KARO, SUMUTPOS.CO – Meski warga pengungsi yang direlokasi di Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo sudah hidup tentram, namun dahsyatnya erupsi gunung Sinabung yang menyapu bersih desa mereka, masih menimbulkan rasa trauma.
Untuk itu, dalam rangka membantu memulihkan dampak pasca erupsi.
Warga 3 desa di Siosar yakni Desa Sukameriah, Simacem dan Desa Bekerah, Sabtu (30/11), menggelar karnaval penanaman bunga di taman pelangi Siosar, pagelaran seni budaya dan lomba meneriakkan yel-yel.
Kegiatan yang melibatkan ratusan orang peserta dari warga tiga desa ini, semata-mata untuk memulihkan trauma pasca erupsi. Begitu juga untuk mengembangkan minat, bakat serta kreativitas warga agar dapat berinovatif.
“Semoga dengan digelarnya karnaval ini, sedikit demi sedikit akan membawa masyarakat melupakan masa lalu yang dialaminya. Trauma dapat dilupakan, kita juga membuktikan bahwa pemerintah dan stakeholder serta pemangku kepentingan lainnya masih memperhatikan mereka. Dengan sendirinya dapat menggugah kembali semangat hidup masyarakat,” ujar Ketua Panitia Boi Brahmana.
Dikatakannya, kegiatan ini juga untuk merajut kebersamaan antar masyarakat desa yang di relokasi di Siosar. Bersama-sama berinteraksi kembali satu dengan yang lainnya. Namun bukan hanya itu saja, panitia juga akan terus menggali bakat anak-anak muda seperti diajarkan menari dan bernyanyi.
“Nanti disuatu waktu bila ada even dan butuh penyanyi dan penari, gak perlu lagi penyanyi dari luar. Cukup mereka yang telah diajarkan yang tampil,”sebut Boi. Ditambahkannya, panitia akan memberikan hadiah sesuai dengan kriteria masing-masing pemenang. Sedangkan rute karnaval, distart dari Jambur Desa Bakerah dan mengelilingi tiga desa sejauh 3 Km dengan berjalan kaki sambil meneriakkan yel-yel masing masing desa.
Bupati Karo Terkelin Brahmana yang hadir mengatakan, kegiatan karnaval tersebut sangatlah tepat dan pas sasarannya. “Meski agak letih dan capek tapi saya bangga berjalan kaki 3 kilometer, karena tujuannya mulia untuk membangkitkan semangat masyarakat dari trauma Sinabung,”ujarnya usai diarak warga Desa Bakerah, Simacem dan Sukameriah berjalan kaki mengitari Siosar.
Dia menilai, kegiatan tersebut merupakan bagian dari mempromosikan objek wisata dan secara langsung telah mengembangkan pariwisata Karo.
“Ikut sertanya masyarakat ketiga desa, menandakan hubungan sudah terjalin dengan prinsip kearifan lokal budaya Karo, apalagi diarak tadi, warga menggunakan pakaian adat Karo sambil berjalan mengelilingi Siosar, ini sangat luar biasa,”ujar Terkelin.
Untuk itu, harapan ke depannya, kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan setiap tahun. Karena, selain menghibur masyarakat, ada ditonjolkan budaya Karo. “Masyarakat harus peduli dan harus menggandeng pemerintah dan stakeholder lainnya meski ada Anggaran Dana Desa,”ucapnya. (deo/han)