SUMUTPOS.CO – Lake Toba Traditional Music Festival (LTTMF) yang berlangsung di Harian Boho, Kabupaten Samosir, sukses dihelat pada 26 Oktober 2021. Diharapkan melalui LTTMF, ikut memperkuat promosi wisata super prioritas Danau Toba kepada wisatawan nusantara maupun mancanegara.
“Prinsip LTTMF ini adalah untuk mengangkat idiom-idiom yang ada di Kawasan Danau Toba (KDT) dalam karya musik. Karya musik dinilai lebih efektif karena dapat menjangkau khalayak yang lebih luas,” kata Ketua Panitia LTTMF 2021, Ojax Manalu kepada wartawan, Rabu (3/11). “Jadi semangatnya kita ingin melibatkan banyak komposer untuk menangkap idiom-idiom yang ada di KDT. Mereka kita harapkan melihat dan mengungkapkannya dengan berbagai aspek, perspektif dan genre melalui karya musik,” sambung salah seorang pendiri Rumah Karya Indonesia itu.
Guna mewujudkan gawean ini agar benar-benar berkualitas, kata Ojax, panitia melakukan sejumlah tahapan. Dimulai dari open call composer (1-20 Agustus) yang mengumpulkan komposer musik tradisi dari wilayah Indonesia bagian barat. Dari 75 komposer di seleksi menjadi 12 komposer oleh kurator yakni Hendrik Paranginangin, Irwansyah, Taufik Adam, Jabatin Bangun, dan Gondrong Gunarto
Tahapan selanjutnya, melakukan riset musik sakral 4 puak di KDT yakni, Toba, Karo, Simalungun, dan Pakpak Bharat pada 6-8 September yang dilakukan di Dokan, Paropo, Sianjur Mula-mula, dan Simalungun. Selanjutnya penciptaan oleh 12 komposer dengan ide dasar musik tradisional 4 puak di KDT (13-25 Oktober). Setelah itu pembuatan video klip di 16 titik geosite di KDT (1-14 Oktober). Pembuatan video klip ini dilakukan di 16 titik geosite di Danau Toba.
Adapun tahapan terakhir adalah LTTMF pada 26 Oktober, yang menjadi acara puncak. Di gawean ini ada 30 komposer yang terlibat ditambah 60 pemuda-pemudi dari berbagai sanggar di KDT yang mengangkat tajuk “Eta Margondang”.
Diketahui, LTTMF digagas oleh Rumah Karya Indonesia dan didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Direktorat Perfilman Musik dan Media Baru serta Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh.
“Tahapan-tahapan ini sengaja digelar di beberapa titik geosite di KDT dengan harapan para seniman akan berkolaborasi dengan sesama seniman dan juga masyarakat lokal. Pada prinsipnya LTTMF diharapkan menjadi satu wadah bagi para komposer musik untuk dijadikan ruang ekspresi bermusik dengan kemerdekaan berkarya dengan mengangkat idiom-idiom tradisi nusantara,” pungkas Ojax. Puncak acara LTTMF dihadiri Mendikbudristek RI, Nadiem Makarim. (prn)