MEDAN, SUMUTPOS.CO -Ternyata Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sumut memiliki kekhawatiran menjelang agenda politik seperti Pilgubsu 2018 serta Pileg, dan Pilpres 2019. Kekhawatiran itu antara lain politik uang, kekerasan, kecurangan serta diskriminasi. “Ada empat hal masalah seputar pemilu atau pilkada yang bisa terjadi nanti,” kata Ketua KPU Provinsi Sumut, Mulia Banurea, Kamis (5/10).
Poin pertama, ucap Mulia yakni praktik politik uang kerap ditemui menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) dan pemilihan legeslatif (pileg). Biasanya, kata dia, para calon anggota legeslatif ataupun eksekutif (kepala daerah) membagikan sejumlah uang dengan harapan masyarakat mau memberikan suaranya.
Kedua, mengenai tindakan kekerasan yang sering dipilih sebagai ekspresi kekecewaan dan kemarahan pihak yang kalah terhadap proses dan hasil.
“Ketiga adalah kecurangan. Biasanya kecurangan ini dilakukan dalam bentuk manipulasi melanggar aturan main untuk jangka pendek yakni hanya ingin memenangkan kompetisi,” jelasnya.
Terakhir, bilang Mulia, yakni diskriminasi yang terjadi karena ketidaksamaan layanan yang diberikan oleh petugas kepada pemilih karena memiliki latar belakang sosial ekonomi yang berbeda.
Oleh karena itu, Mulia mengimbau agar keempat hal itu tidak terulang kembali saat agenda Pilgubsu 2018, pileg, dan Pilpres 2019.
Kata dia, sudah saatnya pemilu dan pilkada dilakukan secara jujur dan adil. “Berhenti melakukan keempat hal itu. Pemilih pemula juga harus cerdas dalam mengawasi jalannya pilkada dan pileg,” ungkapnya.
Seperti diketahui saat ini sedang berlangsung tahapan pendaftaran bagi partai politik (parpol) calon peserta Pemilu 2019.
Di sisi lain, KPU Sumut juga tengah mensosialisasikan agenda Pilgubsu 2018. Tentunya KPU Sumut sebagai penyelenggara tidak ingin tingkat partisipasi yang rendah terulang kembali seperti di Pilgubsu 2013.
Komisioner KPU Sumut Divisi SDM dan Parmas, Yulhasni menyebut pihaknya saat ini tengah memaksimalkan sosial media (sosmed) untuk mensosialisasikan agenda Pilgubsu 2018 khususnya kepada para pemilih pemula. “Saat ini pemilih pemula merupakan pengguna aktif dari medsos, dan itu kita manfaatkan untuk sosialisasi,”jelasnya (dik/azw)