SUMUTPOS.CO – Hermann Delago, musisi Austria kelahiran Kota Zams, Provinsi Tyrol, negara Austria, mengaku jatuh cinta dengan lagu Batak.
Cinta itu diakui Delago, berawal saat perjalanan pertamanya ke Bali pada tahun 1995 dan terpesona melihat berbagai budaya dan musik di Indonesia. Di Bali, dia mendengar sebuah lagu Batak yang cukup terkenal, berjudul Butet, dinyanyikan di cafe-cafe.
“Saya sangat menyukai lagu itu dan langsung mempelajari lagu tersebut di Bali,” katanya.
Maka ia pun melanjutkan perjalanan ke daerah asal lagu Butet, ke pulau di kawasan Danau Toba.
Setibanya di Pulau Samosir, Hermann Delago merasakan betapa indahnya daerah itu dan ada kemiripan dengan kampung halamannya di Austria. “Saya langsung jatuh cinta,l ungkapnya romantis. Tak ayal, ia pun mendalami keunikan budaya dan musik yang dimiliki oleh penduduk lokal.
Salah satu tempat favoritnya adalah Kedai Tuak. Kedai Tuak hampir setiap hari dia kunjungi dan mencoba mendengar dan mempelajari secara terus menerus lagu-lagu Batak, yang setiap hari dinyanyikan di kedai itu.
Setelah kembali ke Tyrol, Delago dengan serius mempelajari lagu-lagu Batak, baik dalam menyanyikannya maupun memikirkan suatu gubahan orkestra yang cocok dengan lagu-lagu tersebut. Dia membuat partitur lagu-lagu Batak, dan membagikannya ke semua musisi orkestranya. Akhirnya lagu-lagu Batak pun menjadi bagian besar dari setiap play list yang dibawakan dalam setiap konser mereka hingga saat ini.
Kecintaannya pada lagu-lagu Batak membaut Delago kerap berkunjung ke Kabupaten Samosir secara reguler, demi menambah wawasan terhadap lagu-lagu Batak. “Saya cinta lagu Batak,” ungakpnya seraya tersenyum lebar. (rel/mea)