22.8 C
Medan
Saturday, June 22, 2024

Perajin Batu Bata Labuhanbatu Butuh Modal

LABUHANBATU-Kecamatan Pangkatan, merupakan daerah penyuplai material batu-bata terbanyak di Kabupaten Labuhanbatu. Dari sebanyak 80 kilang dengan 300-an dapur pembakaran yang ada di daerah tersebut, diperkirakan mencapai 8000-10000 ribu batu-bata dibakar setiap hari setiap kilangnya.
Seorang pengusaha batu-bata saat disambangi Sumut Pos semalam menerangkan, untuk harga jual perbuahnya sebesar Rp370 jika pembeli datang membawa transport sendiri. “Hasil produksi batu-bata dari sini kayaknya lebih banyak,” kata Ponimin warga Dusun Sidodadi, Desa Kampung Padang, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhanbatu.

Diterangkannya, besaran harga jual dikarenakan upah untuk pekerja pencetak Rp65 perbatang, membeli tanah liat Rp200 ribu per-truk dengan ukuran 5 meter kubik dengan hasil jadi batu-bata sebanyak 4000 batang. Ukuran jenis batu-bata juga sedikit lebih besar.
“Ukurannya panjang lebar 20 cm x 10 cm dan tebal 5 cm. dibanding daerah lain kita lebih besar,” bebernya.

Disinggung peran pemerintah terkait usaha tersebut, Ponimin mengakui sebagian besar para pemilik kilang masih menggunakan sistem manual. Kalaupun ada yang menggunakan mesin cetak  dari tekhnologi tepat guna hanya sekitar 13 kilang.

Ditambahkan Tariji, seorang pemilik kilang lainnya. Mereka sebenarnya kerap mengalami kekurangan modal, khususnya mesin cetak batu-bata. Padahal, mesin tersebut tidak terlalu mahal, hanya berkisaran Rp23 juta perbuahnya. Untuk itu mereka berharap adanya perhatian dari Pemkab Labuhanbatu.
Mereka juga mengakui perlunya dibentuk koperasi sebagai wadah simpan pinjam untuk modal usaha. “Kan dapat jadi wadah pembinaan perajin batu-bata dalam mendapatkan bantuan permodalan serta pembinaan hingga menghindari para tengkulak dan menstabilkan harga di pasaran. Apalagi sekarang persaingan semakin besar,” harapnya. (mag-16)

LABUHANBATU-Kecamatan Pangkatan, merupakan daerah penyuplai material batu-bata terbanyak di Kabupaten Labuhanbatu. Dari sebanyak 80 kilang dengan 300-an dapur pembakaran yang ada di daerah tersebut, diperkirakan mencapai 8000-10000 ribu batu-bata dibakar setiap hari setiap kilangnya.
Seorang pengusaha batu-bata saat disambangi Sumut Pos semalam menerangkan, untuk harga jual perbuahnya sebesar Rp370 jika pembeli datang membawa transport sendiri. “Hasil produksi batu-bata dari sini kayaknya lebih banyak,” kata Ponimin warga Dusun Sidodadi, Desa Kampung Padang, Kecamatan Pangkatan, Kabupaten Labuhanbatu.

Diterangkannya, besaran harga jual dikarenakan upah untuk pekerja pencetak Rp65 perbatang, membeli tanah liat Rp200 ribu per-truk dengan ukuran 5 meter kubik dengan hasil jadi batu-bata sebanyak 4000 batang. Ukuran jenis batu-bata juga sedikit lebih besar.
“Ukurannya panjang lebar 20 cm x 10 cm dan tebal 5 cm. dibanding daerah lain kita lebih besar,” bebernya.

Disinggung peran pemerintah terkait usaha tersebut, Ponimin mengakui sebagian besar para pemilik kilang masih menggunakan sistem manual. Kalaupun ada yang menggunakan mesin cetak  dari tekhnologi tepat guna hanya sekitar 13 kilang.

Ditambahkan Tariji, seorang pemilik kilang lainnya. Mereka sebenarnya kerap mengalami kekurangan modal, khususnya mesin cetak batu-bata. Padahal, mesin tersebut tidak terlalu mahal, hanya berkisaran Rp23 juta perbuahnya. Untuk itu mereka berharap adanya perhatian dari Pemkab Labuhanbatu.
Mereka juga mengakui perlunya dibentuk koperasi sebagai wadah simpan pinjam untuk modal usaha. “Kan dapat jadi wadah pembinaan perajin batu-bata dalam mendapatkan bantuan permodalan serta pembinaan hingga menghindari para tengkulak dan menstabilkan harga di pasaran. Apalagi sekarang persaingan semakin besar,” harapnya. (mag-16)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/