Harapan di Balik Bantuan Mesin Keripik Nanas
Kabupaten Labuhanbatu merupakan produsen nanas di Sumatera Utara. Dari data tercatat, di Kecamatan Panai Tengah tersebar sebanyak 345 hektare lahan tanaman nanas dengan rincian di Desa Pasartiga 200 hektare, Desa Bagan Gilah 50 hektare, Desa Seinahodaris 35 hektare, Desa Seirakyat 35 hektare dan Desa Telagasuka seluas 25 hektare. Untuk produksi perhektarenya mencapai 8,300 perbuah dengan harga jual Rp4-5 ribu per nanas.
Joko Gunawan, Labuhanbatu
Pemerintah di bawah kepemimpinan Bupati H Tigor Panusunan Siregar dan Wakilnya Suhari Pane dipenghujung tahun lalu menyerahkan bantuan mesin pembuat keripik nenas kepada petani yang sudah dilatih di wilayah.
Saat berbincang dengan Kepala Dinas terkait Ir Leo Sunarta, Selasa (8/1) di ruang kerjanya mengatakan, pemberian mesin tersebut diyakini dapat mengembangkan ekonomi warga di kawasan sentra kebun nanas pane. Harapan ke depan, dengan mengolah buah nanas pane menjadi panganan. Selain dapat meningkatkan prekonomian warga juga memanfaatkan buah nanas semaksimal mungkin sehingga tidak tersisa di pasaran.
Guna memudahkan perkembangan usaha petani, pihak dinas juga siap membantu pemasaran hasil produksi keripik nanas pane tersebut dengan menjadi penghubung antara warga dengan pihak pemasaran hingga memungkinkan menembus beberapa pusat perniagaan seperti halnya supermarket.
Jika bantuan yang diberikan berkembang, pihak pemerintah akan kembali memberikan bantuan serupa kepada warga lainnya. Selain untuk pembuatan keripik, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan berupaya memberikan bantuan alat Teknologi Tepat Guna (TTG) lainnya untuk pembuatan sirup dan selai dari nanas pane.
Dalam menunjang penggunaan mesin pembuatan keripik nanas, pihak dinas terkait menghadirkan salah seorang instruktur pembuatan mesin pengolahan buah menjadi keripik. Dari hasil beberapa kali uji coba di lapangan, buah nanas pane memiliki potensi pasar dan khas tersendiri, baik dari rasa maupun aromanya.
Sehingga, usaha kecil menengah dalam bidang pengolahan produk agroindustri, diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat selain untuk memberikan solusi atau permasalahan sehingga diharapkan petani lebih bergairah untuk membudidayakan nanas pane sebagai komoditi unggulan yang memiliki prospek sangat besar.
Pembuatan keripik nanas itu kata Leo, hanya butuh beberapa menit pemasakan dan pengeringan, hasil gorengan menghasilkan keripik yang garing dan gurih. Pertama katanya, buah nanas dikupas dan dicuci bersih lalu dipotong sesuai ukuran keinginan besarnya keripik. Lalu dimasukkan kedalam mesin untuk dilakukan pembuangan kadar air sebelum digoreng di dalam wadah yang sama.
Setelah selesai penggorengan, alat penutup akan terbuka lalu nanas yang sudah menjadi keripik dipindahkan ke satu tempat dalam tahapan penyaringan minyak yang masih terkandung. Setelah beberapa saat, keripik nanas dapat dibungkus dengan tanpa menggunakan bahan pengawet maupun penyedap rasa, sehingga menjadikan keripik relatif dapat bertahan lebih lama jika dikemas kedalam plastik.
Menurut Leo, proses pembuatan keripik nanas mulai dari pengupasan hingga dibungkus perkiraan memakan waktu sekitar 2 jam dengan perkiraan harga jual sekitar Rp14.000-15.000 perseperempat kilonya. Jika mesin bantuan dioperasikan, petani mampu menambah penghasilan sekitar 30-40 persen keuntungan dari harga jual keripik jika dibanding dengan hanya menjual buah nanas di pasaran, sedangkan harga mesin vacuum prayer/pembuat keripik nanas sekitar Rp34 juta kala itu.
Memperhatikan petani serta tingginya prospek nanas sangatlah besar dan yang mendominani untuk bahan pameran diluar daerah, Pemkab Labuhanbatu berencana meluaskan tanaman tersebut hingga mencapai sekitar 185 hektare dengan sebaran di antaranya, di Desa Pasartiga seluas 100 hektare, Desa Baganbilah 30 hektare, Desa Seinahodaris 20 hektare, Desa Seirakyat 20 hektare serta di Desa Telagasuka seluas 15 hektare. (*)