25.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Gedung SMAN 1 Panaihilir Memprihatinkan

LABUHANBATU-SMA Negeri 1, Kecamatan Panaihilir, Kabupaten Labuhanbatu kurang perhatian. Pasalnya, hampir keseluruhan moubiler untuk sarana proses belajar dan mengajar di sekolah tersebut hampir tidak layak pakai. Amatan Sumut Pos, Sabtu (2/2) di sekolah yang berada di Dusun Tiga, Kelurahan Seiberombang itu, bangku, meja dan sarana lainnya di ruang belajar kondisinya tidak sebagus sekolah yang ada di sekitaran ibu kota kabupaten.

Sebagian lantai ruangan sudah pada berlubang dan terkelupas hingga memperlihatkan alas dasar tanahnya. Dinding perbatasan antara ruangan satu dengan ruang kelas belajar lainnya terdapat lubang yang terbuat dari dinding triplek. Selain itu, lantai teras depan juga sebahagian sudah tidak memiliki lantai semen seperti lantai lainnya.

Keburukan fasilitas juga dapat dilihat dari pintu, kosen maupun kayu jendela. Selain lekang, warna cat sudah memudar. Mirisnya lagi, kondisi sekolah utama tingkat SMA berstatus Negeri di Kecamatan Panaihilir tersebut diperburuk dengan halaman sekolah yang hampir 80 persen dari 2 hektar areal sekolah dipenuhi dengan rumput dan ilalang serta tumbuhan liar lainnya.

Konstruksi tanah gambut di sana semakin membuat halaman itu jarang dipakai serta masih terdapat dinding sekolah yang belum diplseter semen. Selain itu, tidak jarang upacara bendera yang biasanya dilaksanakan setiap hari Senin digelar di teras bahkan ditiadakan akibat banjir. Tidak adanya parit pembuang air dikala hujan, menambah tanaman yang tumbuh di halaman semakin berkembang.  Dampaknya, kegiatan olah raga juga jarang terlaksana akibat genangan air. Walau ada halaman yang bersih, itu hanya di sekeliling tiang bendera yang terpancang. Wakil Kepala SMAN1 Kecamatan Panaihilir P Simbolon didampingi guru bahasa Inggris Mahyuddin mengaku bahwa pihaknya kesulitan mengatasi rumput yang ada di halaman sekolah. Pasalnya air genangan usai hujan tidak beralih akibat tidak adanya parit. “Paritnya tidak ada, kalau hujan airnya bahkan mau memasuki lantai teras, jadi halaman sekolah kurang terpakai,” akunya.

Dia mengaku sudah berulangkali melaporkan masalah ini, namun belum terealisasi semuanya. Hanya dua ruangan yang baru dibangun tahun lalu. (mag-16)

LABUHANBATU-SMA Negeri 1, Kecamatan Panaihilir, Kabupaten Labuhanbatu kurang perhatian. Pasalnya, hampir keseluruhan moubiler untuk sarana proses belajar dan mengajar di sekolah tersebut hampir tidak layak pakai. Amatan Sumut Pos, Sabtu (2/2) di sekolah yang berada di Dusun Tiga, Kelurahan Seiberombang itu, bangku, meja dan sarana lainnya di ruang belajar kondisinya tidak sebagus sekolah yang ada di sekitaran ibu kota kabupaten.

Sebagian lantai ruangan sudah pada berlubang dan terkelupas hingga memperlihatkan alas dasar tanahnya. Dinding perbatasan antara ruangan satu dengan ruang kelas belajar lainnya terdapat lubang yang terbuat dari dinding triplek. Selain itu, lantai teras depan juga sebahagian sudah tidak memiliki lantai semen seperti lantai lainnya.

Keburukan fasilitas juga dapat dilihat dari pintu, kosen maupun kayu jendela. Selain lekang, warna cat sudah memudar. Mirisnya lagi, kondisi sekolah utama tingkat SMA berstatus Negeri di Kecamatan Panaihilir tersebut diperburuk dengan halaman sekolah yang hampir 80 persen dari 2 hektar areal sekolah dipenuhi dengan rumput dan ilalang serta tumbuhan liar lainnya.

Konstruksi tanah gambut di sana semakin membuat halaman itu jarang dipakai serta masih terdapat dinding sekolah yang belum diplseter semen. Selain itu, tidak jarang upacara bendera yang biasanya dilaksanakan setiap hari Senin digelar di teras bahkan ditiadakan akibat banjir. Tidak adanya parit pembuang air dikala hujan, menambah tanaman yang tumbuh di halaman semakin berkembang.  Dampaknya, kegiatan olah raga juga jarang terlaksana akibat genangan air. Walau ada halaman yang bersih, itu hanya di sekeliling tiang bendera yang terpancang. Wakil Kepala SMAN1 Kecamatan Panaihilir P Simbolon didampingi guru bahasa Inggris Mahyuddin mengaku bahwa pihaknya kesulitan mengatasi rumput yang ada di halaman sekolah. Pasalnya air genangan usai hujan tidak beralih akibat tidak adanya parit. “Paritnya tidak ada, kalau hujan airnya bahkan mau memasuki lantai teras, jadi halaman sekolah kurang terpakai,” akunya.

Dia mengaku sudah berulangkali melaporkan masalah ini, namun belum terealisasi semuanya. Hanya dua ruangan yang baru dibangun tahun lalu. (mag-16)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/