baru dari lele-lele yang ada,” tambahnya.

Satu yang menjadi keunggulan varietas lele ini tak lain produktivitas tinggi mencapai 30 sampai 50 ribu sekali bertelur. Dengan stok yang kini dipunyai Safril mencapai 300 ribu ekor ikan, sudah banyak permintaaan dari daerah lain.

“Dari Aceh minta, Pekan Baru juga. Bahkan permintaan mencapai 75 ribu ekor. Karena memang untuk Sumut baru disini sentranya. Tapi kita belum kasih karena belum diresmikan. Awalnya sempat kita kenalkan di Batubara. karena disana pinggir laut dan lahannya bagus. Tapi kurang dapat dukungan dari pemerintah setempat jadi sentranya kini hanya di Langkat,” tambah Mantan pemain PSMS Medan era 80-an ini.

Selain bisnis yang menjanjikan, Safril tak lupa pada tujuan awal. Membantu perekonomian warga Langkat tetap menjadi prioritas. Langkah itu coba diwujudkan dengan pemberian bibit gratis kepada warga sekitar, Kamis (27/9) kemarin kepada 100 kelompok peternak ikan.

“Masing-masing kelompok kita berikan 500 bibit lele cuma-cuma. Satu kelompok 500 orang. Dari warga agar mampu memelihara lele dan membudidayakannya.

Caranya tidak sulit. Pemberian makan pun cukup mudah dengan dua kali sehari di siang dan malam hari. Bayangkan dalam masa panen satu setengah bulan itu bisa menghasilkan puluhan ribu ekor.

Ini lebih menguntungkan dari beternak ayam. Apa sih yg bisa dibuat sebagai komoditi unggulan untuk Langkat. Nah, lele python kita harapkan bisa,” tambahnya.(*)

Ukurannya Besar, Satu Setengah Bulan Sudah Bisa Panen

Peternak lele selama ini akrab dengan varietas lele dumbo. Pertumbuhan yang cepat dengan produktivitas tinggi menjadi keunggulan varietas lele ini. Namun sebuah penemuan dari hasil persilangan di Pandeglang, Banten membuat varietas lele unggul kini bertambah dengan hadirnya lele python.

DONI HERMAWAN-Stabat

LELE PYTHON: Ternak ikan lele phyton milik Reni. //doni hermawan/sumut pos
LELE PYTHON: Ternak ikan lele python milik Reni. //doni hermawan/sumut pos

Bentuknya panjang dan besar. Sekilas kepalanya mirip python. Itulah gambaran tentang lele python. Ada berbagai versi penamaan varietas lele ini. Adalah Safril SH, yang berinisiatif mengenalkan varietas lele python itu di Sumatera Utara (Sumut). Bagi Safril python lebih diartikan fit yang dipersepsikan gesit dan ton dengan beratnya yang menjadi keunggulan.

“Awalnya kami melihat ingin membuat sentra ekonomi kerakyatan. Jadi apa yang bisa diproduksi untuk meningkatkan ekonomi warga Langkat. Jadi kami tahu ada varietas baru bernama lele pyton. Dibanding lele dumbo yang baru bisa panen tiga bulan, lele ini bisa hanya satu bulan setengah,” ujar Safril mengawali cerita di pusat pembudidayaan lele python, Jalan Makmur, Desa Banyumas, Stabat, Kabupaten Langkat.

Bentuk fisik lele python mempunyai mulut kecil, kumis panjang, kepala kecil, sedangkan badannya bulat dan panjang. Secara genetik lele python merupakan hasil persilangan antara lele Thailand dengan lele Afrika yang dikembangkan di Pandegelang, Banten. Lahirnya lele python dikembangkan oleh tim persilangan lele dikarenakan lele dumbo yang berkembang saat itu sudah mulai menurun kualitasnya dan tidak jelas secara genetik.

Safril pun terbang ke Pandeglang langsung untuk mempelajari setiap detil cara pembudidayaannya. Safril juga memboyong 10 pasang lele python induk. Bekal itu dibawanya ke kampung halamannya, Langkat dan sejak tiga bulan silam, ia mulai membudidayakannya. “Saya bersama beberapa rekan belajar ke Jawa. Hampir seminggu kami ke Pandeglang untuk belajar. Bagaimana membudidayakan dari lele yang belum netas sampai bagaimana bisa jadi induk. Saya bawa 10 pasang induk untuk dikembangkan di sini (Stabat-red),” lanjutnya.

Ukurannya yang besar dengan beratnya bervariasi. Bahkan di antara induk lele yang diboyong Safril, ada yang berukuran hingga 5 kilogram. “Ada yang 5 kg. Kalau dipeluk sebesar bayi. Tapi kemarin itu banjir dan saya kehilangan empat induk termasuk yang besar itu. Karena itu tak masalah kita bisa jadikan induk baru dari lele-lele yang ada,” tambahnya.

Satu yang menjadi keunggulan varietas lele ini tak lain produktivitas tinggi mencapai 30 sampai 50 ribu sekali bertelur. Dengan stok yang kini dipunyai Safril mencapai 300 ribu ekor ikan, sudah banyak permintaaan dari daerah lain.

“Dari Aceh minta, Pekan Baru juga. Bahkan permintaan mencapai 75 ribu ekor. Karena memang untuk Sumut baru disini sentranya. Tapi kita belum kasih karena belum diresmikan. Awalnya sempat kita kenalkan di Batubara. karena disana pinggir laut dan lahannya bagus. Tapi kurang dapat dukungan dari pemerintah setempat jadi sentranya kini hanya di Langkat,” tambah Mantan pemain PSMS Medan era 80-an ini.

Selain bisnis yang menjanjikan, Safril tak lupa pada tujuan awal. Membantu perekonomian warga Langkat tetap menjadi prioritas. Langkah itu coba diwujudkan dengan pemberian bibit gratis kepada warga sekitar, Kamis (27/9) kemarin kepada 100 kelompok peternak ikan.

“Masing-masing kelompok kita berikan 500 bibit lele cuma-cuma. Satu kelompok 500 orang. Dari warga agar mampu memelihara lele dan membudidayakannya.

Caranya tidak sulit. Pemberian makan pun cukup mudah dengan dua kali sehari di siang dan malam hari. Bayangkan dalam masa panen satu setengah bulan itu bisa menghasilkan puluhan ribu ekor.

Ini lebih menguntungkan dari beternak ayam. Apa sih yg bisa dibuat sebagai komoditi unggulan untuk Langkat. Nah, lele python kita harapkan bisa,” tambahnya.(*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/