25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dan Kabut Asap pun Batalkan Rapat Pemprovsu

Foto : MG2/MIRSHAL/RIAU POS Jarak pandang yang semakin menipis dikarenakan kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru, kian hari kian pekat, Rabu (2/9/2015).
Foto : MG2/MIRSHAL/RIAU POS
Jarak pandang yang semakin menipis dikarenakan kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru, kian hari kian pekat, Rabu (2/9/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kabut Asap yang melanda Sumatera Utara (Sumut) masih terus mengganggu kesehatan dan jarak pandang masyarakat serta jadwal rapat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut).

Seperti disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sumut, HT Erry Nuradi kepada wartawan, saat berkunjung dan makan siang bersama awak media di Warkop Jurnalis Medan di Jalan Agus Salim Medan, Jumat (4/9).

Erry menyebutkan, Pemprov Sumut melakukan rapat kordinasi bersama Bupati dan wali kota. Namun, akibat kabut asap seorang Bupati asal Nias batal hadir. Pasalnya, pesawat yang ditumpangi dari Bandara Binaka, Gunung Sitoli tak bisa terbang diakibatkan kabut asap menyelimuti Sumut. “Seharusnya, saya hari ini (kemarin,red) mengundang rapat para bupati dan wali kota di kantor. Namun, karena asap ini, bupati dari Nias mengirim SMS menyampaikan pesawatnya tidak bisa berangkat,” ujarnya.

Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) itu menyatakan bahwa udara di sejumlah daerah di Sumut, termasuk Kota Medan kurang baik. Selain tak baik untuk kesehatan, penerbangan banyak juga dibatalkan.

Erry menyatakan, Pemprovsu sudah menggelar rapat internal bersama Dinas Kehutanan Sumut, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut, Dinas Kesehatan Sumut dan pihak terkait untuk mengatasi permasalahan kabut asap yang dialami Sumut ini.

Di Sumut ada 4 kabupaten menjadi titik spot api yang terpantau., diantaranya Karo, Madina, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Untuk itu, kami akan meminta keterangan dari daerah setempat,” kata mantan Bupati Sergei itu.

Dia mengimbau selama adanya kabut asap ini, masyarakat sebaiknya mengurangi aktifitas di luar rumah dan gunakanlah masker untuk menjaga kesehatan selama terjadi kabut asap.

Erry menambahkan, sudah menginstruksikan BLH Sumut untuk memantau kualitas udara di Sumut atas peristiwa kebakaran, yang menimbulkan kabut asap disejumlah daerah di Sumut. “Kepala BLH sudah saya instruksikan untuk memantau udara di Sumut termasuk di Bandara Kualanamu. Namun, saya belum menerima laporannya,” tuturnya.

Sementara itu, Kabid Pengendalian, Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Limbah BLH Sumut Rismawati Simanjuntak mengatakan, BLH Sumut akan melakukan pengukuran kualitas udara di empat lokasi, yakni kawasan KNIA, kawasan perumahan/perkantoran padat (di wilayah Polonia dan Kantor Gubernur Sumut) serta di kawasan yang jauh dari keramaian kita pilih di wilayah Kabupaten Karo, yang juga disebut terdapat titik api. UPT Laboratorium juga sudah menyatakan kesiapan peralatan dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan.

Dia menyebutkan, direncanakan, tim BLH Sumut bergerak melakukan pengukuran mulai pukul 10.00 sampai selesai. Rutenya, pertama ke KNIA kemudian kawasan padat di Polonia, Kantor Gubernur Sumut, dan terakhir menuju ke Kabupaten Karo.

Pada pengukuran ambang batas emisi nantinya, BLH Sumut akan melihat TSP (Total Suspended Partikulat), SO2 (sulfur oksida) dan NO2 (Nitrit). Dengan menggunakan peralatan M Finger dan debu staplex, hasil pengukuran akan diketahui maksimal 14 hari kerja. “Itu sesuai SOP (standar operasional prosedur) dalam PP 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, musim kemarau 2015 bertambah lama karena dipengaruhi gejala alam El Nino. Dampak El Nino akan membuat iklim Indonesia semakin kering dan mudah terjadi kebakaran hutan dan lahan.

“Sampai November di akhir. Awal Desember perkiraan itu baru musim hujan. Nah, selama musim kemarau ini, wilayah ekuator khatulistiwa selatan seperti Sumatera, Kalimantan, masih berpotensi terjadi peningkatan kebakaran lahan, hutan dan kekeringan,” kata Sutopo kepada wartawan di Grana BNPB, Jalan Pramuka Kav. 38, Jakarta Timur.

Sutopo mengatakan, sejauh ini wilayah yang masih terdapat asap paling pekat ada di Sumatera, seperti Pekanbaru dan Jambi. Menurutnya, hampir 80 persen wilayah Sumatera dikepung asap pekat akibat kebakaran lahan dan hutan.

“80 persen wilayah Sumatera ditutupi asap. Kita hitung Riau dan Jambi paling pekat. Karena arah angin ke utara langsung. Jarak pandang di Riau dan Jambi hanya 500 meter. Ada sekolah yang diliburkan, pesawat pun belum bisa terbang,” tuturnya. (gus/prnted/ril)

Foto : MG2/MIRSHAL/RIAU POS Jarak pandang yang semakin menipis dikarenakan kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru, kian hari kian pekat, Rabu (2/9/2015).
Foto : MG2/MIRSHAL/RIAU POS
Jarak pandang yang semakin menipis dikarenakan kabut asap yang menyelimuti Kota Pekanbaru, kian hari kian pekat, Rabu (2/9/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kabut Asap yang melanda Sumatera Utara (Sumut) masih terus mengganggu kesehatan dan jarak pandang masyarakat serta jadwal rapat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprov Sumut).

Seperti disampaikan Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Sumut, HT Erry Nuradi kepada wartawan, saat berkunjung dan makan siang bersama awak media di Warkop Jurnalis Medan di Jalan Agus Salim Medan, Jumat (4/9).

Erry menyebutkan, Pemprov Sumut melakukan rapat kordinasi bersama Bupati dan wali kota. Namun, akibat kabut asap seorang Bupati asal Nias batal hadir. Pasalnya, pesawat yang ditumpangi dari Bandara Binaka, Gunung Sitoli tak bisa terbang diakibatkan kabut asap menyelimuti Sumut. “Seharusnya, saya hari ini (kemarin,red) mengundang rapat para bupati dan wali kota di kantor. Namun, karena asap ini, bupati dari Nias mengirim SMS menyampaikan pesawatnya tidak bisa berangkat,” ujarnya.

Politisi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) itu menyatakan bahwa udara di sejumlah daerah di Sumut, termasuk Kota Medan kurang baik. Selain tak baik untuk kesehatan, penerbangan banyak juga dibatalkan.

Erry menyatakan, Pemprovsu sudah menggelar rapat internal bersama Dinas Kehutanan Sumut, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumut, Dinas Kesehatan Sumut dan pihak terkait untuk mengatasi permasalahan kabut asap yang dialami Sumut ini.

Di Sumut ada 4 kabupaten menjadi titik spot api yang terpantau., diantaranya Karo, Madina, Tapanuli Utara dan Tapanuli Selatan. Untuk itu, kami akan meminta keterangan dari daerah setempat,” kata mantan Bupati Sergei itu.

Dia mengimbau selama adanya kabut asap ini, masyarakat sebaiknya mengurangi aktifitas di luar rumah dan gunakanlah masker untuk menjaga kesehatan selama terjadi kabut asap.

Erry menambahkan, sudah menginstruksikan BLH Sumut untuk memantau kualitas udara di Sumut atas peristiwa kebakaran, yang menimbulkan kabut asap disejumlah daerah di Sumut. “Kepala BLH sudah saya instruksikan untuk memantau udara di Sumut termasuk di Bandara Kualanamu. Namun, saya belum menerima laporannya,” tuturnya.

Sementara itu, Kabid Pengendalian, Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Limbah BLH Sumut Rismawati Simanjuntak mengatakan, BLH Sumut akan melakukan pengukuran kualitas udara di empat lokasi, yakni kawasan KNIA, kawasan perumahan/perkantoran padat (di wilayah Polonia dan Kantor Gubernur Sumut) serta di kawasan yang jauh dari keramaian kita pilih di wilayah Kabupaten Karo, yang juga disebut terdapat titik api. UPT Laboratorium juga sudah menyatakan kesiapan peralatan dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan.

Dia menyebutkan, direncanakan, tim BLH Sumut bergerak melakukan pengukuran mulai pukul 10.00 sampai selesai. Rutenya, pertama ke KNIA kemudian kawasan padat di Polonia, Kantor Gubernur Sumut, dan terakhir menuju ke Kabupaten Karo.

Pada pengukuran ambang batas emisi nantinya, BLH Sumut akan melihat TSP (Total Suspended Partikulat), SO2 (sulfur oksida) dan NO2 (Nitrit). Dengan menggunakan peralatan M Finger dan debu staplex, hasil pengukuran akan diketahui maksimal 14 hari kerja. “Itu sesuai SOP (standar operasional prosedur) dalam PP 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, musim kemarau 2015 bertambah lama karena dipengaruhi gejala alam El Nino. Dampak El Nino akan membuat iklim Indonesia semakin kering dan mudah terjadi kebakaran hutan dan lahan.

“Sampai November di akhir. Awal Desember perkiraan itu baru musim hujan. Nah, selama musim kemarau ini, wilayah ekuator khatulistiwa selatan seperti Sumatera, Kalimantan, masih berpotensi terjadi peningkatan kebakaran lahan, hutan dan kekeringan,” kata Sutopo kepada wartawan di Grana BNPB, Jalan Pramuka Kav. 38, Jakarta Timur.

Sutopo mengatakan, sejauh ini wilayah yang masih terdapat asap paling pekat ada di Sumatera, seperti Pekanbaru dan Jambi. Menurutnya, hampir 80 persen wilayah Sumatera dikepung asap pekat akibat kebakaran lahan dan hutan.

“80 persen wilayah Sumatera ditutupi asap. Kita hitung Riau dan Jambi paling pekat. Karena arah angin ke utara langsung. Jarak pandang di Riau dan Jambi hanya 500 meter. Ada sekolah yang diliburkan, pesawat pun belum bisa terbang,” tuturnya. (gus/prnted/ril)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/