29 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Tukar Peran: Murid Menjelaskan, Guru Mendengarkan

Belajar Daring Selama Pandemi Covid-19

Arief Mahdian, guru IPS di UPTD SMPN 3 Air Putih Batubara, Sumatera Utara.

BATUBARA, SUMUTPOS.CO– Beragam variasi cara guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik, selama pembelajaran secara daring di tengah pandemi Covid-19. Utamanya, guru menjelaskan atau mengirim video pembelajaran sederhana kemudian dibagikan ke grup belajar siswa, baik melalui aplikasi WhatsApp, Google Classroom, Telegram, dll.

Arief Mahdian, guru IPS di UPTD SMPN 3 Air Putih Batubara, Sumatera Utara, mencoba cara pembelajaran dengan bertukar peran. Yakni, murid menjelaskan, dan guru mendengar.

“Ide tukar peran itu muncul setelah mengulas materi Dinamika Penduduk Benua Asia. Biasanya ‘kan guru yang lebih berperan dalam pembelajaran. Kali ini, siswa yang berperan menjelaskan sebuah materi. Guru hanya memberikan tugas proyek kepada peserta didik tentang materi yang harus dijelaskan,” kata Arief Mahdian, kepada Sumut Pos, Rabu (4/11).

Langkah pertama, dirinya membagi siswa dalam 4 kelompok diskusi.

“Kelas 9.7 ada 28 siswa. Setelah dibagi ke dalam 4 kelompok, maka tiap kelompok beranggotakan 7 siswa. Setiap kelompok diminta membentuk grup WA. Tugasnya membuat video pembelajaran dengan masing-masing anggota kelompok memiliki peran. Ada yang berperan dalam penyampaian salam pembuka, beberapa orang menyampaikan materi pembelajaran versi mereka, ada yang berperan menyampaikan salam penutup, serta satu orang berperan mengedit beberapa video menjadi satu video,” jelas salahsatu fasilitator daerah komunikasi Batubara Program Pintar Tanoto Foundation, Jumat (9/10).

Adapun materi tugas yang diberikan kepada siswa adalah tentang Dinamika Penduduk Benua Benua di dunia, dengan sub materi Dinamika Penduduk Benua Amerika, Dinamika Penduduk Benua Eropa, Dinamika Penduduk Benua Afrika, dan Dinamika Penduduk Benua Australia.

Setiap kelompok dipersilakan memilih sub materi yang akan dijadikan video. Setelah sub materi dipilih, Arief memberi satu contoh video pembelajaran kepada tiap tiap kelompok. Ketua kelompok membagi tugas dan peran setiap anggota siapa.

“Tugas kelompok dikerjakan di rumah masing-masing. Video dibuat  menggunakan HP Android yang mereka miliki. Boleh melibatkan orangtua atau anggota keluarga. Tetapi tiap grup dilarang mengerjakan tugas secara bersama-sama, sebagai cara menegakkan protokol kesehatan, yakni jaga jarak dan menghindari kerumunan,” tegasnya.

Salahseorang siswa kelas 9 di UPTD SMPN 3 Air Putih Batubara, saat tukar peran menjelaskan materi pelajaran Dinamika Penduduk Benua Benua di Dunia.

Tugas proyek dikerjakan selama 2 minggu (14 Oktober–28 Oktober 2020). Syarat lainnya, saat syuting video, anggota kelompok wajib tetap mengenakan seragam sekolah. Arief menyemangati para anak didik tentang beberapa orang artis yang terjun sebagai Youtuber atau pembaca berita di televisi.

“Kalian lihat mereka bisa? Saya yakin kalian juga bisa,” cetus salahsatu peserta pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini memotivasi.

Setelah satu minggu, ia menanyakan perkembangan proyek video tersebut. Ternyata beberapa kelompok menghadapi sejumlah kendala. Di antaranya, ada anggota yang mengaku malu.

“Saya malu, Pak. Saya kaku dalam berbicara, apalagi harus divideokan. Saya tidak pede,” aku beberapa murid malu-malu.

Tapi Arief tidak membiarkan anak didiknya menyerah. Ia kembali memotivasi mereka agar tidak malu-malu. “Kita ‘kan tidak berbuat salah? Videonya juga dibuat di rumah. Tidak banyak orang yang melihat. Kamu cukup melibatkan beberapa anggota keluargamu. Buatlah video sesuai kemampuan. Itu berguna untuk meningkatkan rasa percaya diri kalian. Kalau perlu, coba latihan di depan cermin,” katanya menasihati sekaligus memberikan jalan keluar.

Ia berpesan kepada ketua kelompok, agar terus bertanya ke guru bila ada kendala lagi dari anggotanya.

Salahseorang siswa kelas 9 di UPTD SMPN 3 Air Putih Batubara, saat tukar peran menjelaskan materi pelajaran Dinamika Penduduk Benua Benua di Dunia.

Setelah dua minggu, seluruh tugas kelompok selesai. Arief menonton seluruh video dari masing masing kelompok. Giliran dirinya sebagai guru yang mendengarkan materi pelajaran soal dinamika penduduk setiap benua, yang dijelaskan para murid.

Ia menilai kemampuan anak didik dalam membuat video sederhana cukup bagus, meski di sana sini sini masih ada kekurangan.

 “Aih… ternyata mereka semua memiliki bakat bakat terpendam. Selama ini jarang terekspos karena mungkin belum menemukan saluran yang tepat,” katanya dengan nada antusias.

Hasil evaluasi Arief, pembelajaran dengan metode tukar peran ini cukup berhasil membuat siswa berani menyampaikan pendapat, menggairahkan para siswa tetap belajar meski secara daring, dan guru beserta murid dan teman-temannya tetap bisa berkomunikasi atau berdiskusi.

“Melihat suksesnya cara bertukar peran ini, saya berniat akan kembali memberi penugasan membuat video tentang materi ajar lainnya. Karena bisa memacu potensi yang selama ini tersimpan dalam diri peserta didik,” katanya bersemangat. (mea)

Belajar Daring Selama Pandemi Covid-19

Arief Mahdian, guru IPS di UPTD SMPN 3 Air Putih Batubara, Sumatera Utara.

BATUBARA, SUMUTPOS.CO– Beragam variasi cara guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik, selama pembelajaran secara daring di tengah pandemi Covid-19. Utamanya, guru menjelaskan atau mengirim video pembelajaran sederhana kemudian dibagikan ke grup belajar siswa, baik melalui aplikasi WhatsApp, Google Classroom, Telegram, dll.

Arief Mahdian, guru IPS di UPTD SMPN 3 Air Putih Batubara, Sumatera Utara, mencoba cara pembelajaran dengan bertukar peran. Yakni, murid menjelaskan, dan guru mendengar.

“Ide tukar peran itu muncul setelah mengulas materi Dinamika Penduduk Benua Asia. Biasanya ‘kan guru yang lebih berperan dalam pembelajaran. Kali ini, siswa yang berperan menjelaskan sebuah materi. Guru hanya memberikan tugas proyek kepada peserta didik tentang materi yang harus dijelaskan,” kata Arief Mahdian, kepada Sumut Pos, Rabu (4/11).

Langkah pertama, dirinya membagi siswa dalam 4 kelompok diskusi.

“Kelas 9.7 ada 28 siswa. Setelah dibagi ke dalam 4 kelompok, maka tiap kelompok beranggotakan 7 siswa. Setiap kelompok diminta membentuk grup WA. Tugasnya membuat video pembelajaran dengan masing-masing anggota kelompok memiliki peran. Ada yang berperan dalam penyampaian salam pembuka, beberapa orang menyampaikan materi pembelajaran versi mereka, ada yang berperan menyampaikan salam penutup, serta satu orang berperan mengedit beberapa video menjadi satu video,” jelas salahsatu fasilitator daerah komunikasi Batubara Program Pintar Tanoto Foundation, Jumat (9/10).

Adapun materi tugas yang diberikan kepada siswa adalah tentang Dinamika Penduduk Benua Benua di dunia, dengan sub materi Dinamika Penduduk Benua Amerika, Dinamika Penduduk Benua Eropa, Dinamika Penduduk Benua Afrika, dan Dinamika Penduduk Benua Australia.

Setiap kelompok dipersilakan memilih sub materi yang akan dijadikan video. Setelah sub materi dipilih, Arief memberi satu contoh video pembelajaran kepada tiap tiap kelompok. Ketua kelompok membagi tugas dan peran setiap anggota siapa.

“Tugas kelompok dikerjakan di rumah masing-masing. Video dibuat  menggunakan HP Android yang mereka miliki. Boleh melibatkan orangtua atau anggota keluarga. Tetapi tiap grup dilarang mengerjakan tugas secara bersama-sama, sebagai cara menegakkan protokol kesehatan, yakni jaga jarak dan menghindari kerumunan,” tegasnya.

Salahseorang siswa kelas 9 di UPTD SMPN 3 Air Putih Batubara, saat tukar peran menjelaskan materi pelajaran Dinamika Penduduk Benua Benua di Dunia.

Tugas proyek dikerjakan selama 2 minggu (14 Oktober–28 Oktober 2020). Syarat lainnya, saat syuting video, anggota kelompok wajib tetap mengenakan seragam sekolah. Arief menyemangati para anak didik tentang beberapa orang artis yang terjun sebagai Youtuber atau pembaca berita di televisi.

“Kalian lihat mereka bisa? Saya yakin kalian juga bisa,” cetus salahsatu peserta pelatihan Pengembangan Budaya Baca Tanoto Foundation ini memotivasi.

Setelah satu minggu, ia menanyakan perkembangan proyek video tersebut. Ternyata beberapa kelompok menghadapi sejumlah kendala. Di antaranya, ada anggota yang mengaku malu.

“Saya malu, Pak. Saya kaku dalam berbicara, apalagi harus divideokan. Saya tidak pede,” aku beberapa murid malu-malu.

Tapi Arief tidak membiarkan anak didiknya menyerah. Ia kembali memotivasi mereka agar tidak malu-malu. “Kita ‘kan tidak berbuat salah? Videonya juga dibuat di rumah. Tidak banyak orang yang melihat. Kamu cukup melibatkan beberapa anggota keluargamu. Buatlah video sesuai kemampuan. Itu berguna untuk meningkatkan rasa percaya diri kalian. Kalau perlu, coba latihan di depan cermin,” katanya menasihati sekaligus memberikan jalan keluar.

Ia berpesan kepada ketua kelompok, agar terus bertanya ke guru bila ada kendala lagi dari anggotanya.

Salahseorang siswa kelas 9 di UPTD SMPN 3 Air Putih Batubara, saat tukar peran menjelaskan materi pelajaran Dinamika Penduduk Benua Benua di Dunia.

Setelah dua minggu, seluruh tugas kelompok selesai. Arief menonton seluruh video dari masing masing kelompok. Giliran dirinya sebagai guru yang mendengarkan materi pelajaran soal dinamika penduduk setiap benua, yang dijelaskan para murid.

Ia menilai kemampuan anak didik dalam membuat video sederhana cukup bagus, meski di sana sini sini masih ada kekurangan.

 “Aih… ternyata mereka semua memiliki bakat bakat terpendam. Selama ini jarang terekspos karena mungkin belum menemukan saluran yang tepat,” katanya dengan nada antusias.

Hasil evaluasi Arief, pembelajaran dengan metode tukar peran ini cukup berhasil membuat siswa berani menyampaikan pendapat, menggairahkan para siswa tetap belajar meski secara daring, dan guru beserta murid dan teman-temannya tetap bisa berkomunikasi atau berdiskusi.

“Melihat suksesnya cara bertukar peran ini, saya berniat akan kembali memberi penugasan membuat video tentang materi ajar lainnya. Karena bisa memacu potensi yang selama ini tersimpan dalam diri peserta didik,” katanya bersemangat. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/