30 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Alami Pembengkakan, Janda Empat Anak Meninggal Diduga Setelah Divaksin

LIMA PULUH, SUMUTPOS.CO – Seorang pasien bernama Sriatik (44), warga Desa Titi Merah, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara, meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan, Minggu (6/2) malam.

Pasien berjenis kelamin perempuan tersebut meninggal, setelah sempat mendapat perawatan medis akibat mengalami pembengkakan diduga pasca divaksin Covid-19 di kampungnya Sub Koordinator Hukormas RSUP HAM Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, pasien mulai masuk ke Instalasi Gawat Darurat RSUP HAM dan menjalani perawatan pada Jumat (4/2), sekitar pukul 23.50 WIB. Kondisi pasien lemas dan ada luka di bagian punggung. Selain itu, juga ada riwayat pendarahan saluran cerna dan diabetes. “Pada pasien kemudian dilakukan serangkaian pemeriksaan penunjang, dan pasien sempat dirawat di ruang rawat inap biasa,” kata Rosa, Senin (7/2).

Karena kondisi pasien terus menurun, kata Rosa, akhirnya pasien dipindahkan ke ICU pada Minggu (6/2) sore. Meski sempat mendapat perawatan medis, pasien akhirnya meninggal dunia pada Minggu malam sekitar pukul 22.40 WIB dan dibawa pihak keluarga untuk disemayamkan. “Berdasarkan hasil pemeriksaan, pada pasien ditemukan ada pembekuan darah di daerah kaki, anemia, dan hipoalbumin serta tanda-tanda infeksi,” ujarnya.

Disinggung dugaan penyebab penyakit yang diderita pasien tersebut, apakah ada kaitan dampak pasca divaksin Covid-19, Rosa enggan menanggapi. “Kami hanya bisa menanggapi kondisi ketika pasien masuk ke rumah sakit. Kalau kondisi sebelum-sebelumnya, maaf tidak bisa kami komentari,” tandasnya.

Berdasarkan informasi yang beredar, Sriatik melakukan vaksinasi karena ingin berangkat umroh. Pasalnya, salah satu persyaratan untuk berangkat umroh, memiliki sertifikasi vaksin. Untuk itu, dia menghubungi perangkat desa untuk ikut vaksinasi.

Sebelum disuntik vaksin, Sriatik menceritakan kondisi kesehatannya, ada riwayat penyakit gula.

Setelah dicek atau melalui skrining, Sriatik dinyatakan bisa dilakukan vaksinasi. “Mendengar hal tersebut, dia menjadi senang karena bisa berangkat ke Umroh,” ujar Suheini, adik Sriatik kepada wartawam, Minggu (6/2) lalu.

Pasca vaksinasi, janda empat anak tersebut kembali beraktivitas seperti biasa, menggarap lahan pertanian miliknya. Namun dua hari berselang, doa mengalami gejala menggigil hebat dan demam, sehingga esok harinya hanya bisa terbaring di atas tempat tidur. “Di Hari ketiga, kakak saya sudah tak bisa apa-apa. Dia hanya bisa terbaring, badannya demam tinggi dan menggigil. Kami pun memanggil perawat untuk mengobatinya, tapi tak bisa berbuat apa-apa lagi, lalu kami bawa ke klinik terdekat,” ungkap Suheini.

Karena kondisinya terus memburuk, kemudian dibawa ke RSUD Batubara dan dirawat selama tiga hari. Selanjutnya, dirujuk ke RS Harapan di Kota Pematangsiantar. Akan tetapi, hanya dirawat selama satu hari dan kembali dirujuk ke RSUP HAM. “Karena kondisinya sudah kritis di ruangan ICU dan dibantu alat pernafasan. Kemudian akan dilakukan cuci darah,” beber Suhaeni, dengan nada serak dan mata berkaca-kaca akibat menahan tangis.

Hal serupa disampaikan Supri, yang juga keluarga terdekat Sriatik. Dia menuturkan, bibinya itu mengalami pembengkakan di bagian bahu, kaki dan punggungnya, serta tangannya sesekali bergerak. Hal ini terjadi, diduga usai menjalani Vaksinasi di Kantor Balai Desa Pematang Panjang beberapa hari lalu. “Kami atas nama keluarga, meminta dan berharap Pemkab Batubara agar peduli dan dapat memberikan perhatian secara medis terhadap apa yang sedang dialami bibi saya,” harap Supri.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Batubara, drg Wahid Khusyairi MM yang dikonfirmasi via aplikasi WhatsApp, mengaku belum bisa memberi penjelasan lebih lanjut. “Saya belum bisa beri penjelasan. Kami sedang membentuk tim untuk mempelajari kronologis kejadian,” katanya. (ris/aci)

LIMA PULUH, SUMUTPOS.CO – Seorang pasien bernama Sriatik (44), warga Desa Titi Merah, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara, meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan, Minggu (6/2) malam.

Pasien berjenis kelamin perempuan tersebut meninggal, setelah sempat mendapat perawatan medis akibat mengalami pembengkakan diduga pasca divaksin Covid-19 di kampungnya Sub Koordinator Hukormas RSUP HAM Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, pasien mulai masuk ke Instalasi Gawat Darurat RSUP HAM dan menjalani perawatan pada Jumat (4/2), sekitar pukul 23.50 WIB. Kondisi pasien lemas dan ada luka di bagian punggung. Selain itu, juga ada riwayat pendarahan saluran cerna dan diabetes. “Pada pasien kemudian dilakukan serangkaian pemeriksaan penunjang, dan pasien sempat dirawat di ruang rawat inap biasa,” kata Rosa, Senin (7/2).

Karena kondisi pasien terus menurun, kata Rosa, akhirnya pasien dipindahkan ke ICU pada Minggu (6/2) sore. Meski sempat mendapat perawatan medis, pasien akhirnya meninggal dunia pada Minggu malam sekitar pukul 22.40 WIB dan dibawa pihak keluarga untuk disemayamkan. “Berdasarkan hasil pemeriksaan, pada pasien ditemukan ada pembekuan darah di daerah kaki, anemia, dan hipoalbumin serta tanda-tanda infeksi,” ujarnya.

Disinggung dugaan penyebab penyakit yang diderita pasien tersebut, apakah ada kaitan dampak pasca divaksin Covid-19, Rosa enggan menanggapi. “Kami hanya bisa menanggapi kondisi ketika pasien masuk ke rumah sakit. Kalau kondisi sebelum-sebelumnya, maaf tidak bisa kami komentari,” tandasnya.

Berdasarkan informasi yang beredar, Sriatik melakukan vaksinasi karena ingin berangkat umroh. Pasalnya, salah satu persyaratan untuk berangkat umroh, memiliki sertifikasi vaksin. Untuk itu, dia menghubungi perangkat desa untuk ikut vaksinasi.

Sebelum disuntik vaksin, Sriatik menceritakan kondisi kesehatannya, ada riwayat penyakit gula.

Setelah dicek atau melalui skrining, Sriatik dinyatakan bisa dilakukan vaksinasi. “Mendengar hal tersebut, dia menjadi senang karena bisa berangkat ke Umroh,” ujar Suheini, adik Sriatik kepada wartawam, Minggu (6/2) lalu.

Pasca vaksinasi, janda empat anak tersebut kembali beraktivitas seperti biasa, menggarap lahan pertanian miliknya. Namun dua hari berselang, doa mengalami gejala menggigil hebat dan demam, sehingga esok harinya hanya bisa terbaring di atas tempat tidur. “Di Hari ketiga, kakak saya sudah tak bisa apa-apa. Dia hanya bisa terbaring, badannya demam tinggi dan menggigil. Kami pun memanggil perawat untuk mengobatinya, tapi tak bisa berbuat apa-apa lagi, lalu kami bawa ke klinik terdekat,” ungkap Suheini.

Karena kondisinya terus memburuk, kemudian dibawa ke RSUD Batubara dan dirawat selama tiga hari. Selanjutnya, dirujuk ke RS Harapan di Kota Pematangsiantar. Akan tetapi, hanya dirawat selama satu hari dan kembali dirujuk ke RSUP HAM. “Karena kondisinya sudah kritis di ruangan ICU dan dibantu alat pernafasan. Kemudian akan dilakukan cuci darah,” beber Suhaeni, dengan nada serak dan mata berkaca-kaca akibat menahan tangis.

Hal serupa disampaikan Supri, yang juga keluarga terdekat Sriatik. Dia menuturkan, bibinya itu mengalami pembengkakan di bagian bahu, kaki dan punggungnya, serta tangannya sesekali bergerak. Hal ini terjadi, diduga usai menjalani Vaksinasi di Kantor Balai Desa Pematang Panjang beberapa hari lalu. “Kami atas nama keluarga, meminta dan berharap Pemkab Batubara agar peduli dan dapat memberikan perhatian secara medis terhadap apa yang sedang dialami bibi saya,” harap Supri.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Batubara, drg Wahid Khusyairi MM yang dikonfirmasi via aplikasi WhatsApp, mengaku belum bisa memberi penjelasan lebih lanjut. “Saya belum bisa beri penjelasan. Kami sedang membentuk tim untuk mempelajari kronologis kejadian,” katanya. (ris/aci)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/