Sekretaris DPD Gerindra Sumut Robert L Tobing belum bisa dimintai konfirmasi. Menyikapi konflik internak di Partai Gerindra Sumut ini, pengamat politik dari USU, Warjio berpendapat, pembentukan opini menjelang agenda politik praktis seperti pilkada dan pemilu bukanlah hal yang baru. Menurutnya, akan terjadi gesekan antara satu dengan yang lainnya baik secara terbuka ataupun tertutup. Hal itu terjadi karena adanya perbedaan pandangan mengenai sosok yang akan didukung.
“Pembentukan opini mengenai desakan agar Gus Irawan mundur itu serius, jadi posisi Gus Irawan saat ini seperti di ujung tanduk,” kata Warjio.
Warjio berkeyakinan, 17 Ketua DPC Gerindra kabupaten kota yang dicopot itu pasti tidak berada dalam satu barisan yang mendukung Gus Irawan maju di Pilgubsu 2018. “Wajar orang yang tidak mendukung pencalonan Gus, mulai disingkirkan. Tapi, ini juga bisa berdampak buruk bagi posisi Gus Irawan sendiri, karena dianggap tidak mampu mengayomi,” jelasnya.
Faktor lain yang membuat posisi Gus Irawan semakin di ujung tanduk, yakni kekalahannya di Pilgubsu 2013 lalu. “Gus sekarang lebih banyak di Jakarta, karena menjadi anggota DPR RI. Beliau mungkin memiliki kedekatan dengan pengurus teras di DPP. Tapi, Gus lupa kalau dia harus mengayomi anggotanya di kabupaten kota. Bukan tidak mungkin posisi Gus diganti,” bilangnya.
“Kubu Gus juga kurang jelas. Dulu ada sosok yang begitu menginginkan agar Gus bisa maju dan diusung kembali oleh Partai Gerindra. Tapi, saat ini sudah beralih mendukung calon lain,” imbuhnya.
Partai Gerindra, lanjut dia, punya visi besar di 2019 yakni mendorong dan memenangkan Prabowo Subianto pada agenda Pilpres. “Kalau di akar rumput tidak solid, bagaimana hasilnya nanti? Ketika pembentukan opini tersebut berhasil dan sampai ke telinga pengurus DPP, maka Gus Irawan bisa dalam posisi rawan,” pungkasnya. (dik/adz)
Sekretaris DPD Gerindra Sumut Robert L Tobing belum bisa dimintai konfirmasi. Menyikapi konflik internak di Partai Gerindra Sumut ini, pengamat politik dari USU, Warjio berpendapat, pembentukan opini menjelang agenda politik praktis seperti pilkada dan pemilu bukanlah hal yang baru. Menurutnya, akan terjadi gesekan antara satu dengan yang lainnya baik secara terbuka ataupun tertutup. Hal itu terjadi karena adanya perbedaan pandangan mengenai sosok yang akan didukung.
“Pembentukan opini mengenai desakan agar Gus Irawan mundur itu serius, jadi posisi Gus Irawan saat ini seperti di ujung tanduk,” kata Warjio.
Warjio berkeyakinan, 17 Ketua DPC Gerindra kabupaten kota yang dicopot itu pasti tidak berada dalam satu barisan yang mendukung Gus Irawan maju di Pilgubsu 2018. “Wajar orang yang tidak mendukung pencalonan Gus, mulai disingkirkan. Tapi, ini juga bisa berdampak buruk bagi posisi Gus Irawan sendiri, karena dianggap tidak mampu mengayomi,” jelasnya.
Faktor lain yang membuat posisi Gus Irawan semakin di ujung tanduk, yakni kekalahannya di Pilgubsu 2013 lalu. “Gus sekarang lebih banyak di Jakarta, karena menjadi anggota DPR RI. Beliau mungkin memiliki kedekatan dengan pengurus teras di DPP. Tapi, Gus lupa kalau dia harus mengayomi anggotanya di kabupaten kota. Bukan tidak mungkin posisi Gus diganti,” bilangnya.
“Kubu Gus juga kurang jelas. Dulu ada sosok yang begitu menginginkan agar Gus bisa maju dan diusung kembali oleh Partai Gerindra. Tapi, saat ini sudah beralih mendukung calon lain,” imbuhnya.
Partai Gerindra, lanjut dia, punya visi besar di 2019 yakni mendorong dan memenangkan Prabowo Subianto pada agenda Pilpres. “Kalau di akar rumput tidak solid, bagaimana hasilnya nanti? Ketika pembentukan opini tersebut berhasil dan sampai ke telinga pengurus DPP, maka Gus Irawan bisa dalam posisi rawan,” pungkasnya. (dik/adz)