27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Pakai Slide Presentasi Ajak Nyanyi dan Praktek Prokes

Naikkan Minat Belajar Siswa Baru

Sarah Sofia Hutapea, guru Kelas 1A di SDN Percontohan, Kota Pematangsiantar menggunakan alat bantu laptop, internet, dan slide presentasi (in focus) serta loudspeaker dalam proses belajar mengajar. Tujuannya untuk menarik minat belajar anak Kelas 1 SD.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Satu setengah tahun belajar jarak jauh akibat pandemi Covid-19, akhirnya sekolah di Kota Pematangsiantar mulai melakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) mulai Senin, 27 September 2021. Termasuk murid kelas 1A di Sekolah Dasar Negeri Percontohan Kota Pematangsiantar.

Sempat beberapa bulan belajar secara daring, Senin pekan lalu anak-anak baru SDN itu datang ke sekolah dengan malu-malu. Semua diantar orangtua masing-masing.

“Siswa kelas 1 umumnya murid yang belum mandiri. Masih sangat bergantung dengan orangtua.
Sebagai wali kelas, saya berpikir, apa ya yang sebaiknya saya persiapkan untuk menyambut murid kelas 1 yang nota bene belum pernah masuk ke Sekolah Dasar? Apa ya metodenya agar perhatian mereka bisa cepat diperoleh dan berani lepas dari orangtuanya?” kata Sarah Sofia Hutapea, guru Kelas 1A di SDN Percontohan, kepada Sumut Pos, kemarin.

Sebagai guru yang baru ditempatkan untuk mendidik anak-anak kelas 1, Sarah sempat merasa khawatir apakah dirinya cocok menjadi guru kelas 1SD? “Apa yang harus saya lakukan supaya murid saya mau merespon di kelas? Karena jika pengajaran saya tidak menarik minat mereka, tentunya mereka tidak akan merespon. Saya juga harus tampil ceria dan super sabar. Agar anak-anak baru itu tidak takut,” pikirnya.

Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan itu, guru yang menjadi Fasilitator Daerah (Fasda) Pematangsiantar Tanoto Foundation ini memutuskan untuk mengawali pertemuan dengan mengajak anak-anak melakukan berbagai kegiatan di kelas.

Adapun jumlah siswa yang boleh mengikuti PTMT dibagi dua. Satu kelompok terdiri dari 12 siswa. Kelompok kedua juga terdiri 12 siswa, yang akan mengikuti PTMT di hari berikutnya.

“Di hari pertama PTMP anak baru, saya memutuskan untuk menggunakan alat bantu laptop, internet, dan slide presentasi (in focus) serta loudspeaker dalam proses belajar mengajar. Tujuannya untuk menarik minat belajar anak Kelas 1 SD,” katanya mengungkapkan.

Di awal pertemuan, Sarah mengajak siswa bernyanyi lagu anak-anak “Ayo Berhitung” sambil bertepuk tangan. “Pada awal lagu, murid saya masih ada yang malu-malu. Ada yang enggan bergerak, dan matanya hanya melihat keluar jendela mencari mamanya. Tetapi ada juga murid yang langsung tertarik begitu mendengar bunyi musik,” jelasnya.

Selanjutnya, ia mengajak anak bernyanyi untuk mengenal “6 langkah cara mencuci tangan dengan sabun dan air”. Langkah ini diiringi musik dari youtobe.

Pada lagu ini, anak-anak sudah mulai menunjukkan tanda-tanda ketertarikan. Sebagian besar siswa mulai mau bernyanyi dengan semangat. “Tinggal dua-tiga siswa lagi yang belum begitu respon. Namun sebagai wali kelas, saya tidak berputus-asa. Setelah praktek mencuci tangan, saya mengajak siswa menonton film anak-anak dari youtobe dengan judul “Semut dan Belalang”,” bebernya seraya tersenyum.

Selama film diputar, Sarah memperhatikan seluruh anak-anak tampak larut menonton film. Mereka sudah lupa mencari-cari keberadaan mamanya.

Sarah pun tersenyum lega, karena anak-anak akhirnya bisa mengikuti seluruh proses belajar lewat kegiatan menonton film, tanpa menangis bahkan tanpa mencari-cari ortunya.

“Setelah film berakhir, saya bertanya apa pesan moral yang ditangkap oleh anak-anak. Seorang anak bernama Louis Ben Yudha Purba dengan antusias menjawab: “Semutnya ‘kan Bu… baik hati, rajin mengumpulkan makanan. Jadi si semut tidak mati saat musim kemarau. Sedangkan si belalang malas, kelaparanlah dia di musim kemarau.”

Mendengar jawaban cerdas dan percaya diri itu, Sarah nyaris bertepuk tangan saking senangnya.
“Padahal, tadinya Louis Purba ini di awal pembelajaran tidak mau merespon. Diajak nyanyi sambil berdiri, tidak mau. Karena itu saya kaget ternyata anak ini menyimak cerita film dengan baik,” cetusnya girang.

Di akhir pembelajaran, Louis dan teman-temannya dapat menyebutkan apa saja kegiatan yang dilakukan sepanjang hari itu. “Saat saya mengajak siswa refleksi tentang apa yang mereka rasakan dengan belajar sambil menonton slide, ternyata respon mereka sangat tertarik dan senang,” ungkapnya.

Terbukti, sesampai di rumah, sejumlah anak-anak bercerita kepada orangtuanya. Lewat WhatsApp grup Kelas 1A, salahsatu orang tua siswa bernama Timothy Tambunan mengirim pesan: “Terima kasih kepada ibu guru kelas 1A, yang sudah mengajarkan anak saya cara mencuci tangan dengan menggunakan in focus, sehingga anak saya mengatakan seperti menonton TV di rumah. Anak saya Timothy menjadi tak sabar lagi ingin ke sekolah lagi besoknya,” katanya via WA.

Orangtua Marcell Elfiando Sitorus mengirim pesan: “Mantap Bu Guru. Anak-anak menjadi semangat belajar menggunakan in focus. Anak saya Marcell bercerita di rumah, bahwa di sekolah sangat menyenangkan. Ia bertanya, kapan lagi sekolah Ma, supaya saya bisa nyanyi dan belajar bersama ibu guru. Semoga ya Bu… pembelajaran tatap muka terbatas berjalan dengan baik dan bisa normal kembali. Terhindar anak-anak dan guru dari virus Covid-19,” kata ortu Marcell Elfiando Sitorus via WA.

Kesimpulan yang diambil Sarah, umumnya orang tua bangga menyekolahkan anaknya di SD Negeri Percontohan Pematangsiantar, khususnya di Kelas 1A. “Tidak beda pengajarannya dengan sekolah di swasta,” kata orangtua Alvaro Tambunan.

Senang dan bangga, Sarah berharap dapat memberi pembelajaran yang menarik minat siswa, pembelajaran yang aktif, sehingga lost student learning selama ini dapat pulih dengan berangsur-angsur. Selaku wali kelas, Sarah juga optimis PTMT berhasil asalkan semua pihak berkoordinasi dengan baik. Dan warga sekolah melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. (ssh/mea)

Naikkan Minat Belajar Siswa Baru

Sarah Sofia Hutapea, guru Kelas 1A di SDN Percontohan, Kota Pematangsiantar menggunakan alat bantu laptop, internet, dan slide presentasi (in focus) serta loudspeaker dalam proses belajar mengajar. Tujuannya untuk menarik minat belajar anak Kelas 1 SD.

SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Satu setengah tahun belajar jarak jauh akibat pandemi Covid-19, akhirnya sekolah di Kota Pematangsiantar mulai melakukan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) mulai Senin, 27 September 2021. Termasuk murid kelas 1A di Sekolah Dasar Negeri Percontohan Kota Pematangsiantar.

Sempat beberapa bulan belajar secara daring, Senin pekan lalu anak-anak baru SDN itu datang ke sekolah dengan malu-malu. Semua diantar orangtua masing-masing.

“Siswa kelas 1 umumnya murid yang belum mandiri. Masih sangat bergantung dengan orangtua.
Sebagai wali kelas, saya berpikir, apa ya yang sebaiknya saya persiapkan untuk menyambut murid kelas 1 yang nota bene belum pernah masuk ke Sekolah Dasar? Apa ya metodenya agar perhatian mereka bisa cepat diperoleh dan berani lepas dari orangtuanya?” kata Sarah Sofia Hutapea, guru Kelas 1A di SDN Percontohan, kepada Sumut Pos, kemarin.

Sebagai guru yang baru ditempatkan untuk mendidik anak-anak kelas 1, Sarah sempat merasa khawatir apakah dirinya cocok menjadi guru kelas 1SD? “Apa yang harus saya lakukan supaya murid saya mau merespon di kelas? Karena jika pengajaran saya tidak menarik minat mereka, tentunya mereka tidak akan merespon. Saya juga harus tampil ceria dan super sabar. Agar anak-anak baru itu tidak takut,” pikirnya.

Berangkat dari pertanyaan-pertanyaan itu, guru yang menjadi Fasilitator Daerah (Fasda) Pematangsiantar Tanoto Foundation ini memutuskan untuk mengawali pertemuan dengan mengajak anak-anak melakukan berbagai kegiatan di kelas.

Adapun jumlah siswa yang boleh mengikuti PTMT dibagi dua. Satu kelompok terdiri dari 12 siswa. Kelompok kedua juga terdiri 12 siswa, yang akan mengikuti PTMT di hari berikutnya.

“Di hari pertama PTMP anak baru, saya memutuskan untuk menggunakan alat bantu laptop, internet, dan slide presentasi (in focus) serta loudspeaker dalam proses belajar mengajar. Tujuannya untuk menarik minat belajar anak Kelas 1 SD,” katanya mengungkapkan.

Di awal pertemuan, Sarah mengajak siswa bernyanyi lagu anak-anak “Ayo Berhitung” sambil bertepuk tangan. “Pada awal lagu, murid saya masih ada yang malu-malu. Ada yang enggan bergerak, dan matanya hanya melihat keluar jendela mencari mamanya. Tetapi ada juga murid yang langsung tertarik begitu mendengar bunyi musik,” jelasnya.

Selanjutnya, ia mengajak anak bernyanyi untuk mengenal “6 langkah cara mencuci tangan dengan sabun dan air”. Langkah ini diiringi musik dari youtobe.

Pada lagu ini, anak-anak sudah mulai menunjukkan tanda-tanda ketertarikan. Sebagian besar siswa mulai mau bernyanyi dengan semangat. “Tinggal dua-tiga siswa lagi yang belum begitu respon. Namun sebagai wali kelas, saya tidak berputus-asa. Setelah praktek mencuci tangan, saya mengajak siswa menonton film anak-anak dari youtobe dengan judul “Semut dan Belalang”,” bebernya seraya tersenyum.

Selama film diputar, Sarah memperhatikan seluruh anak-anak tampak larut menonton film. Mereka sudah lupa mencari-cari keberadaan mamanya.

Sarah pun tersenyum lega, karena anak-anak akhirnya bisa mengikuti seluruh proses belajar lewat kegiatan menonton film, tanpa menangis bahkan tanpa mencari-cari ortunya.

“Setelah film berakhir, saya bertanya apa pesan moral yang ditangkap oleh anak-anak. Seorang anak bernama Louis Ben Yudha Purba dengan antusias menjawab: “Semutnya ‘kan Bu… baik hati, rajin mengumpulkan makanan. Jadi si semut tidak mati saat musim kemarau. Sedangkan si belalang malas, kelaparanlah dia di musim kemarau.”

Mendengar jawaban cerdas dan percaya diri itu, Sarah nyaris bertepuk tangan saking senangnya.
“Padahal, tadinya Louis Purba ini di awal pembelajaran tidak mau merespon. Diajak nyanyi sambil berdiri, tidak mau. Karena itu saya kaget ternyata anak ini menyimak cerita film dengan baik,” cetusnya girang.

Di akhir pembelajaran, Louis dan teman-temannya dapat menyebutkan apa saja kegiatan yang dilakukan sepanjang hari itu. “Saat saya mengajak siswa refleksi tentang apa yang mereka rasakan dengan belajar sambil menonton slide, ternyata respon mereka sangat tertarik dan senang,” ungkapnya.

Terbukti, sesampai di rumah, sejumlah anak-anak bercerita kepada orangtuanya. Lewat WhatsApp grup Kelas 1A, salahsatu orang tua siswa bernama Timothy Tambunan mengirim pesan: “Terima kasih kepada ibu guru kelas 1A, yang sudah mengajarkan anak saya cara mencuci tangan dengan menggunakan in focus, sehingga anak saya mengatakan seperti menonton TV di rumah. Anak saya Timothy menjadi tak sabar lagi ingin ke sekolah lagi besoknya,” katanya via WA.

Orangtua Marcell Elfiando Sitorus mengirim pesan: “Mantap Bu Guru. Anak-anak menjadi semangat belajar menggunakan in focus. Anak saya Marcell bercerita di rumah, bahwa di sekolah sangat menyenangkan. Ia bertanya, kapan lagi sekolah Ma, supaya saya bisa nyanyi dan belajar bersama ibu guru. Semoga ya Bu… pembelajaran tatap muka terbatas berjalan dengan baik dan bisa normal kembali. Terhindar anak-anak dan guru dari virus Covid-19,” kata ortu Marcell Elfiando Sitorus via WA.

Kesimpulan yang diambil Sarah, umumnya orang tua bangga menyekolahkan anaknya di SD Negeri Percontohan Pematangsiantar, khususnya di Kelas 1A. “Tidak beda pengajarannya dengan sekolah di swasta,” kata orangtua Alvaro Tambunan.

Senang dan bangga, Sarah berharap dapat memberi pembelajaran yang menarik minat siswa, pembelajaran yang aktif, sehingga lost student learning selama ini dapat pulih dengan berangsur-angsur. Selaku wali kelas, Sarah juga optimis PTMT berhasil asalkan semua pihak berkoordinasi dengan baik. Dan warga sekolah melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat. (ssh/mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/