26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dekat PLTU Cemari Air Udang Petani Bermatian

BERMATIAN: Petani budidaya udang mengutip udangnya yang mati mendadak.  bambang/sumut pos
BERMATIAN: Petani budidaya udang mengutip udangnya yang mati mendadak. bambang/sumut pos

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Menurut para petani, sebelum PLTU tersebut beroperasi, budi daya udang mereka tak pernah mati mendadak. Salah satu penambak udang, Junet (51) mengakui, sedikitnya 10 petani udang mengeluhkan kondisi tersebut. “Kami hanya minta solusi terbaik. Jika tidak ada solusi juga, maka kaami akan terus merugi dan terancam gulung tikar,” kata Junet, Senin (4/11).

Diakui dia, tidak hanya seekor, tapi ada puluhan ekor udang vaname yang mereka kembang biakkan mati secara mendadak setiap harinya. Padahal, udang-udang ini masih berusia 4 minggu dan kondisinya masih kecil.

“Dengan kondisi ini terus menerus terjadi, bisa-bisa seluruh petani tutup, mau makan apa anak-anak kami,” jelas dia. Padahal, jelasnya, selama ini tambak udang vaname merupakan mata pencarian mereka. Selain menjadi mata pencarian, tambak ini juga tempat menggantungkan nasib para pekerja di sana. Dengan kata lain, jika tambak tutup maka pekerja yang menggantungkan nasib dari hasil tambak juga harus terhenti.

“Jika seperti ini, kami warga sini mau makan apa dan bagai mana nasib para pekerja serta anak-anak kami. Cuma inilah mata pencarian kami selama ini,” kata dia.Hal senada juga diutarakan oleh Usman (54), petani udang lainya yang mengaduh nasib dari hasil tambak udang vaname. “Ada beberapa petani memang yang sudah menutup usaha mereka. Karena mereka tidak tahan lagi dengan kondisi yang ada,” kata Usman.

Dengan kondisi ini, dirinya dan beberapa petani setempat berharap, agar pemerintah setempat yakni Kabupaten Langkat dan Provinsi dapat turun tangan mengatasi permasalahan ini. Karena disatu sisi, PLTU merupakan proyek nasional dan tidak mungkin ditutup. Namun disisi lain, jika tidak ada solusi terbaik dari pihak terkait. Tentunya kondisi ini sangat merugikan para petani udang disana.

“Kami hanya minta solusi terbaik, kalau bisa semua berjalan dengan baik tanpa ada yang dirugikan. Berapa kalilah keuntungan kami, cuma hanya untuk makan, membayar sekolah anak dan membayar pekerja sajanya.

Tolonglah kami, mari duduk bareng dan cari solusi terbaik,” harap dia, kalau mereka juga bagian dari rakyat indonesia yang butuh makan dan perhatian pemerintah.

Menyikapi keluhan masyarakat khususnya penambang udang yang mencari makan berdekatan dengan areal PLTU. Manajer KSA PLTU Pangkalan Susu Arifin mengakui, dengan kondisi ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Langkat dan Provinsi.

Hasil koordinasi itu, kata Arifin, mereka mendapatkan informasi jika titik-titik spot polusi yang dianggap paling krusial masih dalam kondisi diambang batas kewajaran. “Untuk itu, kita sudah berkoordinasi kepada masyarakat dan mensosialisasikan permasalahan ini,” kata dia.

Meskipun begitu, dirinya mengatakan, pihaknya akan kembali berkoordinasi dengan PLTU Pusat, mengenai keluhan warga. Sebab, untuk menangani ini sudah menjadi ranah dari PLTU Pusat, untuk mencari solusi terbaik. Setelah mendapat hasil dari koordinasi dengan PLTU Pusat.

Pihaknya akan secepatnya melakukan pertemuan dengan masyarakat sekitar khususnya petani udang. “Nanti kita akan koordinasikan dulu dengan pusat, baru setelah ada hasilnya kita akan melakukan pertemuan dengan masyarakat, untuk duduk bersama memecahkan permasalahan yang ada,” tegasnya. (bam/han)

BERMATIAN: Petani budidaya udang mengutip udangnya yang mati mendadak.  bambang/sumut pos
BERMATIAN: Petani budidaya udang mengutip udangnya yang mati mendadak. bambang/sumut pos

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Menurut para petani, sebelum PLTU tersebut beroperasi, budi daya udang mereka tak pernah mati mendadak. Salah satu penambak udang, Junet (51) mengakui, sedikitnya 10 petani udang mengeluhkan kondisi tersebut. “Kami hanya minta solusi terbaik. Jika tidak ada solusi juga, maka kaami akan terus merugi dan terancam gulung tikar,” kata Junet, Senin (4/11).

Diakui dia, tidak hanya seekor, tapi ada puluhan ekor udang vaname yang mereka kembang biakkan mati secara mendadak setiap harinya. Padahal, udang-udang ini masih berusia 4 minggu dan kondisinya masih kecil.

“Dengan kondisi ini terus menerus terjadi, bisa-bisa seluruh petani tutup, mau makan apa anak-anak kami,” jelas dia. Padahal, jelasnya, selama ini tambak udang vaname merupakan mata pencarian mereka. Selain menjadi mata pencarian, tambak ini juga tempat menggantungkan nasib para pekerja di sana. Dengan kata lain, jika tambak tutup maka pekerja yang menggantungkan nasib dari hasil tambak juga harus terhenti.

“Jika seperti ini, kami warga sini mau makan apa dan bagai mana nasib para pekerja serta anak-anak kami. Cuma inilah mata pencarian kami selama ini,” kata dia.Hal senada juga diutarakan oleh Usman (54), petani udang lainya yang mengaduh nasib dari hasil tambak udang vaname. “Ada beberapa petani memang yang sudah menutup usaha mereka. Karena mereka tidak tahan lagi dengan kondisi yang ada,” kata Usman.

Dengan kondisi ini, dirinya dan beberapa petani setempat berharap, agar pemerintah setempat yakni Kabupaten Langkat dan Provinsi dapat turun tangan mengatasi permasalahan ini. Karena disatu sisi, PLTU merupakan proyek nasional dan tidak mungkin ditutup. Namun disisi lain, jika tidak ada solusi terbaik dari pihak terkait. Tentunya kondisi ini sangat merugikan para petani udang disana.

“Kami hanya minta solusi terbaik, kalau bisa semua berjalan dengan baik tanpa ada yang dirugikan. Berapa kalilah keuntungan kami, cuma hanya untuk makan, membayar sekolah anak dan membayar pekerja sajanya.

Tolonglah kami, mari duduk bareng dan cari solusi terbaik,” harap dia, kalau mereka juga bagian dari rakyat indonesia yang butuh makan dan perhatian pemerintah.

Menyikapi keluhan masyarakat khususnya penambang udang yang mencari makan berdekatan dengan areal PLTU. Manajer KSA PLTU Pangkalan Susu Arifin mengakui, dengan kondisi ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Langkat dan Provinsi.

Hasil koordinasi itu, kata Arifin, mereka mendapatkan informasi jika titik-titik spot polusi yang dianggap paling krusial masih dalam kondisi diambang batas kewajaran. “Untuk itu, kita sudah berkoordinasi kepada masyarakat dan mensosialisasikan permasalahan ini,” kata dia.

Meskipun begitu, dirinya mengatakan, pihaknya akan kembali berkoordinasi dengan PLTU Pusat, mengenai keluhan warga. Sebab, untuk menangani ini sudah menjadi ranah dari PLTU Pusat, untuk mencari solusi terbaik. Setelah mendapat hasil dari koordinasi dengan PLTU Pusat.

Pihaknya akan secepatnya melakukan pertemuan dengan masyarakat sekitar khususnya petani udang. “Nanti kita akan koordinasikan dulu dengan pusat, baru setelah ada hasilnya kita akan melakukan pertemuan dengan masyarakat, untuk duduk bersama memecahkan permasalahan yang ada,” tegasnya. (bam/han)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/