25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

19 Februari, Diprediksi Kasus Covid Capai 10.280

MEDAN, SUMUTPOS.CO – LONJAKAN kasus aktif Covid-19 dengan varian Omicron di Sumatera Utara (Sumut), diprediksi akan mencapai puncaknya pada 19 Februari 2022. Diperkirakan, jumlah kasus positif mencapai 10.280 kasus.

Anggota Tim Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Inke Nadia D Lubis menjelaskan, penyebaran Covid-19 varian Omicron sangat cepat. Sehingga dilakukan evaluasi setiap per empat hari sekali untuk melihat perkembangan penularannya di tengah masyarakat. “Puncak gelombang ketiga diprediksikan pada 19 Februari 2022. Untuk itu, seluruh kabupaten/kota harus bersama-sama mengantisipasi hal tersebut,” kata Inke yang juga anggota dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang Sumut, Selasa (8/2).

Inke mengatakan, 33 kabupaten/kota memiliki waktu dua hingga tiga minggu ke depan untuk mengantisipasi gelombang ketiga di masing-masing daerahnya. Sehingga perlu penanganan khusus secara maksimal.

Inke juga mengungkapkan, 5 kabupaten/kota di Sumut menyumbang kasus Covid-19 terbanyak yakni, Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Kota Pematangsiantar, Kota Gunungsitoli, dan Kabupaten Simalungun. Di Kota Medan, berdasarkan dari BPBD Kota Medan, kasus aktif Covid-19 pada Senin (7/2) berjumlah 121 kasus dan sembuh 19 orang. “Kita lihat juga, peningkatan kasus varian Delta di Kota Medann

terjadi peningkatan puncaknya pada Minggu ke 73. Terjadi, juga peningkatan di Deliserdang dan Pematangansiantar. Untuk daerah-daerah lain, meningkat seminggu ke depan,” jelasnya.

Inke juga mengimbau kepada kabupaten/kota yang belum ditemukan kasus baru dan jumlah kasus aktif Covid-19 masih rendah, untuk tetap waspada dan tetap melakukan upaya antisipasi untuk penyebaran virus mematikan itu. “Untuk daerah belum ditemukan kasus, perlu dilakukan testing dan terasing yang meningkat untuk mencegah Omicron masuk di daerah-daerah tersebut. Kalau ada kasus baru, bisa langsung di isolasi dan tidak menyebar ke masyarakat,” pungkas Inke.

Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, meminta kesiapan seluruh kabupaten/kota untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron di daerah ini. “Bupati dan wali kota, tolong benar-benar datangi, ingatkan lagi, sosialisasikan, edukasikan, karena satu-satunya yang bisa menghambat ini (lonjakan kasus Covid-19) yang paling ampuh adalah Prokes ini,” tutur mantan Pangkostrad itu.

Edy juga meminta kepada seluruh direktur rumah sakit se-Sumut untuk menyiapkan kamar-kamar, apabila kasus melonjak tinggi. Selain kamar, obat-obatan, alat medis, seperti oksigen juga mesti dicek kesiapannya. Rumah sakit juga diminta jangan menolak pasien yang datang dan mempersiapkan fasilitas untuk penanganan pasien COVID-19. “Khusus kepada rumah sakit semua menyiapkan, apabila tak terbendung ini, saya minta semua lakukan yang pernah kita lakukan, terkoordinir dengan Satgas,” katanya.

Edy juga sudah melaporkan kondisi peningkatan kasus aktif Covid-19 di Sumut kepada Presiden Joko Widodo secara daring, Senin (7/2) kemarin. Termasuk kesiapan Sumut untuk mengahadapi kasus aktif COVID-19 gelombang ketiga ini.

Tegas Terapkan Prokes

Kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 khususnya di Kota Medan meningkat tajam beberapa hari belakangan. Tidak dipungkiri, salah satu faktor karena kurangnya disiplin masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan (prokes).

Data Dinas Kesehatan Sumut mencatat, Kota Medan selalu menjadi penyumbang terbesar kasus baru Covid-19. Pada Selasa (8/2), terjadi penambahan 280 kasus baru. Sedangkan Senin (7/2) bertambah 135 kasus baru, Minggu (6/2) 136 kasus baru, Sabtu (5/2) 122 kasus baru, dan Jumat (4/2) 119 kasus baru.

Pengamat kesehatan dari Universitas Sumatera Utara dr Delyuzar mendesak pemerintah daerah harus lebih tegas dalam penerapan protokol kesehatan (prokes). “Pencegahan dan penanganan Covid-19 harus lebih ditegaskan lagi terutama dalam pembelajaran tatap muka (PTM). Apabila angka terkonfirmasi positif Covid-19 di setiap sekolah di Kota Medan meningkat 5 persen lagi, maka sekolah kembali melakukan pembelajaran daring,” kata Delyuzar, Selasa (8/2).

Dia menyatakan, kebijakan PTM kembali daring sudah keluar peraturan barunya. Namun, kebijakan tersebut perlu dievaluasi kembali. “Jika makin tinggi percepatan penularannya, maka diambil langkah lebih drastis bisa jadi ditutup kembali,” ucapnya.

Menurut Delyuzar, pencegahan Covid-19 apapun jenis variannya sama saja yaitu disiplin penerapan protokol kesehatan yang ketat. “Sebenarnya untuk pencegahan tidak ada yang berbeda, seperti melakukan pencegahan varian Delta baik dari tindakan dan hal lainnya. Hanya saja yang perlu difokuskan ke pemahaman masyarakat, bahwa meski angka kematian rendah mereka tidak boleh menganggap remeh persoalan virus ini,” tuturnya.

Karena itu, Delyuzar berharap agar pemerintah bisa lebih tegas lagi dalam penerapan prokes di setiap tempat. “Saya ingin penanganan Covid-19 ini lebih tegas dan prokes lebih diperketat lagi. Tetap pakai masker, jaga jarak, mencuci tangan, tidak makan bersama sementara ini, betul-betul dikontrol jam operasional mobilitas masyarakat di luar rumah,” sebutnya.

Ia menghimbau agar masyarakat mau divaksinasi. Sebab, dari beberapa kasus yang muncul, masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 kebanyakan yang belum vaksinasi. “Memang tidak kemungkinan masyarakat yang vaksinasi bisa terkena Covid-19, namun saat ini banyak masyarakat yang terkena Covid itu yang belum divaksin. Vaksin ini berguna untuk menjaga kekebalan imun kita,” tukasnya. (gus/ris)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – LONJAKAN kasus aktif Covid-19 dengan varian Omicron di Sumatera Utara (Sumut), diprediksi akan mencapai puncaknya pada 19 Februari 2022. Diperkirakan, jumlah kasus positif mencapai 10.280 kasus.

Anggota Tim Satgas Penanganan Covid-19 Sumut, dr Inke Nadia D Lubis menjelaskan, penyebaran Covid-19 varian Omicron sangat cepat. Sehingga dilakukan evaluasi setiap per empat hari sekali untuk melihat perkembangan penularannya di tengah masyarakat. “Puncak gelombang ketiga diprediksikan pada 19 Februari 2022. Untuk itu, seluruh kabupaten/kota harus bersama-sama mengantisipasi hal tersebut,” kata Inke yang juga anggota dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang Sumut, Selasa (8/2).

Inke mengatakan, 33 kabupaten/kota memiliki waktu dua hingga tiga minggu ke depan untuk mengantisipasi gelombang ketiga di masing-masing daerahnya. Sehingga perlu penanganan khusus secara maksimal.

Inke juga mengungkapkan, 5 kabupaten/kota di Sumut menyumbang kasus Covid-19 terbanyak yakni, Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Kota Pematangsiantar, Kota Gunungsitoli, dan Kabupaten Simalungun. Di Kota Medan, berdasarkan dari BPBD Kota Medan, kasus aktif Covid-19 pada Senin (7/2) berjumlah 121 kasus dan sembuh 19 orang. “Kita lihat juga, peningkatan kasus varian Delta di Kota Medann

terjadi peningkatan puncaknya pada Minggu ke 73. Terjadi, juga peningkatan di Deliserdang dan Pematangansiantar. Untuk daerah-daerah lain, meningkat seminggu ke depan,” jelasnya.

Inke juga mengimbau kepada kabupaten/kota yang belum ditemukan kasus baru dan jumlah kasus aktif Covid-19 masih rendah, untuk tetap waspada dan tetap melakukan upaya antisipasi untuk penyebaran virus mematikan itu. “Untuk daerah belum ditemukan kasus, perlu dilakukan testing dan terasing yang meningkat untuk mencegah Omicron masuk di daerah-daerah tersebut. Kalau ada kasus baru, bisa langsung di isolasi dan tidak menyebar ke masyarakat,” pungkas Inke.

Sebelumnya, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, meminta kesiapan seluruh kabupaten/kota untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron di daerah ini. “Bupati dan wali kota, tolong benar-benar datangi, ingatkan lagi, sosialisasikan, edukasikan, karena satu-satunya yang bisa menghambat ini (lonjakan kasus Covid-19) yang paling ampuh adalah Prokes ini,” tutur mantan Pangkostrad itu.

Edy juga meminta kepada seluruh direktur rumah sakit se-Sumut untuk menyiapkan kamar-kamar, apabila kasus melonjak tinggi. Selain kamar, obat-obatan, alat medis, seperti oksigen juga mesti dicek kesiapannya. Rumah sakit juga diminta jangan menolak pasien yang datang dan mempersiapkan fasilitas untuk penanganan pasien COVID-19. “Khusus kepada rumah sakit semua menyiapkan, apabila tak terbendung ini, saya minta semua lakukan yang pernah kita lakukan, terkoordinir dengan Satgas,” katanya.

Edy juga sudah melaporkan kondisi peningkatan kasus aktif Covid-19 di Sumut kepada Presiden Joko Widodo secara daring, Senin (7/2) kemarin. Termasuk kesiapan Sumut untuk mengahadapi kasus aktif COVID-19 gelombang ketiga ini.

Tegas Terapkan Prokes

Kasus baru terkonfirmasi positif Covid-19 khususnya di Kota Medan meningkat tajam beberapa hari belakangan. Tidak dipungkiri, salah satu faktor karena kurangnya disiplin masyarakat dalam penerapan protokol kesehatan (prokes).

Data Dinas Kesehatan Sumut mencatat, Kota Medan selalu menjadi penyumbang terbesar kasus baru Covid-19. Pada Selasa (8/2), terjadi penambahan 280 kasus baru. Sedangkan Senin (7/2) bertambah 135 kasus baru, Minggu (6/2) 136 kasus baru, Sabtu (5/2) 122 kasus baru, dan Jumat (4/2) 119 kasus baru.

Pengamat kesehatan dari Universitas Sumatera Utara dr Delyuzar mendesak pemerintah daerah harus lebih tegas dalam penerapan protokol kesehatan (prokes). “Pencegahan dan penanganan Covid-19 harus lebih ditegaskan lagi terutama dalam pembelajaran tatap muka (PTM). Apabila angka terkonfirmasi positif Covid-19 di setiap sekolah di Kota Medan meningkat 5 persen lagi, maka sekolah kembali melakukan pembelajaran daring,” kata Delyuzar, Selasa (8/2).

Dia menyatakan, kebijakan PTM kembali daring sudah keluar peraturan barunya. Namun, kebijakan tersebut perlu dievaluasi kembali. “Jika makin tinggi percepatan penularannya, maka diambil langkah lebih drastis bisa jadi ditutup kembali,” ucapnya.

Menurut Delyuzar, pencegahan Covid-19 apapun jenis variannya sama saja yaitu disiplin penerapan protokol kesehatan yang ketat. “Sebenarnya untuk pencegahan tidak ada yang berbeda, seperti melakukan pencegahan varian Delta baik dari tindakan dan hal lainnya. Hanya saja yang perlu difokuskan ke pemahaman masyarakat, bahwa meski angka kematian rendah mereka tidak boleh menganggap remeh persoalan virus ini,” tuturnya.

Karena itu, Delyuzar berharap agar pemerintah bisa lebih tegas lagi dalam penerapan prokes di setiap tempat. “Saya ingin penanganan Covid-19 ini lebih tegas dan prokes lebih diperketat lagi. Tetap pakai masker, jaga jarak, mencuci tangan, tidak makan bersama sementara ini, betul-betul dikontrol jam operasional mobilitas masyarakat di luar rumah,” sebutnya.

Ia menghimbau agar masyarakat mau divaksinasi. Sebab, dari beberapa kasus yang muncul, masyarakat yang terkonfirmasi positif Covid-19 kebanyakan yang belum vaksinasi. “Memang tidak kemungkinan masyarakat yang vaksinasi bisa terkena Covid-19, namun saat ini banyak masyarakat yang terkena Covid itu yang belum divaksin. Vaksin ini berguna untuk menjaga kekebalan imun kita,” tukasnya. (gus/ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/