BATUBARA, SUMUTPOS.CO -Sering terdengar, pelayanan RSUD Batubara sangat mengecewakan dan memprihatinkan. Pasien yang datang berobat, bukannya semakin sehat namun bertambah parah, bahkan mempercepat proses kematian.
Hal ini merupakan fakta yang sebenarnya terjadi di RSUD Batubara menurut seorang warga Batubara, yang ibunya wafat di rumah sakit pelat merah itu, akibat tidak mendapatkan perawatan intensif.
“Persoalan hidup-mati memang urusan Tuhan, tapi manusia kan berusaha untuk tetap sehat,” ungkap Darmansyah (44), warga Kecamatan Limapuluh, terkait sidak Plt Bupati Batubara H RM Harry Nugroho ke RSUD Batubara, Kamis (4/1) lalu.
Laporan warga Batubara tentang pelayanan, ketersediaan obat-obatan, kehadiran dokter spesialis, ternyata benar. “Saya pikir itu hanya kabar miring. Namun setelah saya sidak, ternyata benar. RSUD ini bau dan mirip kandang kambing. Obat minim, bahkan dokter spesialisnya tak masuk. Parahnya lagi, kepala UPT juga libur panjang,” ungkapnya.
Harry yang didampingi Kepala Dinas Sosial Bahrumsyah, Sekretaris Dinas Kesehatan dr Deni Syahputra, Kasubbag Pemberitaan Setdakab M Sukri, dan seorang pegawai RSUD Batubara, juga menyesalkan tingkat kehadiran ASN di rumah sakit tersebut. “Saya saja jam 08.00 WIB sudah masuk kantor. Ini sudah hampir pukul 10.30 WIB kok belum pada masuk juga,” tanyanya, sembari melihat daftar hadir pegawai di ruang pelayanan.
Selain melakukan pengecekan daftar hadir para medis, Harry juga meninjau ruang inap pasien, yang katanya seperti kandang kambing, ruang inap jorok, dan banyak kucing menggaruk sisa makanan. “Lebih banyak lagi kucing daripada pasien. Dokter pun datang sesuka hati, obat tak beres, pasien BPJS Kesehatan disuruh beli obat di luar, tapi klaimnya tidak dibayar, ketika ditanya macam-macam alasannya,” tegas Harry.
Selain itu, Harry juga menyesalkan lingkungan rumah sakit yang dipenuhi semak belukar dan nyamuk. Wallpaper dinding pun berbeda dengan yang lain. “Banyak sarang laba-labanya,” keluhnya.
Seorang pasien Boiman (43), warga Desa Sumberrejo, Kecamatan Limapuluh, senganja didatangi Harry. Pasien itu mengaku kecewa lantaran klaim BPJS Kesehatan tidak dibayar. “Saya disuruh beli obat di luar dengan janji akan diganti. Tapi giliran diminta, pihak rumah sakit berdalih dengan bermacam alasan. Nilainya memang cuma Rp140 ribu, tapi bagi saya sangat berarti, bisa untuk beli beras. Tolonglah Pak, susah kali berobat di sini,” ungkapnya kepada Plt Bupati Batubara.
Di akhir kunjunganya, Harry berjanji akan melakukan perombakan secara keseluruhan, baik sistem pelayanan, tingkat kehadiran dokter spesialis, ketersediaan obat-obatan, dan sistem administrasi BPJS Kesehatan. “RSUD Batubara sudah pada titik nadir akhir yang perlu direformasi secepatnya,” pungkasnya. (mag-5/saz)