TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO – Pj Wali Kota Tebingtinggi Muhammad Dimiyathi melalui Kadis Kominfo Kota Tebingtinggi Dedi Parulian Siangian menyampaikan bahwa isu strategis penanganan banjir di Kota Tebingtinggi saat Sidang II Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA) Wilayah Sungai Belawan, Ular, Padang, Selasa siang (6/9) di Medan. Sidang II TKPSDA Wilayah Sungai Belawan, Ular, Padang ini, dilaksanakan selama 3 hari.
Dalam pemaparan PJ Wali Kota, yang sampaikan oleh Kadis Kominfo Dedi Parulian Siagian memaparkan berbagai penelitian dan upaya yang telah dilakukan dalam penaggulangan banjir di Tebingtinggi, seperti bronjong, tanggul dan bangunan bendungan. Namun hal tersebut belum juga bisa menanggulangi banjir di Kota Tebingtinggi.
“Yang menjadi masalah sebenarnya sedimentasi atau terjadinya pendangkalan sungai. Kalau kita lihat kemarin tim dari TKPSDA juga dari BWS Sumatera II sudah turun langsung menelusuri sungai,” ungkapnya.
Lanjut Dedi, hal-hal lain yang menyebabkan banjir di Kota Tebingtinggi disebabkan banjir kiriman yang datang dari daerah Simalungun. “Sederas dan selama apapun hujan di Tebingtinggi, kalau tidak hujan di daerah pegunungan Simalungun, Tebingtinggi itu tidak pernah banjir, karena air itu sebenarnya mengalir. Jadi oleh karena itu, dua faktor tadi adalah penyebab banjir di Tebingtinggi,” jelasnya.
Selain itu, faktor kelalaian juga menjadi penyebabnya. Terjadinya penyempitan di muara muara sungai, sehingga air tidak bisa cepat mengalir. Dibangunnya Bendung Gerak Bajayu ada manfaatnya yakni hanya mengurangi banjir di Tebingtinggi.
Pada kesempatan tersebut, Pemko Tebingtinggi berharap dilakukannya sodetan Sungai Bahilang sebagai salah satu upaya penanggulangan banjir di Kota Tebingtinggi.
“Ini sudah ada kajian, di BWS juga sudah ada, namun jika Tebingtinggi dan BWS saja yang bekerja tidak mungkin bisa dilakukan, jika tidak melibatkan pemerintah Provinsi, BUMN dan Pemkab Serdang Bedagai. Karena Sungai Bahilang ini melintasi Serdang Bedagai, Tebingtinggi dan area PTPN,” paparnya.
Sementara itu, terkait Sungai Padang, Dedi menjelaskan belum ada kajian. Padahal menurutnya, Sungai Padang yang paling parah jika terjadi banjir. Luapan dampak banjirnya itu menggenangi 3/4 Kota Tebingtinggi, termasuk 5 kecamatan yang ada di Tebingtinggi. Parahnya lagi dampak banjir tersebut selalu menimpa daerah inti Kota Tebingtinggi yang padat penduduk.
“Inilah beberapa hal terkait dengan banjir di Kota Tebingtinggi. Melalui tim ini kami harap dapat berkoordinasi lintas daerah, kementerian, sektor dan lembaga, untuk menanggulangi masalah banjir ini. Dari forum ini kami mohon kiranya adanya masukan dan solusi nanti untuk penanggulangan banjir di Kota Tebingtinggi,” harapnya.
Menyahuti paparan Isu Strategis Penanganan Banjir yang disampaikan, Suharsono salah satu Tim TKPSDA menanggapi memang perlu dilakukan sedimentasi yang sangat tinggi dan perbaikan kekuatan tanggul, khususnya pada Sungai Bahilang yang melintasi Jantung Kota Tebingtinggi.
“Jadi saya pikir ada perlu perbaikan yaitu sedimentasi yang sangat tinggi, juga perbaikan kekuatan tanggul khususnya di Sungai Bahilang, juga untuk PDAM Tirta Bulian, sangat perlu kekuatan tanggul ditepi Sungai Padang,” katanya.
Guna mengatasi permasalahan banjir tersebut, Suharsono juga mengatakan perlunya sinergitas, kerjasama dan kolaborasi antara kedua daerah (Tebingtinggi dan Serdang Bedagai) juga bersama Kabupaten yang dihulu, yakni Simalungun. Sebab menurutnya, Kota Tebingtinggi secara administrasi dikelilingi Kabupaten Serdang Bedagai.
“Ini menjadi perhatian besar bagi kita, bagaimana menjadikan satu forum agar mereka semua bisa kerjasama dan sama-sama bekerja untuk mengatasi banjir, bukan hanya di Kota Tebingtinggi, tetapi juga di Kabupaten Serdang Bedagai yang terkena imbasnya,” ujar Suharsono.
Hasil dan keputusan diskusi Sidang II TKPSDA Wilayah Sungai Belawan, Ular, Padang ini nantinya akan direkomendasikan ke Kementerian PUPR. Adapun terkait rencana penanganan banjir di Kota Tebingtinggi oleh Pemerintah Kota adalah, penataan ruang pada kawasan daerah aliran sungai dengan konsep Waterpront City, pembangunan infrastruktur pengendali banjir pada sungai, normalisasi sungai, pembangunan sodetan Sungai Bahilang menuju Sungai Sigiling, pembangunan kolam retensi dan biopori, penataan drainase perkotaan, serta pembangunan Early Warning Systim Bencana Banjir. (Ian/azw)