29 C
Medan
Monday, September 30, 2024

Virus Hog Cholera Mewabah di Sumut, 4.682 Ekor Babi Mati di Sumut

VAKSIN: Petugas dari Pemkab Tapanuli Utara menyuntikkan vaksin kepada ternak babi milik warga. Hingga Selasa (5/11), 4.682 ekor babi di Sumut mati.
VAKSIN: Petugas dari Pemkab Tapanuli Utara menyuntikkan vaksin kepada ternak babi milik warga. Hingga Selasa (5/11), 4.682 ekor babi di Sumut mati.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Virus Hog Cholera mewabah di 11 kabupaten di Sumatera Utara yakni, Dairi, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Samosir.

Hingga 5 November 2019, tercatat sebanyak 4.682 ekor babi mati karena serangan virus yang bisa menyebar lewat udara tersebut. Tak terkecuali bangkai babi yang ditemukan mengapung di Sungai Bedera dan Danau Siombak yang diduga kuat karena virus itu.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap mengatakan, awalnya laporan kematian ternak babi terjadi di Dairi pada 25 September lalu. Pihaknya pun turun ke Dairi keesokan harinya. Kematian yang sama juga terjadi di Humbang Hasundutan, Karo dan Deliserdang.

“Kita mengambil sampel darah untuk mengidentifikasi penyakit apa yang menyerang ternak babi. Dari sampel yang diambil kita temukan yang menjangkiti ternak babi adalah Hog Cholera yang disebabkan virus,” katanya, Rabu (6/11).

Ia menjelaskan, ternak babi yang sudah terjangkit tidak bisa diobati. Namun, yang bisa dilakukan adalah upaya pencegahan termasuk dalam hal kebersihan, pemberian desinfektan, vaksinasi dan vitamin untuk menambah daya tahan tubuh babi.

Dirinya mengatakan, ada 9 rekomendasi untuk mencegah penyebaran Hog Cholera, di antaranya meminimalisir perpindahan ternak babi antar desa, kecamatan dan kabupaten/kota. “Saat ini jumlah ternak babi yang mati di Sumut mencapai 4.682 ekor,” ungkapnya.

Selain itu, juga harus dilakukan penguburan terhadap ternak yang sudah mati. Jika ada penyembelihan, darahnya juga harus dibuang ke dalam tanah, bukan dibuang ke sungai atau ke hutan. “Ini bisa berdampak pada percepatan penyebaran ke ternak yang lain dan mengganggu ketentraman masyarakat,” jelasnya.

Namun, keberhasilan pencegahan tergantung kepada masyarakat, karena tidak semua bisa terpantau oleh pemerintah. Ia mencontohkan, banyaknya bangkai babi yang ditemukan mengapung di Sungai Bedera diduga kuat juga terjangkit Hog Cholera. “Saya yakin itu karena Hog Cholera juga. Tapi untuk penyakit tidak bisa mencuga-duga. Harus dari hasil laboratorium. Kita sudah perintahkan Dinas Peternakan Medan untuk mengambil sampelnya di Siombak itu,” akunya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatetera Utara Mulkan Harahap, mengatakan serangan Hog Cholera bukan baru pertama kali terjadi di Sumatera Utara. Di mana, wabah tersebut pernah terjadi pada tahun 2009. Namun, ia tidak merinci berapa banyak populasi ternak babi saat itu.

Saat ini, katanya tercatat sebanyak 1,2 juta ekor ternak babi yang ada di Sumut. Angka tersebut belum ditambah dari populasi ternak babi milik perusahaan. “Dari angka itu, ada 4.682 ekor ternak babi yang mati karena Hog Cholera,” jelasnya.

Masih Aman Dikonsumsi

Azhar menambahkan, meski penularannya bisa terjadi melalui udara namun hingga saat ini belum ditemukan adanya penularan virus itu kepada manusia. Dengan demikian, kata Azhar, ternak babi yang terkena Hog Cholera masih aman dikonsumsi. “Virus ini bisa menular bisa lewat udara dan cepat. Tapi serangannya masih pada ternak babi saja. Belum kita temukan sampai ke manusia,” katanya.

Ia menjelaskan, virus Hog cholera berbeda dengan African swan fever (ASF). “Hingga saat ini yang menyerang pada ternak babi di Sumut masih Hog Cholera. Jika pun ditemukan adanya serangan ASF, maka yang menyatakan itu adalah terletak pada kewenangan menteri pertanian,” pungkasnya. (rel/adz)

VAKSIN: Petugas dari Pemkab Tapanuli Utara menyuntikkan vaksin kepada ternak babi milik warga. Hingga Selasa (5/11), 4.682 ekor babi di Sumut mati.
VAKSIN: Petugas dari Pemkab Tapanuli Utara menyuntikkan vaksin kepada ternak babi milik warga. Hingga Selasa (5/11), 4.682 ekor babi di Sumut mati.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Virus Hog Cholera mewabah di 11 kabupaten di Sumatera Utara yakni, Dairi, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Samosir.

Hingga 5 November 2019, tercatat sebanyak 4.682 ekor babi mati karena serangan virus yang bisa menyebar lewat udara tersebut. Tak terkecuali bangkai babi yang ditemukan mengapung di Sungai Bedera dan Danau Siombak yang diduga kuat karena virus itu.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut Azhar Harahap mengatakan, awalnya laporan kematian ternak babi terjadi di Dairi pada 25 September lalu. Pihaknya pun turun ke Dairi keesokan harinya. Kematian yang sama juga terjadi di Humbang Hasundutan, Karo dan Deliserdang.

“Kita mengambil sampel darah untuk mengidentifikasi penyakit apa yang menyerang ternak babi. Dari sampel yang diambil kita temukan yang menjangkiti ternak babi adalah Hog Cholera yang disebabkan virus,” katanya, Rabu (6/11).

Ia menjelaskan, ternak babi yang sudah terjangkit tidak bisa diobati. Namun, yang bisa dilakukan adalah upaya pencegahan termasuk dalam hal kebersihan, pemberian desinfektan, vaksinasi dan vitamin untuk menambah daya tahan tubuh babi.

Dirinya mengatakan, ada 9 rekomendasi untuk mencegah penyebaran Hog Cholera, di antaranya meminimalisir perpindahan ternak babi antar desa, kecamatan dan kabupaten/kota. “Saat ini jumlah ternak babi yang mati di Sumut mencapai 4.682 ekor,” ungkapnya.

Selain itu, juga harus dilakukan penguburan terhadap ternak yang sudah mati. Jika ada penyembelihan, darahnya juga harus dibuang ke dalam tanah, bukan dibuang ke sungai atau ke hutan. “Ini bisa berdampak pada percepatan penyebaran ke ternak yang lain dan mengganggu ketentraman masyarakat,” jelasnya.

Namun, keberhasilan pencegahan tergantung kepada masyarakat, karena tidak semua bisa terpantau oleh pemerintah. Ia mencontohkan, banyaknya bangkai babi yang ditemukan mengapung di Sungai Bedera diduga kuat juga terjangkit Hog Cholera. “Saya yakin itu karena Hog Cholera juga. Tapi untuk penyakit tidak bisa mencuga-duga. Harus dari hasil laboratorium. Kita sudah perintahkan Dinas Peternakan Medan untuk mengambil sampelnya di Siombak itu,” akunya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatetera Utara Mulkan Harahap, mengatakan serangan Hog Cholera bukan baru pertama kali terjadi di Sumatera Utara. Di mana, wabah tersebut pernah terjadi pada tahun 2009. Namun, ia tidak merinci berapa banyak populasi ternak babi saat itu.

Saat ini, katanya tercatat sebanyak 1,2 juta ekor ternak babi yang ada di Sumut. Angka tersebut belum ditambah dari populasi ternak babi milik perusahaan. “Dari angka itu, ada 4.682 ekor ternak babi yang mati karena Hog Cholera,” jelasnya.

Masih Aman Dikonsumsi

Azhar menambahkan, meski penularannya bisa terjadi melalui udara namun hingga saat ini belum ditemukan adanya penularan virus itu kepada manusia. Dengan demikian, kata Azhar, ternak babi yang terkena Hog Cholera masih aman dikonsumsi. “Virus ini bisa menular bisa lewat udara dan cepat. Tapi serangannya masih pada ternak babi saja. Belum kita temukan sampai ke manusia,” katanya.

Ia menjelaskan, virus Hog cholera berbeda dengan African swan fever (ASF). “Hingga saat ini yang menyerang pada ternak babi di Sumut masih Hog Cholera. Jika pun ditemukan adanya serangan ASF, maka yang menyatakan itu adalah terletak pada kewenangan menteri pertanian,” pungkasnya. (rel/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/