SIDIMPUAN,SUMUTPOS.CO – Menteri Agama Republik Indonesia DR Surya Dharma Ali MSi meresmikan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padangsidimpuan (Psp), Senin (6/1), di Auditorium IAIN Psp. Pada kesempatan itu, Surya Dharma juga melantik DR Ibrahim Siregar SAg MCL sebagai rektor periode 2013-2017.
Surya Dharma dalam bimbingannya menyampaikan, IAIN tidak berdiri sendiri dan tidak terjadi begitu saja. Ada banyak pihak yang telah memberikan kontribusinya sehingga STAIN berubah jadi IAIN. Di antaranya, Menko Kesra, Sekretris Negara, Kemen PAN dan RB. “Kementerian Keuangan juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit dalam terwujudnya perubahan status ini,” sebutnya.
Dalam kesempatan itu, Menteri juga mengucapkan terima kasih kepada DPRD, atas dukungan yang terus menerus dan kiranya tidak berhenti di sini. “Karena perubahan status bukan tujuan, tapi bagian proses untuk meningkatkan pelayanan pendidikan di Indonesia, khususnya di Psp,” ucapnya.
Seperti kita ketahui, sambung Menteri, minat mahasiswa, minat orangtua, termasuk calon mahasiswa untuk menuntut ilmu di Perguruan Tinggi agama Islam yang dikelola Kemenag dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. “Tetapi kita masih ragu untuk memberikan pelayanan kepada mereka, tuntutan meningkat, perkembangan zaman berubah, ilmu pengetahuan berjalan dan berubah, tetapi kemampuan kita untuk mengantisipasi perubahan itu masih terbilang lamban,” sebutnya.
Oleh karena itu, sambung Menteri, kepada IAIN tentu peresmian ini mengundang lembaran baru yang lebih berat lagi ketimbang sewaktu STAIN. Sebab, IAIN harus mampu meningkatkan kualitas akademik, harus mampu menyediakan dosen berkulitas dan lebih berkualitas lagi, serta harus bisa memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan.
Dijelaskan Menteri, alih perubahan status sebenarnya memiliki kepentingan strategis, bukan hanya perubahan kelembagaan yang bersifat formalitas dan adminsitratif. Alih status sebagai proses transformasi berfikir, dan membuat landasan berpijak untuk membuat langkah-langkah besar dan merealisasikan cita-cita dan gagasan di balik pendirian IAIN.
Lebih jauh Surya Dahrma Ali memaparkan, sebagai umat diperintahkan untuk mempelajari segalanya. Apa makna, kalau ingin menguasai bumi, tentunya harus menguasai langit, kalau ingin menguasai langit maka harus menguasai ilmu langit, kalau ingin menguasai bumi dan segala isinya maka juga harus menguasai ilmu yang ada di bumi.
Betapa banyak prinsip-prinsip ilmu, lihat tumbuhan, hewan, tanah, tambang, semua bisa dieksplorasi, bisa dimanfaatkan hanya dengan ilmu, dan seluruh kekayaan tidak akan memberikan manfaat bagi bangsa, dan tidak akan memberikan manfaat bagi rakyat Indonesia kalau tidak mengolahnya dengan ilmu, dan hanya yang memiliki ilmu tentu bisa mengolah dan mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya dari kekayaan itu.
“Oleh karena itu, di sekitar kita ada tambang emas tapi rakyatnya miskin, ada tambang batubara, ada perkebunan yang ratusan hektare tapi rakyat miskin, kita hanya jadi kuli-kuli perkebunan, pertambangan, keuntungan dikeruk dan dibawa ke tempat lain. Maka dikotomi ilmu harus segera diakhiri. Kita harus integariskan ilmu yang pada saat ini kita tidak dipedulikan. Sumber ilmu hanya satu yaitu dari Allah SWT.
Dan, disebutkan dalam Alquran, sebagai kitab suci kita yang kita sebut sebagai firman Allah yang Maha Tinggi. Tetapi tanpa Alquran dia akan tetap seperti itu, terjemahannya hanya sebatas bidang-bidang keagamaan, maka Alquran tidak memberikan manfaat lebih bagi penganutnya yaitu kita umat Islam. Saudara-saudara sekalian saya minta, dengan tumbuhnya IAIN, dengan tumbuhnya UIN, dikotomi ilmu disudahi,” paparnya.
Hadir dalam peresmian dan pelantikan rektor IAIN tersebut, Bupati Tapsel H Syahrul M Pasaribu, Plt Bupati Madina Dahlan Hasan Nasution, Walikota Psp Andar Amin Harahap SSTP MSi, Bupati Palas Ali Sutan Harahap dan perwakilan Bupati Paluta. (ran)