25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Laia dan Hulu Merampok untuk Ongkos Pulkam

Toga Sianturi/New Tapanuli Arisman Laia dan Sofli Hulu diamankan di Mapolres Tapteng, Senin (6/10).
Toga Sianturi/New Tapanuli
Arisman Laia dan Sofli Hulu diamankan di Mapolres Tapteng, Senin (6/10).

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Dalam waktu 7 jam, Polres Tapteng berhasil menangkap pembunuh pedagang misop Aswati Panggabean (51), yang tewas bersimbah darah di pondoknya Jalan Perumahan Matahari Sibolga, Minggu (5/10) pukul 01.00 WIB dini hari. Pertama ditangkap yakni Arisman Laia (25) warga Rokan Hilir, Riau dari simpang tugu ikan Sibuluan. Berikutnya, Sofli Hulu (32) alias ama Sudi, dibekuk di rumahnya Gunung Beo, Kel. Aek Parombunan, Kec. Sibolga Selatan.

Kapolres Tapteng AKBP Misnan didampingi Kapolsek Pandan AKP Ahmad Yani Nasution dan Kasat Reskrim AKP Kusnadi dalam keterangan persnya mengatakan, setelah menangkap Arisman, pihaknya terus melakukan pengembangan. Arisman mengaku sebagai eksekutor yang menikam korban.

“Yang pertama dapat adalah Arisman. Sedangkan rekannya Sofli yang menjadi otak rencana kejahatan ini,” bebernya.

Masih kata Misnan, awalnya Sofli tidak mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan tersebut. Namun saat dikroscek ke Arisman, Sofli pun mengakui keterlibatannya.

Pengakuan pelaku, awalnya mereka hanya berniat merampok barang berharga milik korban. Karena ketahuan dan korban melakukan perlawanan, pelaku yang masuk dengan cara mencongkel jendela tersebut pun menghujamkan sebilah pisau kecil ke dada korban hingga tewas.

Keterangan kedua tersangka, keduanya belum sempat mengambi barang berharga milik korban. Meski demikian, pihaknya akan terus melakukan pemeriksaan.

“Kalau menurut keduanya belum sempat mereka mengambil barang berharga korban. Tapi, kita akan coba terus memeriksa dan mencari tahu kebenarannya,” tandasnya.

Arisman yang diwawancara mengakui perbuatannya. Ia berdalih melakukan hal tersebut hanya untuk mendapatkan uang untuk ongkos pulang kampung (pulkam) ke Riau. Sebab, sudah sebulan ia luntang-lantung di Sibolga setelah ditinggal pergi rekan yang membawanya.

“Hanya mau nyari uang untuk ongkos pulang ke Riau saja. Karena sudah sebulan aku di Sibolga ini. Aku diajak kawan ke Sibolga, katanya mau menemui pacarnya, tapi setelah itu aku ditinggalkan dan nggak tahu kemana dia pergi,” dalihnya dengan logat Niasnya.

Diterangkannya, awal mula kenal dengan Sofli karena merupakan tetangga tempat dia numpang di Gang Beo. Setelah menyampaikan hasratnya yang ingin pulang ke Riau, Sofli kemudian mengajak Arisman untuk merampok di salah satu rumah yang ditempati seorang wanita tua yang juga seorang toke ayam dengan meminjamkan sebilah pisau, topi dan sepatu kepada Arisman.

“Dia (Sofli) tinggal disebelah rumah tempat aku numpang. Dia mengajak aku untuk merampok di rumah itu. Dia lalu meminjamkanku sebuah pisau, topi dan sepatunya,” ungkapnya.

Dengan mengendarai betor milik Sofli lanjut Arisman, sesampainya di TKP, ia kemudian masuk dengan cara mencongkel jendela sedangkan Sofli berjaga di luar. Korban yang sebelumnya berada di kamar tidurnya terbangun dan memergokinya. Karena panik, ia kemudian menancapkan pisau milik Sofli sekali ke bagian dada kiri korban. Korban yang melakukan perlawanan mencoba meraih parang yang bersusun di dinding rumah tersebut.

Tak ingin terjadi sesuatu adanya, ia kembali menancapkan pisaunya juga kebagian dada korban hingga terkapar. Melihat korban yang sudah bersimbah darah, ia kemudian lari melalui pintu depan ke hutan karet yang ada disekitar TKP dan bersembunyi hingga matahari terbit paginya.

“Aku lari ke kebun karet dan bersembunyi disana sambil tertidur. Sedangkan Sofli lari gak tahu kemana,” akunya.

Sofli yang berprofesi sebagai tukang betor ketika ditanya membenarkan hal tersebut. Katanya, sudah lama ia mengetahui kalau korban seorang toke ayam, karena sering ngantar sewa di sekitar perumahan Matahari. “Sering aku ngantar sewa kesana makanya kutahu kalau dia (korban) toke ayam,” ungkap Sofli.

Kedua tersangka kini ditahan di RPT Mapolres Tapteng. Dan kepada keduanya dikenakan pasal 365 KUHPidana, perampokan dengan kekerasan dan menyebabkan meninggal dunia dan diancaman 15 tahun. Aswati boru Panggabean (51), warga Jl. Kapten Tandean, Kel. Sibuluan Nauli, Kec. Pandan, Tapteng tewas bersimbah darah di pondok jualannya di Jl. Perumahan Matahari, Minggu (5/10) pukul 01.00 WIB. Kalung dan gelang emas yang biasa dipakai korban raib. (tog/smg)

Toga Sianturi/New Tapanuli Arisman Laia dan Sofli Hulu diamankan di Mapolres Tapteng, Senin (6/10).
Toga Sianturi/New Tapanuli
Arisman Laia dan Sofli Hulu diamankan di Mapolres Tapteng, Senin (6/10).

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Dalam waktu 7 jam, Polres Tapteng berhasil menangkap pembunuh pedagang misop Aswati Panggabean (51), yang tewas bersimbah darah di pondoknya Jalan Perumahan Matahari Sibolga, Minggu (5/10) pukul 01.00 WIB dini hari. Pertama ditangkap yakni Arisman Laia (25) warga Rokan Hilir, Riau dari simpang tugu ikan Sibuluan. Berikutnya, Sofli Hulu (32) alias ama Sudi, dibekuk di rumahnya Gunung Beo, Kel. Aek Parombunan, Kec. Sibolga Selatan.

Kapolres Tapteng AKBP Misnan didampingi Kapolsek Pandan AKP Ahmad Yani Nasution dan Kasat Reskrim AKP Kusnadi dalam keterangan persnya mengatakan, setelah menangkap Arisman, pihaknya terus melakukan pengembangan. Arisman mengaku sebagai eksekutor yang menikam korban.

“Yang pertama dapat adalah Arisman. Sedangkan rekannya Sofli yang menjadi otak rencana kejahatan ini,” bebernya.

Masih kata Misnan, awalnya Sofli tidak mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan tersebut. Namun saat dikroscek ke Arisman, Sofli pun mengakui keterlibatannya.

Pengakuan pelaku, awalnya mereka hanya berniat merampok barang berharga milik korban. Karena ketahuan dan korban melakukan perlawanan, pelaku yang masuk dengan cara mencongkel jendela tersebut pun menghujamkan sebilah pisau kecil ke dada korban hingga tewas.

Keterangan kedua tersangka, keduanya belum sempat mengambi barang berharga milik korban. Meski demikian, pihaknya akan terus melakukan pemeriksaan.

“Kalau menurut keduanya belum sempat mereka mengambil barang berharga korban. Tapi, kita akan coba terus memeriksa dan mencari tahu kebenarannya,” tandasnya.

Arisman yang diwawancara mengakui perbuatannya. Ia berdalih melakukan hal tersebut hanya untuk mendapatkan uang untuk ongkos pulang kampung (pulkam) ke Riau. Sebab, sudah sebulan ia luntang-lantung di Sibolga setelah ditinggal pergi rekan yang membawanya.

“Hanya mau nyari uang untuk ongkos pulang ke Riau saja. Karena sudah sebulan aku di Sibolga ini. Aku diajak kawan ke Sibolga, katanya mau menemui pacarnya, tapi setelah itu aku ditinggalkan dan nggak tahu kemana dia pergi,” dalihnya dengan logat Niasnya.

Diterangkannya, awal mula kenal dengan Sofli karena merupakan tetangga tempat dia numpang di Gang Beo. Setelah menyampaikan hasratnya yang ingin pulang ke Riau, Sofli kemudian mengajak Arisman untuk merampok di salah satu rumah yang ditempati seorang wanita tua yang juga seorang toke ayam dengan meminjamkan sebilah pisau, topi dan sepatu kepada Arisman.

“Dia (Sofli) tinggal disebelah rumah tempat aku numpang. Dia mengajak aku untuk merampok di rumah itu. Dia lalu meminjamkanku sebuah pisau, topi dan sepatunya,” ungkapnya.

Dengan mengendarai betor milik Sofli lanjut Arisman, sesampainya di TKP, ia kemudian masuk dengan cara mencongkel jendela sedangkan Sofli berjaga di luar. Korban yang sebelumnya berada di kamar tidurnya terbangun dan memergokinya. Karena panik, ia kemudian menancapkan pisau milik Sofli sekali ke bagian dada kiri korban. Korban yang melakukan perlawanan mencoba meraih parang yang bersusun di dinding rumah tersebut.

Tak ingin terjadi sesuatu adanya, ia kembali menancapkan pisaunya juga kebagian dada korban hingga terkapar. Melihat korban yang sudah bersimbah darah, ia kemudian lari melalui pintu depan ke hutan karet yang ada disekitar TKP dan bersembunyi hingga matahari terbit paginya.

“Aku lari ke kebun karet dan bersembunyi disana sambil tertidur. Sedangkan Sofli lari gak tahu kemana,” akunya.

Sofli yang berprofesi sebagai tukang betor ketika ditanya membenarkan hal tersebut. Katanya, sudah lama ia mengetahui kalau korban seorang toke ayam, karena sering ngantar sewa di sekitar perumahan Matahari. “Sering aku ngantar sewa kesana makanya kutahu kalau dia (korban) toke ayam,” ungkap Sofli.

Kedua tersangka kini ditahan di RPT Mapolres Tapteng. Dan kepada keduanya dikenakan pasal 365 KUHPidana, perampokan dengan kekerasan dan menyebabkan meninggal dunia dan diancaman 15 tahun. Aswati boru Panggabean (51), warga Jl. Kapten Tandean, Kel. Sibuluan Nauli, Kec. Pandan, Tapteng tewas bersimbah darah di pondok jualannya di Jl. Perumahan Matahari, Minggu (5/10) pukul 01.00 WIB. Kalung dan gelang emas yang biasa dipakai korban raib. (tog/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/