30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Demo Mahasiswa GMNI di Dinkes Nias Berakhir Ricuh

PUKULI: Seorang pendemo yang ditangkap Polisi, dipukuli di atas aspal, depan kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Nias.

GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO– Unjuk rasa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berakhir ricuh. Beberapa mahasiswa mengalami luka-luka, akibat terkena pukulan, saat melakukan aksi di depan kantor Dinas Kesehatan Kabupaten, Jalan Kartini Kota Gunungsitoli, Selasa (3/11).

Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya kericuhan tersebut, namun dari video yang sudah viral di media sosial tampak personel kepolisian yang turut mengamankan aksi, tiba-tiba mengejar dan berusaha menangkap mahasiswa.

Tampak juga di dalam video, salah seorang pendemo yang tertangkap oleh petugas setelah jatuh di aspal lalu dipukuli beberapa oknum polisi.

Aksi kekerasan yang dilakukan oleh oknum kepolisian itu, mendapat kecaman dari berbagai netizen. Di akun facebook Trimen Harefa menulis “Tidak mudah membangun citra baik POLRI, sangat disayangkan kembali dinodai oleh emosi lepas kendali.

Ketua GMNI Cabang Gunungsitoli-Nias, Joko Puriyanto Mendrofa mengungkapkan paling sedikit ada dua orang mahasiswa yang mengalami kekerasan fisik dari oknum kepolisian pada peristiwa itu.

“Ada dua orang korban, satu orang cewek dan satunya cowok. Lukanya akibat kena pukul, cukup serius luka di pelipis dan matanya lebam. Kami tak tahu apa alasan polisi melakukan tindakan brutal itu, saat berlangsung demo, tiba-tiba dari belakang muncul oknum polisi menangkap kawan-kawan,” ungkap Joko.

Joko menyebutkan dalam melakukan aksi itu, ada 4 lokasi tempat dilakukan unjuk rasa yakni RSUD Gunungsitoli, Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, DPRD Kabupaten Nias dan kantor Bupati Nias.

“Kami menilai pelayanan Kesehatan di RSUD Gunungsitoli terhadap pasien tidak sesuai dengan amanat undang-undang 1945, serta cita cita luhur bangsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tupoksinya, maka GMNI menyampaikan sikap,” ungkapnya.

Dalam orasinya, mahasiswa meminta kepada DPRD Kabupaten Nias untuk membentuk pansus pengawasan anggaran Covid-19 yang melibatkan elemen masyarakat dan pemuda, dan memberikan ruang dengar pendapat (RDP) kepada masyarakat terhadap setiap keluhan terkait pasien Pandemi Covid 19.

Kemudian mahasiswa juga mendesak pemerintah agar mencopot direktur RSUD Gunungsitoli, serta memberikan pertanggungjawaban terhadap realisasi Covid-19, dan bersedia memberikan penjelasan terkait informasi di RSUD Gunung Sitoli. (adl/ram)

PUKULI: Seorang pendemo yang ditangkap Polisi, dipukuli di atas aspal, depan kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Nias.

GUNUNGSITOLI, SUMUTPOS.CO– Unjuk rasa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berakhir ricuh. Beberapa mahasiswa mengalami luka-luka, akibat terkena pukulan, saat melakukan aksi di depan kantor Dinas Kesehatan Kabupaten, Jalan Kartini Kota Gunungsitoli, Selasa (3/11).

Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya kericuhan tersebut, namun dari video yang sudah viral di media sosial tampak personel kepolisian yang turut mengamankan aksi, tiba-tiba mengejar dan berusaha menangkap mahasiswa.

Tampak juga di dalam video, salah seorang pendemo yang tertangkap oleh petugas setelah jatuh di aspal lalu dipukuli beberapa oknum polisi.

Aksi kekerasan yang dilakukan oleh oknum kepolisian itu, mendapat kecaman dari berbagai netizen. Di akun facebook Trimen Harefa menulis “Tidak mudah membangun citra baik POLRI, sangat disayangkan kembali dinodai oleh emosi lepas kendali.

Ketua GMNI Cabang Gunungsitoli-Nias, Joko Puriyanto Mendrofa mengungkapkan paling sedikit ada dua orang mahasiswa yang mengalami kekerasan fisik dari oknum kepolisian pada peristiwa itu.

“Ada dua orang korban, satu orang cewek dan satunya cowok. Lukanya akibat kena pukul, cukup serius luka di pelipis dan matanya lebam. Kami tak tahu apa alasan polisi melakukan tindakan brutal itu, saat berlangsung demo, tiba-tiba dari belakang muncul oknum polisi menangkap kawan-kawan,” ungkap Joko.

Joko menyebutkan dalam melakukan aksi itu, ada 4 lokasi tempat dilakukan unjuk rasa yakni RSUD Gunungsitoli, Dinas Kesehatan Kabupaten Nias, DPRD Kabupaten Nias dan kantor Bupati Nias.

“Kami menilai pelayanan Kesehatan di RSUD Gunungsitoli terhadap pasien tidak sesuai dengan amanat undang-undang 1945, serta cita cita luhur bangsa sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tupoksinya, maka GMNI menyampaikan sikap,” ungkapnya.

Dalam orasinya, mahasiswa meminta kepada DPRD Kabupaten Nias untuk membentuk pansus pengawasan anggaran Covid-19 yang melibatkan elemen masyarakat dan pemuda, dan memberikan ruang dengar pendapat (RDP) kepada masyarakat terhadap setiap keluhan terkait pasien Pandemi Covid 19.

Kemudian mahasiswa juga mendesak pemerintah agar mencopot direktur RSUD Gunungsitoli, serta memberikan pertanggungjawaban terhadap realisasi Covid-19, dan bersedia memberikan penjelasan terkait informasi di RSUD Gunung Sitoli. (adl/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/