25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Ibu Tewas Mendadak, 3 Balita Histeris

FOTO:DHEV FRETES BAKKARA Jenazah Esteria Aritonang saat dioopsi di Ruang Forensik,ia tewas mendadak diduga karena sakit,  Rabu, (6/11).
FOTO:DHEV FRETES BAKKARA
Jenazah Esteria Aritonang saat dioopsi di Ruang Forensik,ia tewas mendadak diduga karena sakit, Rabu, (6/11).

SUMUTPOS.CO – Seketika terminal bayangan di Jl. Mayjen Sutuyo, Pasar Horas, Siantar Barat dihebohkan atas kematian seorang ibu yang membawa tiga anaknya yang masih balita, Rabu (6/11) siang. Melihat pemandangan memilukan itu, ratusan pengunjung dan pedagang di sana juga sempat histeris melihat ketiga balita yang meratap di samping tubuh ibunya yang sudah lemas setelah diturunkan dari angkutan pedesaan (angdes) GOK.

Setelah sempat setengah jam jadi tontotan, petugas Polsek Siantar Barat yang tiba di lokasi lantas mengevakuasi jasad kaku korban ke rumah sakit.

Info dihimpun kru koran ini dari lokasi, wanita malang ini diketahui bernama Esteria boru Simare-Mare (35). Menurut para pedagang, korban mendadak sesak saat masih berada di dalam angdes GOK dengan pintu nomor 212, sekira pukul 11.20 WIB. Saat itu, GOK kebetulan ngetem di terminal Pasar Horas. Karena memohon pertolongan, sang sopir yang kerap di sapa Gulo itu meminta bantuan pedagang sekitar. Belum sempat mendapat pertolongan, Esteria yang tengah menggendong putrinya yang masih berusia delapan bulan itu malah tak sadarkan diri hingga dievakuasi keluar dari angkot dan dibaringkan di pinggir jalan atau persis disamping ruko roti.

Melihat hal itu, bayi yang masih berada digendongan korban langsung dipangku Nurmaida br Simatupang (56), seorang pedagang yang datang menolong. Sedangkan pedagang lain, berusaha membangunkan Esteria dengan memberi air minum serta mengoleskan air bersih ke wajahnya. Selama itu pula, ketiga anak korban masing-masing, Haholongan Lubis (4), Butet Lubis (2) dan Nelly Lubis yang masih berusia delapan bulan histeris disamping tubuh ibunya. Tapi naas, setelah mencoba untuk meyadarkan korban, ternyata tak ada respon hingga diduga sudah meninggal. “Sudah kami bangun-bangunkan tapi macamnya sudah meninggal. Kami usapkannya air ke wajahnya tak ada juga. Padahala badannya masih hangat kami pegang,” kata Nurmaida.

Dituturkannya, saat itu supir GOK yang sedang berhenti menunggu penumpang jurusan Mandoge, meminta bantuan karena salah seorang penumpangnya mendadak sakit di bagian dada. Tapi setelah dicek, korban dalam posisi duduk di belakang sopir sudah tak bergerak yang semula dikira tak sadarkan diri. Sementara ketiga anak-anaknya menangis membangunkan korban. Sedangkan Gulo saat itu kepada Nurmaida mengaku menaikkan korban dari terminal eks Suka Dame Jl. Sm Raja, Siantar Utara. Saat itu masih terlihat baru turun dari bus penumpang Sinar Sepadan yang datang dari arah Kabanjahe. Karena memang mengarah ke Mandoge, korban lantas menyetop. Tak ada tanda-tanda sakit dan sempat menggendong ke tiga anaknya saat naik ke angkot yang ia bawa.

Namun baru saja tiba di loket GOK dalam terminal Pasar Horas, tiba-tiba ibu anak empat itu menanyakan keberadaan rumah sakit atau apotik terdekat. Bahkan kepada Gulo, korban sempat mengaku bagian dadanya terasa panas dan sulit bernafas. Tapi belum lagi sempat bertanya hendak diantar ke mana, korban sudah tak bergerak, hingga Gulo meminta bantuan pada pedagang sekitar. Haholongan yang tak henti-hentinya menangis sembari memegang kepala ibunya itu mengaku baru saja pulang dari rumah tantenya di Kabanjahe. Saat itu mereka berangkat pagi hari tanpa sempat sarapan. Melainkan hanya satu bungkus roti untuk dibagi kepada adiknya, Butet dan Nelly. Sepanjang jalan, ibunya tidak ada mengeluh sakit.

Namun setelah berada di angdes GOK, ibunya meminta agar ia tak lasak dan ribut karena dadanya panas dan sakit. “Mamak bilang jangan lasak dan ribut. Dada mamak sakit,” kata Haholongan dengan mata berkaca-kaca. Sedangkan Butet sesekali mencium ibunya di tengah kerumunan ratusan warga di Pasar Horas. Rasa iba yang muncul, satu persatu warga memberikan makanan dan uang kepada Haholongan dan Butet. Sedangkan Nelly masih tetap di gendong Nurmaida. Nelly terus menerus menangis menyebut mama. Dari pengakuan Haholongan, sudah dua hari berada di rumah Tante yang tak lain adik kandung ibunya tersebut.

 

POLISI KELIMPUNGAN

Kematian Esteria sempat membuat petugas kelimpungan. Pasalnya, tak ada satupun identitas yang ditinggalkan korban dalam saku celana maupun dalam tasnya. Bahkan Haholongan semula mengaku ibunya itu Boru Aritonang. Kepada warga yang menanyainya, selalu mengaku ibunya boru Aritonang begitupun kepada petugas dari Polsek Siantar Barat. Begitupun setelah menemukan Hape dalam saku tas sandang milik korban, petugas sempat pesimis mengetahui identitas korban, karena hape tersebut dalam kondisi mati.

Namun setelah diupayakan, barulah nomor kontak yang belakangan baru dihubungi bisa diketahui. Nomor tersebut tak lain adalah tante anak-anak korban yang baru saja dikunjungi di Kabanjahe. Adalah Nurika Simare-mare (33) yang sempat dihubungi petugas dan histeris tatkala mendengar kabar tersebut. Selanjutnya mengarahkan pemberitahuan kabar duka itu ke keluarga yang berada di Huta Bayu Raja, Simalungun. Sedangkan suami korban, Ismail Lubis (40) justru tak memiliki hape.

Terungkap pula, Esteria telah menderita penyakit asma (sesak nafas) sejak gadis atau berusia 16 tahun. Karena itu pula, kemana pun pergi, ia selalu menyediakan obat dalam saku atau dalam tasnya. Sedangkan saat petugas bersama keluarga memeriksa tas korban, mendapati pula obat asma merek New Napasin satu butir. “Memang anakku ini sudah menderita asma sejak dia masih gadis. Tapi dia tau kalau sudah dalam keadaaan kumat,” kata Rida Pasaribu (60) yang tak lain ibu kandung korban saat dikonfirmasi di sekitar kamar mayat RSU DR Djasamen Saragih. Menurutnya, kabar itu sempat membuatnya jatuh pingsan karena sama sekali tidak percaya apa yang dikatakan petugas lewat telepon kepada tetangganya bermarga Simanjuntak. Tanpa menunggu waktu lagi, warga yang bermukim di Kec. Huta Bayu Raja, Simalungun ini langsung berangkat ke Siantar. Dikatakan pula, putri sulung enam bersaudara itu sempat pamitan padanya akan berangkat ke rumah putrinya (Nurika Simare-mare) yang menetap di Kabanjahe guna meminta bantuan untuk dibelikan mesin babat.

Meski awalnya sudah memperingatkan terkait penyakitnya itu, korban tetap ngotot untuk pergi dan bahkan membawa ketiga anaknya. Sementara anak korban yang paling besar (Linda Simare-mare) saat itu masih bersekolah. Sementara Ismail Lubis,suami korban yang ditemui mengaku sempat melarang istrinya pergi, apalgi membawa ke tiga anaknya. Namun korban tetap ngotot karena hendak membuka ladang di pemukiman mereka di Kampung Simpang Silabat, Huta Padang BP Mandoge, Kec. Bandar Pasir Mandoge, Asahan.

“Sudah kularangnya pergi. Karena mesin babat itu kapan pun bisanya diambil,” kata Ismail yang setiap harinya menderes kelapa sawit di perkebunan Mandoge itu. “Pak’e, mama kita. Bangunkan pak’e. Siapa yang kasih kami makan pak,” lirih Haholongan yang disambut tangisan dari koas-koas wanita yang praktek di RSU Dr Djasamen Saragih. Ketiga anak korban sempat dihibur koas wanita yang ada di sekitar kamar mayat. (ndo/deo)

FOTO:DHEV FRETES BAKKARA Jenazah Esteria Aritonang saat dioopsi di Ruang Forensik,ia tewas mendadak diduga karena sakit,  Rabu, (6/11).
FOTO:DHEV FRETES BAKKARA
Jenazah Esteria Aritonang saat dioopsi di Ruang Forensik,ia tewas mendadak diduga karena sakit, Rabu, (6/11).

SUMUTPOS.CO – Seketika terminal bayangan di Jl. Mayjen Sutuyo, Pasar Horas, Siantar Barat dihebohkan atas kematian seorang ibu yang membawa tiga anaknya yang masih balita, Rabu (6/11) siang. Melihat pemandangan memilukan itu, ratusan pengunjung dan pedagang di sana juga sempat histeris melihat ketiga balita yang meratap di samping tubuh ibunya yang sudah lemas setelah diturunkan dari angkutan pedesaan (angdes) GOK.

Setelah sempat setengah jam jadi tontotan, petugas Polsek Siantar Barat yang tiba di lokasi lantas mengevakuasi jasad kaku korban ke rumah sakit.

Info dihimpun kru koran ini dari lokasi, wanita malang ini diketahui bernama Esteria boru Simare-Mare (35). Menurut para pedagang, korban mendadak sesak saat masih berada di dalam angdes GOK dengan pintu nomor 212, sekira pukul 11.20 WIB. Saat itu, GOK kebetulan ngetem di terminal Pasar Horas. Karena memohon pertolongan, sang sopir yang kerap di sapa Gulo itu meminta bantuan pedagang sekitar. Belum sempat mendapat pertolongan, Esteria yang tengah menggendong putrinya yang masih berusia delapan bulan itu malah tak sadarkan diri hingga dievakuasi keluar dari angkot dan dibaringkan di pinggir jalan atau persis disamping ruko roti.

Melihat hal itu, bayi yang masih berada digendongan korban langsung dipangku Nurmaida br Simatupang (56), seorang pedagang yang datang menolong. Sedangkan pedagang lain, berusaha membangunkan Esteria dengan memberi air minum serta mengoleskan air bersih ke wajahnya. Selama itu pula, ketiga anak korban masing-masing, Haholongan Lubis (4), Butet Lubis (2) dan Nelly Lubis yang masih berusia delapan bulan histeris disamping tubuh ibunya. Tapi naas, setelah mencoba untuk meyadarkan korban, ternyata tak ada respon hingga diduga sudah meninggal. “Sudah kami bangun-bangunkan tapi macamnya sudah meninggal. Kami usapkannya air ke wajahnya tak ada juga. Padahala badannya masih hangat kami pegang,” kata Nurmaida.

Dituturkannya, saat itu supir GOK yang sedang berhenti menunggu penumpang jurusan Mandoge, meminta bantuan karena salah seorang penumpangnya mendadak sakit di bagian dada. Tapi setelah dicek, korban dalam posisi duduk di belakang sopir sudah tak bergerak yang semula dikira tak sadarkan diri. Sementara ketiga anak-anaknya menangis membangunkan korban. Sedangkan Gulo saat itu kepada Nurmaida mengaku menaikkan korban dari terminal eks Suka Dame Jl. Sm Raja, Siantar Utara. Saat itu masih terlihat baru turun dari bus penumpang Sinar Sepadan yang datang dari arah Kabanjahe. Karena memang mengarah ke Mandoge, korban lantas menyetop. Tak ada tanda-tanda sakit dan sempat menggendong ke tiga anaknya saat naik ke angkot yang ia bawa.

Namun baru saja tiba di loket GOK dalam terminal Pasar Horas, tiba-tiba ibu anak empat itu menanyakan keberadaan rumah sakit atau apotik terdekat. Bahkan kepada Gulo, korban sempat mengaku bagian dadanya terasa panas dan sulit bernafas. Tapi belum lagi sempat bertanya hendak diantar ke mana, korban sudah tak bergerak, hingga Gulo meminta bantuan pada pedagang sekitar. Haholongan yang tak henti-hentinya menangis sembari memegang kepala ibunya itu mengaku baru saja pulang dari rumah tantenya di Kabanjahe. Saat itu mereka berangkat pagi hari tanpa sempat sarapan. Melainkan hanya satu bungkus roti untuk dibagi kepada adiknya, Butet dan Nelly. Sepanjang jalan, ibunya tidak ada mengeluh sakit.

Namun setelah berada di angdes GOK, ibunya meminta agar ia tak lasak dan ribut karena dadanya panas dan sakit. “Mamak bilang jangan lasak dan ribut. Dada mamak sakit,” kata Haholongan dengan mata berkaca-kaca. Sedangkan Butet sesekali mencium ibunya di tengah kerumunan ratusan warga di Pasar Horas. Rasa iba yang muncul, satu persatu warga memberikan makanan dan uang kepada Haholongan dan Butet. Sedangkan Nelly masih tetap di gendong Nurmaida. Nelly terus menerus menangis menyebut mama. Dari pengakuan Haholongan, sudah dua hari berada di rumah Tante yang tak lain adik kandung ibunya tersebut.

 

POLISI KELIMPUNGAN

Kematian Esteria sempat membuat petugas kelimpungan. Pasalnya, tak ada satupun identitas yang ditinggalkan korban dalam saku celana maupun dalam tasnya. Bahkan Haholongan semula mengaku ibunya itu Boru Aritonang. Kepada warga yang menanyainya, selalu mengaku ibunya boru Aritonang begitupun kepada petugas dari Polsek Siantar Barat. Begitupun setelah menemukan Hape dalam saku tas sandang milik korban, petugas sempat pesimis mengetahui identitas korban, karena hape tersebut dalam kondisi mati.

Namun setelah diupayakan, barulah nomor kontak yang belakangan baru dihubungi bisa diketahui. Nomor tersebut tak lain adalah tante anak-anak korban yang baru saja dikunjungi di Kabanjahe. Adalah Nurika Simare-mare (33) yang sempat dihubungi petugas dan histeris tatkala mendengar kabar tersebut. Selanjutnya mengarahkan pemberitahuan kabar duka itu ke keluarga yang berada di Huta Bayu Raja, Simalungun. Sedangkan suami korban, Ismail Lubis (40) justru tak memiliki hape.

Terungkap pula, Esteria telah menderita penyakit asma (sesak nafas) sejak gadis atau berusia 16 tahun. Karena itu pula, kemana pun pergi, ia selalu menyediakan obat dalam saku atau dalam tasnya. Sedangkan saat petugas bersama keluarga memeriksa tas korban, mendapati pula obat asma merek New Napasin satu butir. “Memang anakku ini sudah menderita asma sejak dia masih gadis. Tapi dia tau kalau sudah dalam keadaaan kumat,” kata Rida Pasaribu (60) yang tak lain ibu kandung korban saat dikonfirmasi di sekitar kamar mayat RSU DR Djasamen Saragih. Menurutnya, kabar itu sempat membuatnya jatuh pingsan karena sama sekali tidak percaya apa yang dikatakan petugas lewat telepon kepada tetangganya bermarga Simanjuntak. Tanpa menunggu waktu lagi, warga yang bermukim di Kec. Huta Bayu Raja, Simalungun ini langsung berangkat ke Siantar. Dikatakan pula, putri sulung enam bersaudara itu sempat pamitan padanya akan berangkat ke rumah putrinya (Nurika Simare-mare) yang menetap di Kabanjahe guna meminta bantuan untuk dibelikan mesin babat.

Meski awalnya sudah memperingatkan terkait penyakitnya itu, korban tetap ngotot untuk pergi dan bahkan membawa ketiga anaknya. Sementara anak korban yang paling besar (Linda Simare-mare) saat itu masih bersekolah. Sementara Ismail Lubis,suami korban yang ditemui mengaku sempat melarang istrinya pergi, apalgi membawa ke tiga anaknya. Namun korban tetap ngotot karena hendak membuka ladang di pemukiman mereka di Kampung Simpang Silabat, Huta Padang BP Mandoge, Kec. Bandar Pasir Mandoge, Asahan.

“Sudah kularangnya pergi. Karena mesin babat itu kapan pun bisanya diambil,” kata Ismail yang setiap harinya menderes kelapa sawit di perkebunan Mandoge itu. “Pak’e, mama kita. Bangunkan pak’e. Siapa yang kasih kami makan pak,” lirih Haholongan yang disambut tangisan dari koas-koas wanita yang praktek di RSU Dr Djasamen Saragih. Ketiga anak korban sempat dihibur koas wanita yang ada di sekitar kamar mayat. (ndo/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/