25 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Tewas Gantung Diri di Pondok

 

Gantung Diri-Ilustrasi
Gantung Diri-Ilustrasi

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Hutjon Lubis (40), ditemukan tewas tergantung dengan seutas tali nilon yang diikatkan pada tiang kuda-kuda pondok, di kebun karet tempatnya bekerja di Desa Gunung Kelambu, Kecamatan Badiri Tapteng, Kamis (8/5) siang sekira pukul 12.30 WIB.

Saat ditemukan, mayat lajang yang bekerja di kebun karet milik tokenya Abdul Basar Sihotang (52), Lurah Lopian, Kecamatan Badiri, Tapteng itu sudah membusuk.

Penemuan mayat korban berawal dari kecurigaan Taligulo Telaumbanua (63), petani warga sekitar, yang mencium bau busuk yang menyengat saat melintas dari pondok tersebut. Kemudian anjing milik Taligulo yang dibawanya siang itu terus mengonggong ke arah pondok tersebut.

Taligulo kemudian memberitahukan kecurigaannya itu kepada Ronda Silaen (82), petani, juga warga sekitar. Mereka kemudian menceritakannya ke Sekretaris Desa (Sekdes) setempat Mugiharto (33). Oleh Sekdes, kemudian diinformasikan ke Kepala Desa (Kades) setempat Sudarma (34). Informasi itu lalu dilaporkan Kades ke petugas Polsek Pinangsori. Sekira 1,5 jam kemudian, petugas tiba di lokasi.

Letak pondok itu sendiri berada di antara pohon karet, berjarak sekitar 50 meter dari pemukiman warga. Di pondok itulah biasanya korban beristirahat setelah bekerja. Bahkan tak jarang korban menginap sendiri di pondok itu. Sejumlah peralatan kerja juga disimpan di pondok tersebut.

“Saat tiba di lokasi dan hendak dibuka, pintu pondok yang terbuat dari papan dan kayu itu terkunci dari dalam. Dari luar terbuka. Makanya terpaksa kami dobrak pintunya,” ujar salah satu petugas Polsek Pinangsori yang datang ke lokasi kejadian, di sela menunggu kedatangan mayatnya di RSUD Pandan, Tapteng.

Setelah pintu pondok sangat sederhana berukuran sekitar 2×3 meter itu, ditemukan mayat korban sudah tergantung dengan seutas tali nilon pada lehernya. Seperti tampak pada fotonya di lokasi, korban mengenakan kemeja lengan panjang warna merah dan jeans warna biru. Dari cara berpakaiannya, terbilang cukup rapi, bahkan korban memasukkan bagian bawah kemejanya itu ke dalam celananya, atau biasa disebut blues dalam.

“Kondisi mayatnya sudah mulai membusuk, sudah bau sekali. Makanya warga yang menyaksikan datang ke lokasi menutup hidung semua,” ujar petugas itu lagi.

Mayat korban kemudian diturunkan dan dibawa ke Puskesmas Hutabalang, Kecamatan Badiri. Namun, pihak keluarga korban menyatakan tidak ingin mayatnya divisum ke RSUD Pandan. Melainkan diminta untuk langsung dibawa ke rumah duka, rumah kerabat korban yang masih di kecamatan setempat.

“Kami sudah sempat menunggu mayatnya di RSUD Pandan. Tapi kemudian pihak keluarga menyatakan tidak perlu divisum, dan bersedia membuat surat pernyataan tidak bersedia divisum. Itu memang hak pihak keluarga,” ujar Kapolsek Pinangsori, AKP L Siregar, di RSUD Pandan.

Berdasarkan pengakuan sejumlah warga sekitar, korban dikenal sebagai sosok yang pendiam, namun baik hati. Korban tidak pernah diketahui memiliki musuh siapapun di sekitar kampung itu.

Belum dapat dipastikan kapan tepatnya korban diduga melakukan bunuh diri. Namun menurut pengakuan salah satu warga yang rumahnya tak jauh dari pondok dimana korban ditemukan, bahwa beberapa hari sebelum ditemukan, korban sempat terdengar bernyanyi-nyanyi sendiri sambil memainkan alat musik keroncong, semacam gitar kecil. Sementara dilihat dari kondisi mayatnya yang mulai membusuk, korban diperkirakan sudah tewas 3-4 hari sebelum mayatnya ditemukan.

Karena pihak keluarga menyatakan tidak bersedia mayat korban divisum, maka penyelidikan oleh pihak kepolisian dihentikan. “Ya kasusnya ditutup, tapi tetap dicatat ke dalam arsip. Jasad korban diserahkan ke pihak keluarganya,” pungkas Kapolsek AKP L Siregar.

Belum diketahui kapan dan dimana korban akan dikebumikan. Namun peristiwa penemuan korban yang gantung diri itu sontak mengegerkan warga sekitar. (ms/smg)

 

Gantung Diri-Ilustrasi
Gantung Diri-Ilustrasi

TAPTENG, SUMUTPOS.CO – Hutjon Lubis (40), ditemukan tewas tergantung dengan seutas tali nilon yang diikatkan pada tiang kuda-kuda pondok, di kebun karet tempatnya bekerja di Desa Gunung Kelambu, Kecamatan Badiri Tapteng, Kamis (8/5) siang sekira pukul 12.30 WIB.

Saat ditemukan, mayat lajang yang bekerja di kebun karet milik tokenya Abdul Basar Sihotang (52), Lurah Lopian, Kecamatan Badiri, Tapteng itu sudah membusuk.

Penemuan mayat korban berawal dari kecurigaan Taligulo Telaumbanua (63), petani warga sekitar, yang mencium bau busuk yang menyengat saat melintas dari pondok tersebut. Kemudian anjing milik Taligulo yang dibawanya siang itu terus mengonggong ke arah pondok tersebut.

Taligulo kemudian memberitahukan kecurigaannya itu kepada Ronda Silaen (82), petani, juga warga sekitar. Mereka kemudian menceritakannya ke Sekretaris Desa (Sekdes) setempat Mugiharto (33). Oleh Sekdes, kemudian diinformasikan ke Kepala Desa (Kades) setempat Sudarma (34). Informasi itu lalu dilaporkan Kades ke petugas Polsek Pinangsori. Sekira 1,5 jam kemudian, petugas tiba di lokasi.

Letak pondok itu sendiri berada di antara pohon karet, berjarak sekitar 50 meter dari pemukiman warga. Di pondok itulah biasanya korban beristirahat setelah bekerja. Bahkan tak jarang korban menginap sendiri di pondok itu. Sejumlah peralatan kerja juga disimpan di pondok tersebut.

“Saat tiba di lokasi dan hendak dibuka, pintu pondok yang terbuat dari papan dan kayu itu terkunci dari dalam. Dari luar terbuka. Makanya terpaksa kami dobrak pintunya,” ujar salah satu petugas Polsek Pinangsori yang datang ke lokasi kejadian, di sela menunggu kedatangan mayatnya di RSUD Pandan, Tapteng.

Setelah pintu pondok sangat sederhana berukuran sekitar 2×3 meter itu, ditemukan mayat korban sudah tergantung dengan seutas tali nilon pada lehernya. Seperti tampak pada fotonya di lokasi, korban mengenakan kemeja lengan panjang warna merah dan jeans warna biru. Dari cara berpakaiannya, terbilang cukup rapi, bahkan korban memasukkan bagian bawah kemejanya itu ke dalam celananya, atau biasa disebut blues dalam.

“Kondisi mayatnya sudah mulai membusuk, sudah bau sekali. Makanya warga yang menyaksikan datang ke lokasi menutup hidung semua,” ujar petugas itu lagi.

Mayat korban kemudian diturunkan dan dibawa ke Puskesmas Hutabalang, Kecamatan Badiri. Namun, pihak keluarga korban menyatakan tidak ingin mayatnya divisum ke RSUD Pandan. Melainkan diminta untuk langsung dibawa ke rumah duka, rumah kerabat korban yang masih di kecamatan setempat.

“Kami sudah sempat menunggu mayatnya di RSUD Pandan. Tapi kemudian pihak keluarga menyatakan tidak perlu divisum, dan bersedia membuat surat pernyataan tidak bersedia divisum. Itu memang hak pihak keluarga,” ujar Kapolsek Pinangsori, AKP L Siregar, di RSUD Pandan.

Berdasarkan pengakuan sejumlah warga sekitar, korban dikenal sebagai sosok yang pendiam, namun baik hati. Korban tidak pernah diketahui memiliki musuh siapapun di sekitar kampung itu.

Belum dapat dipastikan kapan tepatnya korban diduga melakukan bunuh diri. Namun menurut pengakuan salah satu warga yang rumahnya tak jauh dari pondok dimana korban ditemukan, bahwa beberapa hari sebelum ditemukan, korban sempat terdengar bernyanyi-nyanyi sendiri sambil memainkan alat musik keroncong, semacam gitar kecil. Sementara dilihat dari kondisi mayatnya yang mulai membusuk, korban diperkirakan sudah tewas 3-4 hari sebelum mayatnya ditemukan.

Karena pihak keluarga menyatakan tidak bersedia mayat korban divisum, maka penyelidikan oleh pihak kepolisian dihentikan. “Ya kasusnya ditutup, tapi tetap dicatat ke dalam arsip. Jasad korban diserahkan ke pihak keluarganya,” pungkas Kapolsek AKP L Siregar.

Belum diketahui kapan dan dimana korban akan dikebumikan. Namun peristiwa penemuan korban yang gantung diri itu sontak mengegerkan warga sekitar. (ms/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/