28 C
Medan
Thursday, June 27, 2024

Sehari Pasien Positif di Sumut Naik 15 Persen

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah pasien positif Covid-19 di Sumut melonjak tajam. Dari 157 orang positif Covid-19 di Sumut, terbanyak berada di Medan yaitu 117 orang. Disusul Deliserdang 17 orang, Siantar 6 orang, Asahan 4 orang, Simalungun 3 orang, dan seterusnya.

“Untuk jumlah pasien positif Covid-19 yang sembuh masih tetap sebanyak 48 orang, begitu juga yang meninggal dunia 16 orang,” ungkap Aris.

Sementara untuk jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang masih dirawat sebanyak 151 orang. Angka PDP yang dirawat ini kembali mengalami kenaikan dibandingkan hari sebelumnya yang berjumlah 146 orang. Sedangkan Orang Dengan Pemantauan (ODP) berjumlah 1.436 orang.

“Dari data-data tersebut, penularan masih tetap terjadi. Untuk itu, kita harus ikut memutuskan penularan ini. Kita harus ikut berperan melakukan aktivitas di rumah, dan melakukan ibadah di dalam rumah,” ujarnya.

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia sudah menganjurkan agar melaksanakan tarawih, tadarus, dan itikaf sebaiknya dilakukan di dalam rumah. Untuk itu, masyarakat diminta melaksanakan imbauan pemerintah menunaikan ramadan bersama keluarga di rumah. Sebab, risiko penularan Covid-19 saat berada di luar rumah masih sering terjadi.

“Mari kita mempersepsikan dengan tegas, bahwa upaya terdepan dalam menangani Covid-19 ini adalah kita, keluarga kita, tetangga kita, dan lingkungan kita. Kita menjadi garda terdepan memerangi Covid-19. Jangan menunggu sakit dan jangan menjadi beban untuk dokter, perawat dan lainnya. Mari kita selamatkan keluarga kita dan lingkungan kita dan Sumatera Utara ini,” tegas Aris.

Diutarakan Aris, upaya menemukan kasus positif Covid-19 ini terus dilakukan, di antaranya melakukan pemeriksaan sampel secara masif, serta dilakukan kontak tracing secara agresif. Selain itu, isolasi tetap dilakukan jika ditemukan masyarakat yang positif Covid-19.

“Dalam memerangi Covid-19, kita menginginkan masyarakat mendapatkan layanan konsultasi medis dengan cepat dan tidak ditunda-tunda dengan aplikasi, sehingga tidak melakukan kunjungan ke rumah sakit.

Upaya lain yakni kebijakan kluster isolasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan hendaknya dimaknai oleh tokoh-tokoh panutan yang ada di masyarakat, baik tokoh agama dan lainnya sebagai kebutuhan masyarakat, sehingga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat menghadapi pandemi Covid-19 saat ini,” paparnya.

Aris menambahkan, diperlukan toleransi yang luar biasa untuk mendukung semua itu, karena peran masyarakat sangat besar. Perlu gotong-royong tidak terputus, agar semua berjalan dengan baik.

“Ingat, biasakan mencuci tangan di air mengalir secara rutin, gunakan masker saat keluar rumah. Hindari kerumunan orang banyak, dan lakukan social distancing,” tandasnya.

Dijelaskan Aris, beberapa pengamatan menyebutkan bahwa seseorang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dan tidak menggunakan masker, maka orang di sekitarnya memiliki peluang tertular bisa sampai 75 % karena percikan ludah. Bila menggunakan masker bisa ditekan sampai dengan 5%.

Reinfeksi Bisa Terjadi

Terkait adanya pasien positif Covid-19 yang sudah sembuh dan kembali terinfeksi, menurut Aris, bisa saja terjadi. Hal itu disebut dengan reinfeksi atau reaktivasi.

“Penyakit ini memang bisa sembuh dan tidak perlu panik, tetapi diharapkan jangan sampai kita menyepelekan. Karena penyebaran virus ini sangat cepat. Belum lagi, baru-baru ini kita juga mendengar ada kasus reinfeksi atau reaktivasi, yakni pasien yang sudah dinyatakan sembuh kembali positif,” ujar Aris.

Meskipun langka, ada beberapa kemungkinan penyebab reinfeksi. Kemungkinan pertama, hasil negatif “palsu” tes swab yang berasal dari pengambilan spesimen sampel lendir yang kurang cukup ataupun hasil positif “palsu” yang berasal dari spesimen yang mengandung virus tidak aktif.

Kemungkinan kedua, virus yang masih tersisa dalam pasien sembuh aktif kembali. Hal ini bisa terjadi karena pertahanan tubuh pasien yang masih lemah, sehingga virus bisa memperbanyak diri kembali. Bila ini terjadi, biasanya gejala yang ditimbulkan jauh lebih ringan dan transmisi orang ke orang kemungkinan kecil terjadinya.

“Untuk itu, kami tekankan kembali pembatasan aktivitas sosial secara masif masih harus kita lakukan dengan ketat. Bahkan, beberapa negara yang berhasil menghentikan puncak pertambahan kasus seperti Korea dan Tiongkok, juga masih mengalami kemunculan kasus. Meskipun sudah tidak banyak,” kata Aris.

Terakhir, lanjutnya, reinfeksi juga bisa terjadi lagi karena kemungkinan pasien sembuh terpapar virus dengan tipe lain. Berdasarkan penelitian, saat ini diketahui terdapat tiga tipe virus SARS-CoV-2. Ada kemungkinan memori kekebalan tidak akan berjalan pada pasien yang sembuh dari virus pertama, karena sistem imun tidak mampu mengenal tipe virus yang baru. (ris/net)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Jumlah pasien positif Covid-19 di Sumut melonjak tajam. Dari 157 orang positif Covid-19 di Sumut, terbanyak berada di Medan yaitu 117 orang. Disusul Deliserdang 17 orang, Siantar 6 orang, Asahan 4 orang, Simalungun 3 orang, dan seterusnya.

“Untuk jumlah pasien positif Covid-19 yang sembuh masih tetap sebanyak 48 orang, begitu juga yang meninggal dunia 16 orang,” ungkap Aris.

Sementara untuk jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang masih dirawat sebanyak 151 orang. Angka PDP yang dirawat ini kembali mengalami kenaikan dibandingkan hari sebelumnya yang berjumlah 146 orang. Sedangkan Orang Dengan Pemantauan (ODP) berjumlah 1.436 orang.

“Dari data-data tersebut, penularan masih tetap terjadi. Untuk itu, kita harus ikut memutuskan penularan ini. Kita harus ikut berperan melakukan aktivitas di rumah, dan melakukan ibadah di dalam rumah,” ujarnya.

Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia sudah menganjurkan agar melaksanakan tarawih, tadarus, dan itikaf sebaiknya dilakukan di dalam rumah. Untuk itu, masyarakat diminta melaksanakan imbauan pemerintah menunaikan ramadan bersama keluarga di rumah. Sebab, risiko penularan Covid-19 saat berada di luar rumah masih sering terjadi.

“Mari kita mempersepsikan dengan tegas, bahwa upaya terdepan dalam menangani Covid-19 ini adalah kita, keluarga kita, tetangga kita, dan lingkungan kita. Kita menjadi garda terdepan memerangi Covid-19. Jangan menunggu sakit dan jangan menjadi beban untuk dokter, perawat dan lainnya. Mari kita selamatkan keluarga kita dan lingkungan kita dan Sumatera Utara ini,” tegas Aris.

Diutarakan Aris, upaya menemukan kasus positif Covid-19 ini terus dilakukan, di antaranya melakukan pemeriksaan sampel secara masif, serta dilakukan kontak tracing secara agresif. Selain itu, isolasi tetap dilakukan jika ditemukan masyarakat yang positif Covid-19.

“Dalam memerangi Covid-19, kita menginginkan masyarakat mendapatkan layanan konsultasi medis dengan cepat dan tidak ditunda-tunda dengan aplikasi, sehingga tidak melakukan kunjungan ke rumah sakit.

Upaya lain yakni kebijakan kluster isolasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan hendaknya dimaknai oleh tokoh-tokoh panutan yang ada di masyarakat, baik tokoh agama dan lainnya sebagai kebutuhan masyarakat, sehingga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat menghadapi pandemi Covid-19 saat ini,” paparnya.

Aris menambahkan, diperlukan toleransi yang luar biasa untuk mendukung semua itu, karena peran masyarakat sangat besar. Perlu gotong-royong tidak terputus, agar semua berjalan dengan baik.

“Ingat, biasakan mencuci tangan di air mengalir secara rutin, gunakan masker saat keluar rumah. Hindari kerumunan orang banyak, dan lakukan social distancing,” tandasnya.

Dijelaskan Aris, beberapa pengamatan menyebutkan bahwa seseorang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dan tidak menggunakan masker, maka orang di sekitarnya memiliki peluang tertular bisa sampai 75 % karena percikan ludah. Bila menggunakan masker bisa ditekan sampai dengan 5%.

Reinfeksi Bisa Terjadi

Terkait adanya pasien positif Covid-19 yang sudah sembuh dan kembali terinfeksi, menurut Aris, bisa saja terjadi. Hal itu disebut dengan reinfeksi atau reaktivasi.

“Penyakit ini memang bisa sembuh dan tidak perlu panik, tetapi diharapkan jangan sampai kita menyepelekan. Karena penyebaran virus ini sangat cepat. Belum lagi, baru-baru ini kita juga mendengar ada kasus reinfeksi atau reaktivasi, yakni pasien yang sudah dinyatakan sembuh kembali positif,” ujar Aris.

Meskipun langka, ada beberapa kemungkinan penyebab reinfeksi. Kemungkinan pertama, hasil negatif “palsu” tes swab yang berasal dari pengambilan spesimen sampel lendir yang kurang cukup ataupun hasil positif “palsu” yang berasal dari spesimen yang mengandung virus tidak aktif.

Kemungkinan kedua, virus yang masih tersisa dalam pasien sembuh aktif kembali. Hal ini bisa terjadi karena pertahanan tubuh pasien yang masih lemah, sehingga virus bisa memperbanyak diri kembali. Bila ini terjadi, biasanya gejala yang ditimbulkan jauh lebih ringan dan transmisi orang ke orang kemungkinan kecil terjadinya.

“Untuk itu, kami tekankan kembali pembatasan aktivitas sosial secara masif masih harus kita lakukan dengan ketat. Bahkan, beberapa negara yang berhasil menghentikan puncak pertambahan kasus seperti Korea dan Tiongkok, juga masih mengalami kemunculan kasus. Meskipun sudah tidak banyak,” kata Aris.

Terakhir, lanjutnya, reinfeksi juga bisa terjadi lagi karena kemungkinan pasien sembuh terpapar virus dengan tipe lain. Berdasarkan penelitian, saat ini diketahui terdapat tiga tipe virus SARS-CoV-2. Ada kemungkinan memori kekebalan tidak akan berjalan pada pasien yang sembuh dari virus pertama, karena sistem imun tidak mampu mengenal tipe virus yang baru. (ris/net)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/