MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kepala BNPB, Syamsul Maarif tampaknya tak sabar dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karo karena belum juga menyediakan lahan relokasi. Dia me-warning pemerintahan yang dipimpin oleh Kena Ukur Karo Jambi Surbakti itu agar menemukan lahan supaya pembangunan rumah yang akan dihuni pengungsi SInabung bias langsung dibangun.n
“Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah meminta agar Pemda segera mencari lahan. Jika lahan ada maka pembangunan dapat dilakukan segera,” tegas Jubir BNPB Sutopo Purwo Nugroho, kemarin di Jakarta.
Sutopo menambahkan, relokasi tidak akan menggunakan lahan kehutanan. Lahan kehutanan tersebut lokasinya jauh, yakni 20 kilometer dari lereng Sinabung. Jika lokasinya jauh, kata Sutopo, sudah pasti warga yang akan direlokasi tidak akan mau. Jarak yang jauh juga akan menyulitkan warga untuk menggarap lahan pertaniannya. Dikatakan, Pemkab Karo sedang menyurvei lahan 15 hektare yang akan dibeli, yang lokasinya dalam radius 5 hingga 7 kilometer dari Sinabung.
Berdasar rekomendasi PVMBG Desa Sukameriah, Bekerah dan Simacem di radius 3 km dari puncak kawah Sinabung terancam dari awan panas, aliran lava, gas beracun, dan lontaran batu pijar harus relokasi. Total penduduk yang harus direlokasi ada 1.255 jiwa (389 KK), yaitu Desa Sukameriah (450 jiwa, 137 KK), Bekerah (338 jiwa, 115 KK), dan Simacem (467 jiwa, 137 KK). “Kondisi perumahan dan pertanian ketiga desa tersebut banyak yang rusak saat ini,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan mengatakan, jika sekiranya Bupati Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti dan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho belum juga mampu menyiapkan lahan maka kawasan hutan di Kabanjahe bisa digunakan.
“Kita punya 9 ribu hektare lahan,” kata Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan di KPK, Jakarta, Kamis (6/2).
Diakui Zulkifli lahan itu letaknya memang agak jauh dari Sinabung yaitu sekitar 20 kilometer. Karena itu dia menyerahkan kepada pemerintah daerah setempat apakah akan menggunakannya atau tidak. “Dipakai ayuk kalau tidak ya enggak apa-apa,” ujarnya. Zulikifli mengaku juga tahu bahwa saat ini bupati Karo sedang mencari yang paling dekat.
Korban Sinabung Dapat 2.300 Ternak
Di sisi lain, sebanyak 2.300 ekor ternak dan bibit tanaman untuk tanah seluas 600 hektare akan diberikan oleh pemerintah pusat untuk para korban bencana erupsi Gunung Sinabung. Hal itu dikemukakan Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Fatchul Hadi sebagaimana dirilis laman Sekretariat Kabinet RI, Kamis (6/2).
Fatchul mengatakan sumbangan tersebut diberikan untuk membantu korban bencana yang penghasilannya terganggu karena erupsi menyebabkan sawah, ladang, ternak, dan rumah hancur. “Sebanyak 2.300 ekor ternak itu terdiri dari 800 ekor sapi dan 1.500 ekor ayam,” katanya.
Di sisi lain, lanjutnya, pemerintah juga akan memberikan bibit tanaman untuk total lahan seluas 600 hektare. Dia memaparkan, bantuan bibit tomat, cabai, kubis, kentang, wortel, dan sawi untuk lahan seluas 508 hektare akan direalisasikan pada bulan ini. Adapun bantuan bibit jeruk untuk lahan seluas 27 hektare dan kopi seluas 65 hektare baru akan selesai tender pada April.
Selanjutnya, pemerintah juga akan memberikan bantuan benih jagung CBN 16 ton pada Maret. “Pemerintah berencana memberikan bibit-bibit tanaman agar warga dapat mulai berladang setelah bencana erupsi berakhir,” katanya.
Debu Vulkanik Sampai Malaysia
Di sisi lain, debu letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo berembus sejauh ratusan kilometer ke wilayah Malaysia. Akibatnya, beberapa kota di Malaysia mengalami kondisi udara buruk dengan kabut tipis yang menyelimuti areal tersebut.
Kawasan Barat Daya Malaysia menjadi daerah yang diperkirakan disinggahi debu vulkanik Gunung Sinabung. Kemungkinan besar debu tersebut akan datang di Pulau Pangkor. Pulau ini terletak di Barat Daya Semenanjung Malaysia.
Tidak hanya Pulau Pangkor, sejumlah daerah seperti Negeri Sembilan, Malaka, Muar, Batu Pahat, Pontian, dan Kulaijiya di Johor kemungkinan akan dihinggapi debu itu. Keterangan tersebut diucapkan oleh Direktur Pusat Prakiraan Cuaca Nasional Malaysia, Helmi Abdullah, di Kuala Lumpur.
“Jumlah debu kemungkinan tidak akan banyak, mungkin hanya sedikit mengganggu pandangan tapi kami tidak bisa pastikan berapa banyak,” ucap Helmi, seperti dikutip dari The Strait Times, Kamis (6/2).
Diberitakan pula oleh The Star edisi Kamis (6/2), pada Februari 2014, catatan Indeks Polusi Udara (API) terburuk terjadi di Jalan Pegoh, Ipoh, Negeri Perak yang mencapai 124, dan Cheras, Kuala Lumpur yang tembus di angka 107, masuk kategori tidak sehat. Indeks udara buruk juga terjadi di Nilai, Negeri Sembilan, Banting, Selangor, dan Putrajaya. (sam/bbs/val/rbb)