30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

LPM USU Berikan Inovasi Pengolahan Kopi ke Petani Sidikalang

PENGABDIAN: Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat USU bersama kelompok tani kopi di Desa Parbuluan VI, Kecamatan Parbuluan, Sabtu (25/7).
PENGABDIAN: Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat USU bersama kelompok tani kopi di Desa Parbuluan VI, Kecamatan Parbuluan, Sabtu (25/7).

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia dari sub-sektor perkebunan dengan peringkat keempat terbesar di dunia. Saat ini, Provinsi Sumatera Utara menempati posisi ketiga sebagai produsen kopi terbesar di Indonesia, setelah Sumatera Selatan dan Lampung. Potensi kopi di Sumut dapat dilihat dari beberapa jenis kopi yang sudah terkenal seperti Lintong, Mandailing dan Sidikalang.

Kabupaten Dairi merupakan produsen kopi robusta terbesar di Sumatera Utara yang berasal dari tanaman perkebunan rakyat. Selain robusta, petani kopi yang tinggal berada 1.400 meter di atas permukaan laut juga membudidayakan kopi arabika. Salah satudesa yang focus mengembangkan kopi arabika sebagai komoditas utamanya adalah Desa Parbuluan VI di Kecamatan Parbuluan.

Kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) dipimpin Adrian Hilman STP MSc. Memilih untuk mengembangkan inovasi pengolahan kopi kepada kelompok tani Giat Maju di desa tersebut, Sabtu (25/7) lalu. Tim USU yang berangkat beranggotakan tiga dosen yaitu Prof Dr Ir Elisa Julianti MSi, Rossy Nurhasanah SKom MKom dan NiskartoZendrato SKom MKom. Serta empat orang mahasiswa dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom-TI).

Kegiatan pengabdian masyarakat yang sepenuhnya didanai Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) ini memberikan teknologi tepat guna untuk mendiversifikasi produk mitra berupa mesin roasting berkapasitas 5 kg serta pelatihan penggunaannya. Selain itu, pihak USU juga mensosialisasikan pengolahan pascapanen kopi yang sesuai dengan standar pengolahan untuk menyeragamkan hasil produksi. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan di balai desa telah mengikuti protocol pencegahan Covid-19. Sehingga setiap orang yang hadir, wajib memakai masker dan menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya.

Dalam pemaparannya, Adrian mengatakan bahwa pengolahan kopi yang seragam dengan metode full-wash dapat menghasilkan kualitas biji kopi yang tinggi dengan specialty kopi Sidikalang. “Apalagi ditambah dengan penggunaan teknologi tepat guna berupa mesin roasting, maka dengan pengaturan suhu dan lama waktu penyangraian yang tepat akan menambah nilai jual biji kopi menjadi lebih tinggi di pasaran,” paparnya.

Pada kesempatan terakhir acara sosialisasi, Niskarto yang berasal dari Fasilkom-TI memperkenalkan penggunaan marketplace kepada petani kopi agar mengubah cara penjualannya menjadi lebih efektif. “Di masa New Normal ini, masyarakat menjadi lebih mudah dalam mengakses produk yang mereka inginkan melalui handphone dan memesannya secara online.

Dengan berjualan di marketplace tidak membutuhkan modal untuk menyewa kios dan daya jangkau yang lebih luas, lintas daerah, provinsi bahkan dapat menjangkau mancanegara hanya bermodalkan internet. Pemasaran menggunakan media online dikombinasikan dengan marketplace akan menaikkan kepercayaan kepada penjual dalam melakukan transaksi pembelian.” tuturnya.

Dalam kesempatan itu turut hadir anggota kelompok tani Giat Maju, perangkat desa dan masyarakat Parbuluan VI, serta perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Sidikalang. (adz/ram)

PENGABDIAN: Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat USU bersama kelompok tani kopi di Desa Parbuluan VI, Kecamatan Parbuluan, Sabtu (25/7).
PENGABDIAN: Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat USU bersama kelompok tani kopi di Desa Parbuluan VI, Kecamatan Parbuluan, Sabtu (25/7).

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia dari sub-sektor perkebunan dengan peringkat keempat terbesar di dunia. Saat ini, Provinsi Sumatera Utara menempati posisi ketiga sebagai produsen kopi terbesar di Indonesia, setelah Sumatera Selatan dan Lampung. Potensi kopi di Sumut dapat dilihat dari beberapa jenis kopi yang sudah terkenal seperti Lintong, Mandailing dan Sidikalang.

Kabupaten Dairi merupakan produsen kopi robusta terbesar di Sumatera Utara yang berasal dari tanaman perkebunan rakyat. Selain robusta, petani kopi yang tinggal berada 1.400 meter di atas permukaan laut juga membudidayakan kopi arabika. Salah satudesa yang focus mengembangkan kopi arabika sebagai komoditas utamanya adalah Desa Parbuluan VI di Kecamatan Parbuluan.

Kegiatan pengabdian masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU) dipimpin Adrian Hilman STP MSc. Memilih untuk mengembangkan inovasi pengolahan kopi kepada kelompok tani Giat Maju di desa tersebut, Sabtu (25/7) lalu. Tim USU yang berangkat beranggotakan tiga dosen yaitu Prof Dr Ir Elisa Julianti MSi, Rossy Nurhasanah SKom MKom dan NiskartoZendrato SKom MKom. Serta empat orang mahasiswa dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi (Fasilkom-TI).

Kegiatan pengabdian masyarakat yang sepenuhnya didanai Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) ini memberikan teknologi tepat guna untuk mendiversifikasi produk mitra berupa mesin roasting berkapasitas 5 kg serta pelatihan penggunaannya. Selain itu, pihak USU juga mensosialisasikan pengolahan pascapanen kopi yang sesuai dengan standar pengolahan untuk menyeragamkan hasil produksi. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan di balai desa telah mengikuti protocol pencegahan Covid-19. Sehingga setiap orang yang hadir, wajib memakai masker dan menjaga jarak antara satu dengan yang lainnya.

Dalam pemaparannya, Adrian mengatakan bahwa pengolahan kopi yang seragam dengan metode full-wash dapat menghasilkan kualitas biji kopi yang tinggi dengan specialty kopi Sidikalang. “Apalagi ditambah dengan penggunaan teknologi tepat guna berupa mesin roasting, maka dengan pengaturan suhu dan lama waktu penyangraian yang tepat akan menambah nilai jual biji kopi menjadi lebih tinggi di pasaran,” paparnya.

Pada kesempatan terakhir acara sosialisasi, Niskarto yang berasal dari Fasilkom-TI memperkenalkan penggunaan marketplace kepada petani kopi agar mengubah cara penjualannya menjadi lebih efektif. “Di masa New Normal ini, masyarakat menjadi lebih mudah dalam mengakses produk yang mereka inginkan melalui handphone dan memesannya secara online.

Dengan berjualan di marketplace tidak membutuhkan modal untuk menyewa kios dan daya jangkau yang lebih luas, lintas daerah, provinsi bahkan dapat menjangkau mancanegara hanya bermodalkan internet. Pemasaran menggunakan media online dikombinasikan dengan marketplace akan menaikkan kepercayaan kepada penjual dalam melakukan transaksi pembelian.” tuturnya.

Dalam kesempatan itu turut hadir anggota kelompok tani Giat Maju, perangkat desa dan masyarakat Parbuluan VI, serta perwakilan Dinas Pertanian Kabupaten Sidikalang. (adz/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/