SUMUTPOS.CO – Dibukanya ruas tol Tebingtinggi-Indrapura saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), bertujuan mengurai kemacetan di jalan lintas nasional yang kerap terjadi setiap tahun. Namun, pengendara hanya dapat mengakses jalan tol tersebut pada siang hari dengan satu lajur kendaraan. Pasalnya, pengerjaan tol tersebut belum sepenuhnya rampung.
Project Manager DSU Divisi Sipil Umum Hutama Karya, Gita Priambada mengatakan, saat ini ruas tol Tebingtinggi-Indrapura sepanjang 20,4 kilometer belum dilengkapi sejumlah fasilitas. Seperti lampu jalan, rambu rambu lalulintas yang belum selesai. Selain itu beberapa ruas jalan juga masih dalam proses penyelesaian kontruksi. “Ketika itu difungsikan, itu akan siang hari saja, karena belum lengkap untuk malam hari dari sisi keamanan masih belum, seperti lampu jalan dan rambu rambu lalulintas,” kata Gita kepada wartawan, Senin (5/11).
Gita mengatakan, penggunaan ruas tol Tebingtinggi-Indrapura saat Nataru bertujuan mengurai kemacetan di jalan lintas nasional seperti yang terjadi di tahun lalu. Selain itu, pihaknya juga akan membuka pintu tol Tebingtinggi-Medan yang baru untuk menghindari pertemuan kendaraan yang dapat menimbulkan kemacetan parah di pintu masuk.
Gita menambahkan jalur tol tersebut masih digunakan secara fungsional, karenanya pengendara hanya menggunakan satu lajur yakni untuk arus mudik dan mengantisipasi arus balik kendaraan. “Selain itu, ada juga pintu tol baru untuk jalan keluar yang dari Medan nanti bisa keluar di Kampung Rambutan atau dari pintu tol keluar yang baru agar tidak ada pertemuan kendaraan yang masuk dan keluar tol jadi tidak macet seperti yang lalu,” sambung Gita.
Gita menyebutkan, pembangunan JTTS terbagi menjadi 6 Seksi, diantaranya Seksi 1 Tebing Tinggi – Indrapura (20,40 Km) yang saat ini progresnya mencapai 94,79 persen dan akan rampung seluruhnya pada Januari 2023. “Untuk sesi I Tebingtinggi-Indrapura progres pembangunan sudah mencapai 95 persen. Diharapkan di Januari ini sudah bisa 100 persen,” sambungnya.
Saat ini, masih dilakukan proses perampungan kontruksi untuk menyambungkan kota Tebingtinggi dan Kabupaten Batubara. Pada kilometer 95, tol Tebingtinggi-Indrapura terlihat masih dilakukan pengerjaannya kontruksi jembatan Sungai Padang. “Namun masih ada jalan itu sekitar 1 Kilometer masih tanah karena belum dibeton. Selain itu kita juga masih melakukan pembangunan dua jembatan yakni jembatan Sungai Padang dan jembatan satu yang dari irigasi warga,” sambungnya.
Kata Gita, pihaknya terkendala faktor cuaca yang kerap hujan. Selain itu, kontur tanah yang lunak membuat beton tidak dapat langsung dikerjakan. “Kalau secara keseluruhan tidak hambatan, paling tantangan itu seperti kondisi tanah yang lunak membuat kita harus menimbun dan tidak bisa langsung buat beton atau aspal. Selain itu, untuk progres penyelesaian terkendala faktor hujan. Setiap hari hujan membuat pekerjaan semakin berat,” kata Gita.
Meski begitu, pihaknya lanjut Gita, terus berusaha menyelesaikan pengerjaan ruas tol tersebut.
Jika semua ruas jalan bisa terhubung, maka pihaknya akan membuka jalan tol Tebingtinggi-Indrapura agar dapat dilalui masyarakat saat Nataru nanti. “Untuk libur Nataru, kita upayakan sebisa mungkin membantu untuk mengfungsionalkan jika terjadi umpamanya lonjakan yang luar biasa di jalan nasional. Mungkin bisa dialihkan ke sini,” ucap dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT Hutama Marga Waskita Dindin Solakhuddin mengungkapkan, jika ruas tol Tebingtinggi-Indrapura sudah bisa dibuka saat Nataru, beda halnya dengan ruas tol Tebingtinggi-Pematangsiantar. Ruas tol ini belum bisa digunakan sebagai jalur alternatif menuju Pematang Siantar dikarenakan belum rampung.
Dikatakannya, saat ini progres Jalan Tol Tebingtinggi Pematang Siantar yang terbagi menjadi dua seksi, yakni Seksi 3 Tol Tebingtinggi-Serbelawan sepanjang 30 km progresnya masih 67,54 persen, dan Seksi 4 Serbelawan-Pematang Siantar sepanjang 28 km progresnya masih 58,003 persen. Dijelaskannya, adapun kendala yang dihadapi dalam pembangunan kedua seksi ruas tol tersebut, yakni masalah pembebasan lahan pada spot-spot tertentu sehingga pelaksanaan konstruksi tidak dapat dilakukan secara terus-menerus. “Dari sisi teknis, juga terdapat beberapa lokasi tanah lunak (soft soil) sehingga memerlukan penanganan khusus pada tanah,” jelas Dindin.
Selain kedua alasan itu, ungkapnya, faktor cuaca juga menjadi kendala. Karena saat ini musim penghujan, membuat pekerjaan bisa terlambat. “Antisipasi yang dilakukan agar pekerjaan tetap berjalan dengan baik, yaitu dengan penambahan sumber daya dan mengoptimalkan jam kerja seefektif mungkin, termasuk overtime apabila kondisi cuaca mendungkung sehingga produktivitas dapat meningkat menjadi solusi dari kendala kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan tol ini,” bebernya.
Memasuki libur Nataru yang diprediksi bakal terjadi kemacetan di jalan lintas Tebingtinggi-Siantar, adakah koordinasi dengan steakholder untuk menggunakan jalan tol sebagai jalur alternatif? “Secara paralel, kami sebagai owner sudah berkordinasi dengan kontraktor dan beberapa stakelholder yaitu Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Polda Sumatera Utara terkait persiapan fungsional ruas Tol Tebingtinggi-Indrapura untuk meminimalisir kemacetan yang akan terjadi pada momen nataru dengan menggunakan jalan tol sebagai jalur alternatif,” jelas Dindin.
Diakuinya juga, sejumlah kendala juga terjadi dilapangan dalam penyelesaian Tol Tebingtinggi-Indrapura. “Untuk saat ini kami sedang mengoptimalkan sisa pekerjaan konstruksi dan proses penggunaan fungsional pada momen Nataru tahun ini,” papar Dindin.
Menurut Dindin, ruas ruas Tol Tebingtinggi-Inderapura sudah siap digunakan secara fungsional dalam mendukung arus mobilisasi Nataru 2022-2023.
Dia berharap, dengan dibukanya jalan tol ini mampu menguraikan kemacetan dan meningkatkan kenyamanan para pemudik dalam menyambut Nataru. “Dengan adanya ruas tol Tebingtinggi Inderapura menjadi terobosan dan diharapkan akan dapat mengurai kemacetan yang terjadi di Jalan Lintas Nasional Tebingtinggi Kisaran pada musim mudik libur Nataru tahun ini,” tutup Dindin. (trb/ian/adz)