30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Penderita Katarak: Nggak Berani Nyeberang Jalan Sendirian

Foto: Dame/sumutpos.co Screening katarak di lokasi posko pengungsi sinabung Masjid Agung Kabanjahe, Sabtu (5/4/2014).
Foto: Dame/sumutpos.co
Screening katarak di lokasi posko pengungsi sinabung Masjid Agung Kabanjahe, Sabtu (5/4/2014).

KABANJAHE, SUMUTPOS.CO – Pengungsi Sinabung menyambut antusias penyelenggaraan pemeriksaan mata dan skrining katarak gratis bagi ribuan pengungsi letusan Sinabung pada 5-6 April 2014.  Dalam bakti sosial yang difasilitasi Tambang Emas Martabe tersebut, ribuan pengungsi penuh semangat mendaftar untuk diperiksa, bahkan meski matanya tidak ada masalah.

”Yah… mumpung gratis,” kata Suryani (46), seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani di Berastepu, Kecamatan Simapang Empat, Kabupaten Karo, kepada SUMUTPOS.CO, Sabtu (5/6/2014).

Suryani mengaku, dalam keluarganya ada empat orang yang kena katarak, yakni ibunya, Rida (67), dirinya, adik perempuannya, dan anak sulungnya Ikhsan (17).

”Kalau kami sudah lima tahun terakhir menderita katarak. Tetapi nggak berani ikut operasi. Di samping harganya lima tahun lalu saja mencapai Rp3,5 juta per satu mata, kami juga takut mata kami malah makin parah setelah dioperasi,” katanya.

Namun kali ini mereka berani ikut operasi, pertama karena gratis, kedua karena sudah banyak tetangga yang sukses operasi katarak, ketiga operasi dijanjikan hanya 5-10 menit, dan keempat penglihatan mereka semakin tidak terang. ”Nggak jelas melihat. Kalau menyeberang lalu-lintas, nggak berani sendirian karena tidak bisa melihat kendaraan yang lewat. Terpaksa bergantung pada orang lain. Ini jelas menghambat pekerjaan,” cetusnya.

Hal senada juga diderita ibunya, Rida (67). Menurut Rida, karena penglihatannya yang kabur, dirinya bergantung penuh pada sang suami jika ingin pergi ke mana-mana. ”Kalau suami tidak bisa menemani, terpaksa di rumah saja,” cetusnya.

Sementara anaknya, Ikhsan (17), mulai menderita katarak, sejak ditabrak mobil saat dirinya masih duduk di kelas 2 SD. ”Sejak itu, penglihatannya terganggu, ia jadi malas belajar, dan akhirnya putus sekolah,” tuturnya.

Keluarga yang khawatir katarak merupakan penyakit turunan di silsilah mereka ini bersemangat ikut operasi gratis pada bulan Juni mendatang di Medan, karena dijanjikan operasinya akan dikerjakan dokter profesional di Nepal, dengan waktu operasi super cepat, hanya 5-10 menit. ”Perasaan saya tenang mendengarnya, nggak takut lagi,” kata Suryani, diaminkan Rida.

Ikhsan sendiri mengaku, agak deg-degan jelang operasi katarak bulan Juni mendatang, karena  takut membayangkan pisau menyayat selaput di matanya. ”Deg-degan… takut pisaunya meleset,” katanya cengengesan.

Keluarga ini mengaku bersemangat diperasi katarak, karena ingin penglihatan mereka kembali terang. ”Apalagi, sekarang operasi katarak bisa kena Rp6 jutaan. Senanglah dapat yang gratis. Kalau bisa, pengen cepat-cepat dioperasi… hehehe…,” kata Suryani.

Penyelenggaraan pemeriksaan mata dan skrining katarak gratis bagi ribuan pengungsi letusan Sinabung ini dilayani lebih dari 30 relawan, termasuk dokter mata dan perawat mahir mata. Para relawan dikerahkan di empat pos, yakni di Masjid Agung, Zentrum Kabanjahe, Gedung Serba Guna KNPI, dan Paroki Gereja Katolik Kabanjahe.

Ini merupakan kali ketiga Tambang Emas Martabe bekerja sama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan menggelar Bakti Sosial Pemeriksaan Mata dan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia”.

Operasi akan diselenggarakan di dua kota, Padangsidimpuan pada 4-6 Juni 2014 di RS DAM-1 TNI dan Medan pada 8-10 Juni 2014 di RS TNI Putri Hijau dengan target 1.500 mata.

Tercatat hingga sore ini sebanyak 3.578 pengungsi dan warga Kabupaten Karo telah mendatangi lokasi pemeriksaan mata, 179 diantaranya terdiagnosis katarak dan akan dikoordinasikan untuk mengikuti operasi katarak gratis di Medan.

Pemeriksaan dan skirining di Kabupaten Karo menjadi  langkah pertama  aksi Bakti Sosial ini untuk menjangkau masyarakat luas di berbagai wilayah kabupaten lain, membentang dari Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah. Pekan Penyadaran Informasi Katarak dan skrining selanjutnya akan dilaksanakan di enam lokasi lain, yaitu Gambir, Pahae, Tuka, Batangtoru, Muara Batangtoru, dan Sipirok mulai akhir April  hingga Mei 2014.

Peter Albert, Presiden Direktur G-Resources Tambang Emas Martabe menekankan, “Mata sehat merupakan modal utama produktivitas masyarakat. Melalui Bakti Sosial Pemeriksaan Mata dan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia”, Tambang Emas Martabe mendukung berbagai upaya konstruktif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat demi terwujudnya akselerasi pembangunan Sumatera Utara yang berkelanjutan.”

Kegiatan pemeriksaan mata dan skrining katarak gratis di Kab Karo ini sekaligus menjadi kelanjutan dari kegiatan tanggap bencana Sinabung yang dilakukan Tambang Emas Martabe. Sebelumnya pada November 2013 dan Januari 2014 respons dilakukan dalam bentuk layanan kesehatan & psikososial, penyediaan air bersih, dan bantuan logistik yang manfaatnya telah dirasakan oleh lebih dari 3.500 pengungsi.

Manajer Senior Komunikasi Korporat G-Resources Tambang Emas Martabe Katarina Siburian menyampaikan, “Bersama dengan para mitra yang peduli, kami berusaha meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk mendeteksi gangguan kesehatan mata, khususnya akibat katarak. Kami berharap sebanyak mungkin masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan ini.”

Penelitian mengungkapkan, tiga dari empat orang yang mengalami gangguan penglihatan dapat disembuhkan, khususnya yang diakibatkan oleh katarak. Sayangnya di Indonesia jumlah penderita katarak cukup tinggi, mencapai 2 juta orang atau 1,5 persen dari jumlah penduduknya, dan setiap tahun terdapat sekitar 240.000 kasus katarak baru muncul. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada posisi tertinggi kedua jumlah penderita katarak terbanyak di Asia Tenggara. Mari kita putus rantai kebutaan dan bantu ciptakan masyarakat yang produktif dan mandiri. (mea)

Foto: Dame/sumutpos.co Screening katarak di lokasi posko pengungsi sinabung Masjid Agung Kabanjahe, Sabtu (5/4/2014).
Foto: Dame/sumutpos.co
Screening katarak di lokasi posko pengungsi sinabung Masjid Agung Kabanjahe, Sabtu (5/4/2014).

KABANJAHE, SUMUTPOS.CO – Pengungsi Sinabung menyambut antusias penyelenggaraan pemeriksaan mata dan skrining katarak gratis bagi ribuan pengungsi letusan Sinabung pada 5-6 April 2014.  Dalam bakti sosial yang difasilitasi Tambang Emas Martabe tersebut, ribuan pengungsi penuh semangat mendaftar untuk diperiksa, bahkan meski matanya tidak ada masalah.

”Yah… mumpung gratis,” kata Suryani (46), seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani di Berastepu, Kecamatan Simapang Empat, Kabupaten Karo, kepada SUMUTPOS.CO, Sabtu (5/6/2014).

Suryani mengaku, dalam keluarganya ada empat orang yang kena katarak, yakni ibunya, Rida (67), dirinya, adik perempuannya, dan anak sulungnya Ikhsan (17).

”Kalau kami sudah lima tahun terakhir menderita katarak. Tetapi nggak berani ikut operasi. Di samping harganya lima tahun lalu saja mencapai Rp3,5 juta per satu mata, kami juga takut mata kami malah makin parah setelah dioperasi,” katanya.

Namun kali ini mereka berani ikut operasi, pertama karena gratis, kedua karena sudah banyak tetangga yang sukses operasi katarak, ketiga operasi dijanjikan hanya 5-10 menit, dan keempat penglihatan mereka semakin tidak terang. ”Nggak jelas melihat. Kalau menyeberang lalu-lintas, nggak berani sendirian karena tidak bisa melihat kendaraan yang lewat. Terpaksa bergantung pada orang lain. Ini jelas menghambat pekerjaan,” cetusnya.

Hal senada juga diderita ibunya, Rida (67). Menurut Rida, karena penglihatannya yang kabur, dirinya bergantung penuh pada sang suami jika ingin pergi ke mana-mana. ”Kalau suami tidak bisa menemani, terpaksa di rumah saja,” cetusnya.

Sementara anaknya, Ikhsan (17), mulai menderita katarak, sejak ditabrak mobil saat dirinya masih duduk di kelas 2 SD. ”Sejak itu, penglihatannya terganggu, ia jadi malas belajar, dan akhirnya putus sekolah,” tuturnya.

Keluarga yang khawatir katarak merupakan penyakit turunan di silsilah mereka ini bersemangat ikut operasi gratis pada bulan Juni mendatang di Medan, karena dijanjikan operasinya akan dikerjakan dokter profesional di Nepal, dengan waktu operasi super cepat, hanya 5-10 menit. ”Perasaan saya tenang mendengarnya, nggak takut lagi,” kata Suryani, diaminkan Rida.

Ikhsan sendiri mengaku, agak deg-degan jelang operasi katarak bulan Juni mendatang, karena  takut membayangkan pisau menyayat selaput di matanya. ”Deg-degan… takut pisaunya meleset,” katanya cengengesan.

Keluarga ini mengaku bersemangat diperasi katarak, karena ingin penglihatan mereka kembali terang. ”Apalagi, sekarang operasi katarak bisa kena Rp6 jutaan. Senanglah dapat yang gratis. Kalau bisa, pengen cepat-cepat dioperasi… hehehe…,” kata Suryani.

Penyelenggaraan pemeriksaan mata dan skrining katarak gratis bagi ribuan pengungsi letusan Sinabung ini dilayani lebih dari 30 relawan, termasuk dokter mata dan perawat mahir mata. Para relawan dikerahkan di empat pos, yakni di Masjid Agung, Zentrum Kabanjahe, Gedung Serba Guna KNPI, dan Paroki Gereja Katolik Kabanjahe.

Ini merupakan kali ketiga Tambang Emas Martabe bekerja sama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan menggelar Bakti Sosial Pemeriksaan Mata dan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia”.

Operasi akan diselenggarakan di dua kota, Padangsidimpuan pada 4-6 Juni 2014 di RS DAM-1 TNI dan Medan pada 8-10 Juni 2014 di RS TNI Putri Hijau dengan target 1.500 mata.

Tercatat hingga sore ini sebanyak 3.578 pengungsi dan warga Kabupaten Karo telah mendatangi lokasi pemeriksaan mata, 179 diantaranya terdiagnosis katarak dan akan dikoordinasikan untuk mengikuti operasi katarak gratis di Medan.

Pemeriksaan dan skirining di Kabupaten Karo menjadi  langkah pertama  aksi Bakti Sosial ini untuk menjangkau masyarakat luas di berbagai wilayah kabupaten lain, membentang dari Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, dan Tapanuli Tengah. Pekan Penyadaran Informasi Katarak dan skrining selanjutnya akan dilaksanakan di enam lokasi lain, yaitu Gambir, Pahae, Tuka, Batangtoru, Muara Batangtoru, dan Sipirok mulai akhir April  hingga Mei 2014.

Peter Albert, Presiden Direktur G-Resources Tambang Emas Martabe menekankan, “Mata sehat merupakan modal utama produktivitas masyarakat. Melalui Bakti Sosial Pemeriksaan Mata dan Operasi Katarak Gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia”, Tambang Emas Martabe mendukung berbagai upaya konstruktif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat demi terwujudnya akselerasi pembangunan Sumatera Utara yang berkelanjutan.”

Kegiatan pemeriksaan mata dan skrining katarak gratis di Kab Karo ini sekaligus menjadi kelanjutan dari kegiatan tanggap bencana Sinabung yang dilakukan Tambang Emas Martabe. Sebelumnya pada November 2013 dan Januari 2014 respons dilakukan dalam bentuk layanan kesehatan & psikososial, penyediaan air bersih, dan bantuan logistik yang manfaatnya telah dirasakan oleh lebih dari 3.500 pengungsi.

Manajer Senior Komunikasi Korporat G-Resources Tambang Emas Martabe Katarina Siburian menyampaikan, “Bersama dengan para mitra yang peduli, kami berusaha meningkatkan pemahaman dan kemampuan untuk mendeteksi gangguan kesehatan mata, khususnya akibat katarak. Kami berharap sebanyak mungkin masyarakat dapat memanfaatkan kesempatan ini.”

Penelitian mengungkapkan, tiga dari empat orang yang mengalami gangguan penglihatan dapat disembuhkan, khususnya yang diakibatkan oleh katarak. Sayangnya di Indonesia jumlah penderita katarak cukup tinggi, mencapai 2 juta orang atau 1,5 persen dari jumlah penduduknya, dan setiap tahun terdapat sekitar 240.000 kasus katarak baru muncul. Jumlah ini menempatkan Indonesia pada posisi tertinggi kedua jumlah penderita katarak terbanyak di Asia Tenggara. Mari kita putus rantai kebutaan dan bantu ciptakan masyarakat yang produktif dan mandiri. (mea)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/