26 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Makam Melpa akan Dibongkar

Kesiapan Pemerintah Kota (Pemko) Tebingtinggi membantu otopsi ulang terhadap jenazah Melpa Suriani Br Simanjuntak disambut baik pihak keluarga. Mereka pun sepakat untuk mengotopsi ulang mayat Melpa. Mereka siap membongkar kuburan korban kecelakaan di Johor Bahru Malaysia tersebut.

TEBINGTINGGI- “Kami mengucapkan terima kasih kepada Sumut Pos yang mau membantu (memberitakan) semua ini. Kami orang miskin yang tidak mampu membiaya otopsi anak kami. Untuk makan kami sudah kekurangan biaya, apalagi ditambah dengan biaya adat pemakaman kemarin yang masih utang,” ungkap ibu Melpa, Bosledi Br Sianturi.

Juru bicara keluarga, Marjuang Lumbangaol, mengatakan akan memperjuangkan otopsi ulang terhadap jenazah Melpa yang telah dimakamkan. Selain membuat surat pengaduan ke Polres Tebingtinggi, pihaknya akan mengirim surat ke KBRI di Malaysia untuk menuntut pihak Hospital Sultan Ismail di Johor Bahru Malaysia. “Perjuangan ini akan berlanjut. Ini mengingatkan kita bahwa masih banyak warga Indonesia yang bekerja di Malaysia. Bagaimana kalau mereka melakukan terhadap TKI yang lainnya. Ini ‘kan pelanggaran hak azasi manusia. Jika terbukti telah ada pengembilan organ tubuh, kita akan menuntut secara hukum melalui KBRI di sana. Cukup Melpa saja yang mengalami hal seperti ini dan jangan menimpa kepada warga Indonesia yang lainnya,” pinta Marjuang.

Di sisi lain, Wakil Wali Kota Tebingtinggi Irham Taufik mengatakan akan memfasilitasi pelaksaan otopsi ulang tersebut. Tetapi, pihak korban terlebih dahulu harus membuat pengaduan ke pihak berwajib yaitu kepolisian Polres Tebingtinggi. Selanjutnya surat pengaduan keberatan tersebut dilampirkan di dalam proposal diajukan kepada Pemko Tebingtinggi melalui instansi terkait yang menangani permasalahan sosial. “Pemko Tebingtinggi tetap akan memfasilitasinya,” tegas Irham Taufik.

Terkait dengan itu, Kasubbag Humas Polres Tebingtinggi AKP Ngemat Surbakti menyambut baik niat keluarga. “Setelah membuat pengaduan, korban akan kami fasilitasi. Dan kami akan berkoordinasi melaporkan kepada pihak Konsulat Jenderal (Konjen) di Johor Bahru Malaysia untuk melakukan otopsi ulang kepada jenazah Melpa Suriani,” terangnya.

Menurut Ngemat, untuk otopsi nantinya akan dilakukan oleh dokter kehakiman. Maksudnya, dokter dari Rumah Sakit dr Pirngadi Medan yang telah diambil sumpahnya oleh hakim. Dan apapun keputusan dari dokter tersebut, tidak dapat diganggu gugat. “Otopsi itu nantinya akan disaksikan langsung oleh Konjen darinJohor Bahru Malaysia di dampingi dokter kehakiman, Polri bisa dari Poldasu dan juga bisa dari Polres Tebingtinggi, tetapi semua itu butuh proses panjang karena menyangkut dua negara,” jelasnya.

Dari Jakarta, kasus yang menimpa Melpa ternyata belm menjadi perhatian. “Kasus di mana ya. Meninggal di mana ya. Oke, nanti saya cek dulu,” ujar Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Tatang Razak kepada koran ini di Jakarta, kemarin (5/4).

Tatang juga tidak berkomentar banyak terkait dugaan pencurian organ tubuh Melpa. “Belahan di dada itu biasa karena diotopsi,” ujar Tatang.
Penjelasan lebih lengkap disampaikan Kasubdit di Direktorat Perlindungan WNI di Malaysia, Kemenlu, Rafael Walangitan. Dia sampaikan, tidak ada data yang masuk atas nama Melpa. Pihak kemenlu segera akan melakukan pengecekan untuk memastikan hal tersebut.

Meski belum ada data masuk terkait kasus Melpa, Rafael memastikan, tidak ada yang namanya pencurian organ. “Dulu untuk kasus tiga korban asal NTB, juga dibilang pencurian organ, tapi faktanya tidak. Data Migrant Care tidak valid,” ujar Rafael.

Dijelaskan, jika untuk korban ada keterangan dari dokter dengan istilah kedokteran, Chest Trauma Due To Road Traffic Fatality, berarti itu kecelakaan dengan luka di dada.

“Jahitan di dada kemungkinan karena luka kecelakaan itu. Atau bisa juga otopsi sesuai kebiasaan yang dilakukan di Malaysia,” ujarnya.

Jika otopsi di Malaysia sudah atas seizin pihak keluarga, lanjutnya, sebenarnya sudah tidak ada masalah lagi. Meski demikian, pihaknya akan mengirim petugas ke Tebingtinggi guna memastikan kasus ini. Rafael juga berjanji akan melacak data ini agar bisa disikapi dengan cepat oleh Kemenlu.

Melpa ‘Disembunyikan’ Rumah Sakit

Kemarin di rumah duka yang berada di Jalan Pulau Sumatera Lingkungan II Kecamatan Padang Hulu Kota Tebingtinggi, Sumut Pos berhasil menjumpai Br Simanjuntak (21). Liana merupakan adik Melpa yang juga tinggal di Malaysia. Liana dan Melpa tinggal serumah di Johor Bahru.

Dengan tatapan sedih dan suara yang tertahan Liana pun bercerita proses kematian kakaknya. “Kami mendapat kabar dari warga sekitar, bahwa kakak Melpa ditabrak mobil (Sabtu 30/3, Red) ketika hendak menyeberang dari membeli pulsa. Orang tak dikenal langsung membawanya ke rumah sakit,” tuturnya.

Mendapat kabar tersebut, Liana mencari keberdaan kakaknya dirawat. Dia langsung mendatangi Hospital Sultan Sulaiman di Johor Bahru. Tetapi, pihak rumah sakit mengaku tidak tahu menahu. Dari informasi yang didapat di rumah sakit itu, kemungkinan kakaknya berada di Hospital Sultan Ismail. “Saya langsung memberi kabar abang ipar saya (Manimahren suami dari Lina Br Simanjuntak) untuk mencari keberadaan kakak saya. Setelah sampai di Hospital Sultan Ismail sekitar pukul 12.00 waktu Malaysia, kami bertanya kepada resepsionis. Dan resepsionis itu mengatakan tidak mengetahui kalau ada orang Indon (Indonesia) korban kecelakaan yang dirawat,” jelas Liana.

Merasa tak puas, Liana kembali bertanya kepada pihak penjaga rumah sakit tersebut, tetapi jawaban yang sama diterimanya. “Saya katakan kepada penjaga rumah sakit kalau kakak saya katanya dirawat di sini. Dia tidak memilik dokumen resmi, kami bahwa paspornya. Tetapi, kami hanya mendapat jawaban bahwa Melpa tidak dirawat di situ,” ungkapnya.

Karena merasa curiga dan waktu terus berlanjut, abang iparnya, Manimahren (24) warga Malaysia yang berperawakan India mengambil inisiatif. Dia bertanya ke petugas tanpa didampingi Liana. Hasilnya? Petugas itu menjawab ada orang Indonesia tanpa identitas yang sedang dirawat di ruang Zone Red (instalasi gawat darurat) dekat dengan ruang resepsionis.

Keadaan inilah yang membuat Liana curiga. Dia merasa ditipu. Dia pun langsung ingin melihat kondisi kakaknya. Namun, dia dihalang-halangi petugas dengan alasan kakaknya masih dilakukan bedah siasat (otopsi) oleh dokter.

“Selang beberapa jam, sekitar pukul satu lebih dini hari (Minggu 31/3), saya mendapat kabar dari pihak agency warga negara Malaysia orang kebangsaan Cina kalau korban tabrak tepi jalan telah meninggal dunia. Kata agency itu, orang itu telah meninggal dan masih menjalani bedah siasat. Yang membuat kami heran, mengapa pihak agency cepat datang terkait telah meninggalnya kakak kami. Dalam hitungan menit mereka sudah berada di Hospital Sultan Ismail,” katanya.

Sebelumnya Liana sering mendengar dari teman-teman kerjanya di Malaysia, bahwa orang Indonesia apabila meninggal masuk ke rumah sakit dengan luka jahitan mulai dari tulang belakang tengkorak hingga membelah dada memanjang menuju ke pinggang itu menandakan adanya pengambilan organ tubuh oleh pihak rumah sakit. Merasa curiga, Liana meminta kepada agency agar bisa melihat jenazah kakaknya di Hospital Sultan Ismail.

“Agency itu mengatakan kalau ingin melihat jenazah kakaknya harus di kedai (Kantor Agency). Di hospital dilarang warga melihatnya. Memang sebelumnya ada kecurigaan kami, pihak hospital dan agency menyorongkan surat untuk penulisan nama dan nomor handphone, tetapi saya tidak membacanya dan langsung menulis,” jelasnya.

Barulah keesokan harinya, Senin (1/3) pagi pihak agency mengizinkan untuk melihat jenazah kakaknya. Itu pun hanya sebatas kepala di mana kondisi badan masih dimasukan ke dalam lemari pendingin. “Ketika saya hendak menggantikan baju, terkejut saya melihat kondisi jenazah dengan jahitan sebanyak itu memanjang mulai dari bagian belakang kepala membelah dada perut dan melingkar kebagian pinggang menuju ginjal,” ujarnya.

Langsung penemuan itu Liana kabarkan kepada pihak agency. Tetapi, agency dengan mudah menjawab kalau prosedur di hospital di Malaysia memang harus begitu. Menurut laporan rumah sakit bahwa di bagian dada tepat dijantung terjadi benturan keras akibat tabrakan.

Ketika ditanya terkait organ tubuh yang diambil, pihak agency membantahnya. Agency, menurut pengakuan Liana, malah mengatakan organ tubuh telah dimasukkan kembali. “Dia (agency), mengatakan bahwa melihat dokter mengeluarkan organ tubuh kakak, tetapi katanya dimasukkan kembali dan baru dijahit,” ucap Liana dengan sedih.

Karena dipikir menurut Liana prosedur itu memang benar, dia pun tidak menyatakan keberatannya. Sebelum diberangkatkan ke Indonesia, terlebih dahulu pihak keluarga melakukan ibadah pemberkatan jenazah. Pendeta yang melakukan pemberkatan sempat melihat kondisi jenazah Melpa dengan kondisi mengenaskan penuh dengan jahitan di sekujur tubuhnya. Tetapi pendeta tidak menganggap itu sebagi pengambilan organ tubuh.

“Sebelumnya kami telah mengurus pengembalian jenazah melalui surat yang telah dilayangkan kepada pihak KBRI di Malaysia. Setelah semua dokumen lengkap, pihak agency langsung memberangkatkan jenazah ke Indonesia dan Selasa (2/4) petang sampai di kediaman orangtua kami di Kota Tebingtinggi,” katanya. (ian/sam)

Terkait: Pemko Tebing Siap Bantu Otopsi Ulang

Kesiapan Pemerintah Kota (Pemko) Tebingtinggi membantu otopsi ulang terhadap jenazah Melpa Suriani Br Simanjuntak disambut baik pihak keluarga. Mereka pun sepakat untuk mengotopsi ulang mayat Melpa. Mereka siap membongkar kuburan korban kecelakaan di Johor Bahru Malaysia tersebut.

TEBINGTINGGI- “Kami mengucapkan terima kasih kepada Sumut Pos yang mau membantu (memberitakan) semua ini. Kami orang miskin yang tidak mampu membiaya otopsi anak kami. Untuk makan kami sudah kekurangan biaya, apalagi ditambah dengan biaya adat pemakaman kemarin yang masih utang,” ungkap ibu Melpa, Bosledi Br Sianturi.

Juru bicara keluarga, Marjuang Lumbangaol, mengatakan akan memperjuangkan otopsi ulang terhadap jenazah Melpa yang telah dimakamkan. Selain membuat surat pengaduan ke Polres Tebingtinggi, pihaknya akan mengirim surat ke KBRI di Malaysia untuk menuntut pihak Hospital Sultan Ismail di Johor Bahru Malaysia. “Perjuangan ini akan berlanjut. Ini mengingatkan kita bahwa masih banyak warga Indonesia yang bekerja di Malaysia. Bagaimana kalau mereka melakukan terhadap TKI yang lainnya. Ini ‘kan pelanggaran hak azasi manusia. Jika terbukti telah ada pengembilan organ tubuh, kita akan menuntut secara hukum melalui KBRI di sana. Cukup Melpa saja yang mengalami hal seperti ini dan jangan menimpa kepada warga Indonesia yang lainnya,” pinta Marjuang.

Di sisi lain, Wakil Wali Kota Tebingtinggi Irham Taufik mengatakan akan memfasilitasi pelaksaan otopsi ulang tersebut. Tetapi, pihak korban terlebih dahulu harus membuat pengaduan ke pihak berwajib yaitu kepolisian Polres Tebingtinggi. Selanjutnya surat pengaduan keberatan tersebut dilampirkan di dalam proposal diajukan kepada Pemko Tebingtinggi melalui instansi terkait yang menangani permasalahan sosial. “Pemko Tebingtinggi tetap akan memfasilitasinya,” tegas Irham Taufik.

Terkait dengan itu, Kasubbag Humas Polres Tebingtinggi AKP Ngemat Surbakti menyambut baik niat keluarga. “Setelah membuat pengaduan, korban akan kami fasilitasi. Dan kami akan berkoordinasi melaporkan kepada pihak Konsulat Jenderal (Konjen) di Johor Bahru Malaysia untuk melakukan otopsi ulang kepada jenazah Melpa Suriani,” terangnya.

Menurut Ngemat, untuk otopsi nantinya akan dilakukan oleh dokter kehakiman. Maksudnya, dokter dari Rumah Sakit dr Pirngadi Medan yang telah diambil sumpahnya oleh hakim. Dan apapun keputusan dari dokter tersebut, tidak dapat diganggu gugat. “Otopsi itu nantinya akan disaksikan langsung oleh Konjen darinJohor Bahru Malaysia di dampingi dokter kehakiman, Polri bisa dari Poldasu dan juga bisa dari Polres Tebingtinggi, tetapi semua itu butuh proses panjang karena menyangkut dua negara,” jelasnya.

Dari Jakarta, kasus yang menimpa Melpa ternyata belm menjadi perhatian. “Kasus di mana ya. Meninggal di mana ya. Oke, nanti saya cek dulu,” ujar Direktur Perlindungan WNI Kemenlu Tatang Razak kepada koran ini di Jakarta, kemarin (5/4).

Tatang juga tidak berkomentar banyak terkait dugaan pencurian organ tubuh Melpa. “Belahan di dada itu biasa karena diotopsi,” ujar Tatang.
Penjelasan lebih lengkap disampaikan Kasubdit di Direktorat Perlindungan WNI di Malaysia, Kemenlu, Rafael Walangitan. Dia sampaikan, tidak ada data yang masuk atas nama Melpa. Pihak kemenlu segera akan melakukan pengecekan untuk memastikan hal tersebut.

Meski belum ada data masuk terkait kasus Melpa, Rafael memastikan, tidak ada yang namanya pencurian organ. “Dulu untuk kasus tiga korban asal NTB, juga dibilang pencurian organ, tapi faktanya tidak. Data Migrant Care tidak valid,” ujar Rafael.

Dijelaskan, jika untuk korban ada keterangan dari dokter dengan istilah kedokteran, Chest Trauma Due To Road Traffic Fatality, berarti itu kecelakaan dengan luka di dada.

“Jahitan di dada kemungkinan karena luka kecelakaan itu. Atau bisa juga otopsi sesuai kebiasaan yang dilakukan di Malaysia,” ujarnya.

Jika otopsi di Malaysia sudah atas seizin pihak keluarga, lanjutnya, sebenarnya sudah tidak ada masalah lagi. Meski demikian, pihaknya akan mengirim petugas ke Tebingtinggi guna memastikan kasus ini. Rafael juga berjanji akan melacak data ini agar bisa disikapi dengan cepat oleh Kemenlu.

Melpa ‘Disembunyikan’ Rumah Sakit

Kemarin di rumah duka yang berada di Jalan Pulau Sumatera Lingkungan II Kecamatan Padang Hulu Kota Tebingtinggi, Sumut Pos berhasil menjumpai Br Simanjuntak (21). Liana merupakan adik Melpa yang juga tinggal di Malaysia. Liana dan Melpa tinggal serumah di Johor Bahru.

Dengan tatapan sedih dan suara yang tertahan Liana pun bercerita proses kematian kakaknya. “Kami mendapat kabar dari warga sekitar, bahwa kakak Melpa ditabrak mobil (Sabtu 30/3, Red) ketika hendak menyeberang dari membeli pulsa. Orang tak dikenal langsung membawanya ke rumah sakit,” tuturnya.

Mendapat kabar tersebut, Liana mencari keberdaan kakaknya dirawat. Dia langsung mendatangi Hospital Sultan Sulaiman di Johor Bahru. Tetapi, pihak rumah sakit mengaku tidak tahu menahu. Dari informasi yang didapat di rumah sakit itu, kemungkinan kakaknya berada di Hospital Sultan Ismail. “Saya langsung memberi kabar abang ipar saya (Manimahren suami dari Lina Br Simanjuntak) untuk mencari keberadaan kakak saya. Setelah sampai di Hospital Sultan Ismail sekitar pukul 12.00 waktu Malaysia, kami bertanya kepada resepsionis. Dan resepsionis itu mengatakan tidak mengetahui kalau ada orang Indon (Indonesia) korban kecelakaan yang dirawat,” jelas Liana.

Merasa tak puas, Liana kembali bertanya kepada pihak penjaga rumah sakit tersebut, tetapi jawaban yang sama diterimanya. “Saya katakan kepada penjaga rumah sakit kalau kakak saya katanya dirawat di sini. Dia tidak memilik dokumen resmi, kami bahwa paspornya. Tetapi, kami hanya mendapat jawaban bahwa Melpa tidak dirawat di situ,” ungkapnya.

Karena merasa curiga dan waktu terus berlanjut, abang iparnya, Manimahren (24) warga Malaysia yang berperawakan India mengambil inisiatif. Dia bertanya ke petugas tanpa didampingi Liana. Hasilnya? Petugas itu menjawab ada orang Indonesia tanpa identitas yang sedang dirawat di ruang Zone Red (instalasi gawat darurat) dekat dengan ruang resepsionis.

Keadaan inilah yang membuat Liana curiga. Dia merasa ditipu. Dia pun langsung ingin melihat kondisi kakaknya. Namun, dia dihalang-halangi petugas dengan alasan kakaknya masih dilakukan bedah siasat (otopsi) oleh dokter.

“Selang beberapa jam, sekitar pukul satu lebih dini hari (Minggu 31/3), saya mendapat kabar dari pihak agency warga negara Malaysia orang kebangsaan Cina kalau korban tabrak tepi jalan telah meninggal dunia. Kata agency itu, orang itu telah meninggal dan masih menjalani bedah siasat. Yang membuat kami heran, mengapa pihak agency cepat datang terkait telah meninggalnya kakak kami. Dalam hitungan menit mereka sudah berada di Hospital Sultan Ismail,” katanya.

Sebelumnya Liana sering mendengar dari teman-teman kerjanya di Malaysia, bahwa orang Indonesia apabila meninggal masuk ke rumah sakit dengan luka jahitan mulai dari tulang belakang tengkorak hingga membelah dada memanjang menuju ke pinggang itu menandakan adanya pengambilan organ tubuh oleh pihak rumah sakit. Merasa curiga, Liana meminta kepada agency agar bisa melihat jenazah kakaknya di Hospital Sultan Ismail.

“Agency itu mengatakan kalau ingin melihat jenazah kakaknya harus di kedai (Kantor Agency). Di hospital dilarang warga melihatnya. Memang sebelumnya ada kecurigaan kami, pihak hospital dan agency menyorongkan surat untuk penulisan nama dan nomor handphone, tetapi saya tidak membacanya dan langsung menulis,” jelasnya.

Barulah keesokan harinya, Senin (1/3) pagi pihak agency mengizinkan untuk melihat jenazah kakaknya. Itu pun hanya sebatas kepala di mana kondisi badan masih dimasukan ke dalam lemari pendingin. “Ketika saya hendak menggantikan baju, terkejut saya melihat kondisi jenazah dengan jahitan sebanyak itu memanjang mulai dari bagian belakang kepala membelah dada perut dan melingkar kebagian pinggang menuju ginjal,” ujarnya.

Langsung penemuan itu Liana kabarkan kepada pihak agency. Tetapi, agency dengan mudah menjawab kalau prosedur di hospital di Malaysia memang harus begitu. Menurut laporan rumah sakit bahwa di bagian dada tepat dijantung terjadi benturan keras akibat tabrakan.

Ketika ditanya terkait organ tubuh yang diambil, pihak agency membantahnya. Agency, menurut pengakuan Liana, malah mengatakan organ tubuh telah dimasukkan kembali. “Dia (agency), mengatakan bahwa melihat dokter mengeluarkan organ tubuh kakak, tetapi katanya dimasukkan kembali dan baru dijahit,” ucap Liana dengan sedih.

Karena dipikir menurut Liana prosedur itu memang benar, dia pun tidak menyatakan keberatannya. Sebelum diberangkatkan ke Indonesia, terlebih dahulu pihak keluarga melakukan ibadah pemberkatan jenazah. Pendeta yang melakukan pemberkatan sempat melihat kondisi jenazah Melpa dengan kondisi mengenaskan penuh dengan jahitan di sekujur tubuhnya. Tetapi pendeta tidak menganggap itu sebagi pengambilan organ tubuh.

“Sebelumnya kami telah mengurus pengembalian jenazah melalui surat yang telah dilayangkan kepada pihak KBRI di Malaysia. Setelah semua dokumen lengkap, pihak agency langsung memberangkatkan jenazah ke Indonesia dan Selasa (2/4) petang sampai di kediaman orangtua kami di Kota Tebingtinggi,” katanya. (ian/sam)

Terkait: Pemko Tebing Siap Bantu Otopsi Ulang

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/