30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Bakal jadi Hub Internasional, KNIA Bisa Saingi Changi dan KLIA

KUALANAMU, SUMUTPOS.CO – Kerja sama PT Angkasa Pura II dengan GMR Airports Consortium dalam pengelolaan Kualanamu International Airport (KNIA) diyakini dapat mendongkrak kinerja bisnis bandara tersebut. Bahkan, KNIA bisa berpeluang menyaingi Bandara Changi Singapura dan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) sebagai hub regional.

HUB INTERNASIONAL Bandara Internasional Kualanamu bakal menjadi hub internasional dan akan menyaingi Bandara Changi Singapura dan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) Malaysia.

GMR Airport Consortium merupakan perusahaan operator beberapa bandara yang dimiliki sebagian sahamnya oleh perusahaan operator jaringan bandara terkemuka asal Perancis, Aeroports de Paris (ADP). Operator bandara asal India ini, resmi masuk dalam pengembangan Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, Sumatera Utara pada 23 November 2021 lalu. PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II, akan melakukan kemitraan strategis dengan GMR untuk pengembangan bandara ini selama 25 tahun ke depan.

Skema kemitraan strategis untuk pengembangan bandara ini, memiliki nilai investasi kerja sama sekitar US$ 6 miliar atau sekitar Rp85,2 triliun. Termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp15 triliun.

AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi yang mayoritas sahamnya dimiliki Angkasa Pura II. Rinciannya, AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.

Pengamat Penerbangan Nasional Suharto Abdul Majid mengatakan, kerja sama ini akan mendorong Bandara Kualanamu sebagai salah satu pusat distribusi rantai pasok global di kawasan Asia. Sebab, selama ini hub di kawasan Asia Selatan menuju Asia Utara hanya tergantung pada Changi Airport di Singapura dan Kuala Lumpur International Airport (KLIA) di Malaysia.

“Ini menjadi hub yang strategis dan bisa menghubungkan penerbangan internasional. Melalui kerja sama dengan partner yang memiliki reputasi dan pengalaman pengelolaan bandara secara internasional serta jaringan bandara yang dikelola oleh GMR dan ADP maka bandara Kualanamu bisa dilirik maskapai lain artinya bisa menjadi hub strategis dan menyaingi Changi,” ujarnya dalam keterangan yang diterima JawaPos.com, Selasa (7/12).

Menurutnya, perusahaan patungan tersebut akan meningkatkan daya saing Bandara Kualanamu. Sebab dengan kemitraan strategis ini maka Bandara Kualanamu akan mendapatkan best practise knowledge dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan, juga fasililitas yang lebih baik, pilihan rute yang banyak dan pengelolaan yang lebih baik.

Sekadar informasi, perusahaan baru itu berencana memperluas Bandara Kualanamu dan meningkatkan lalu lintas tahunan dari 10 juta penumpang menjadi 54 juta. Angka ini setara dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. “Kalau sudah menjadi bandara yang kuat di pasar domestik saya optimistis daya saing secara global akan ikut dengan sendirinya,” ujarnya.

Suharto menambahkan, kemitraan ini juga akan menyasar penumpang yang bepergian antara Asia Selatan, Asia Utara, dan Australia. Selama ini, lalu lintas udara di kawasan tersebut masih sangat tergantung pada Bandara Changi dan Bandara Internasional Kuala Lumpur, sehingga kemitraan ini akan mendorong Bandara Kualanamu menjadi basis untuk mengurangi dominasi kedua bandara tersebut. ’’Saya optimis dengan kerja sama ini maka dalam 5 tahun Bandara Kualanamu akan bisa menyaingi Bandara Changi,” tegasnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, kemitraan strategis antara AP II dan GMR Airports Consortium akan mempercepat pengembangan dan peningkatan daya saing Bandara Internasional Kualanamu di Asean, sejalan dengan tujuan Bandara Internasional Kualanamu menjadi hub internasional. “Kemitraan strategis antara AP II dan mitra global dapat memperkuat struktur permodalan serta memperkuat penerapan best practice global dalam pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu. Adapun aset yang ada saat ini, serta hasil pengembangan aset ke depannya atas kerja sama ini akan sepenuhnya dimiliki 100% oleh AP II,” ungkap Kartika.

Kartika menuturkan, keberhasilan dalam kerja sama ini menjadi sinyal positif untuk iklim investasi indonesia, khususnya pada sektor transportasi udara. Selain itu diharapkan dengan terlaksananya kerja sama ini dapat membuka jalan bagi foreign direct investment (FDI) lainnya masuk ke Indonesia.

Wakil Direktur Utama Holding InJourney Edwin Hidayat mengatakan, model kemitraan strategis ini merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mendorong pelayanan di bidang transportasi udara yang juga akan berdampak pada daya saing pariwisata.

“Ke depannya kami juga akan mendorong agar anggota dari Holding InJourney lainnya dapat juga melakukan optimalisasi aset melalui kerja sama kemitraan strategis sehingga pengembangan usaha dapat dilakukan bersama dengan investor serta juga dapat berpenetrasi ke negara lain sebagai mitra global dari pelaku usaha di negara tersebut,” ujar Edwin Hidayat.

Chairman of GMR Group’s energy and international airport vertical, Srinivas Bommidala mengatakan, kerja sama dengan AP II menanjadi masuknya GMR Airports di pasar aviasi Indonesia yang tumbuh cepat – terbesar di ASEAN dan memiliki potensial tinggi.  ”Kami berkomitmen untuk mentransformasikan bandara menjadi internasional hub di wilayah Barat Indonesia. Kemenangan dari penawaran ini juga memperkuat GMR Group’s sebagai salah satu pengembang dan pengelola bandara terbesar di dunia,” tutur Srinivas Bommidala.

Berdasarkan keterangan AP II, Bandara Kualanamu adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia setelah Soekarno–Hatta Jakarta dan Kertajati di Majalengka Jawa Barat. Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatra Utara.

Pembangunan bandara ini menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya. Pemindahan bandara ke Kualanamu telah direncanakan sejak tahun 1992 tetapi terus terhambat karena persoalan lahan. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. (jpc/bbs)

KUALANAMU, SUMUTPOS.CO – Kerja sama PT Angkasa Pura II dengan GMR Airports Consortium dalam pengelolaan Kualanamu International Airport (KNIA) diyakini dapat mendongkrak kinerja bisnis bandara tersebut. Bahkan, KNIA bisa berpeluang menyaingi Bandara Changi Singapura dan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) sebagai hub regional.

HUB INTERNASIONAL Bandara Internasional Kualanamu bakal menjadi hub internasional dan akan menyaingi Bandara Changi Singapura dan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) Malaysia.

GMR Airport Consortium merupakan perusahaan operator beberapa bandara yang dimiliki sebagian sahamnya oleh perusahaan operator jaringan bandara terkemuka asal Perancis, Aeroports de Paris (ADP). Operator bandara asal India ini, resmi masuk dalam pengembangan Bandara Internasional Kualanamu, Deliserdang, Sumatera Utara pada 23 November 2021 lalu. PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II, akan melakukan kemitraan strategis dengan GMR untuk pengembangan bandara ini selama 25 tahun ke depan.

Skema kemitraan strategis untuk pengembangan bandara ini, memiliki nilai investasi kerja sama sekitar US$ 6 miliar atau sekitar Rp85,2 triliun. Termasuk investasi dari mitra strategis sedikitnya Rp15 triliun.

AP II dan GMR Airports Consortium akan menjadi pemegang saham di joint venture company (JVCo) yakni PT Angkasa Pura Aviasi yang mayoritas sahamnya dimiliki Angkasa Pura II. Rinciannya, AP II menguasai mayoritas 51 persen saham di PT Angkasa Pura Aviasi, sementara GMR Airports Consortium sebesar 49 persen.

Pengamat Penerbangan Nasional Suharto Abdul Majid mengatakan, kerja sama ini akan mendorong Bandara Kualanamu sebagai salah satu pusat distribusi rantai pasok global di kawasan Asia. Sebab, selama ini hub di kawasan Asia Selatan menuju Asia Utara hanya tergantung pada Changi Airport di Singapura dan Kuala Lumpur International Airport (KLIA) di Malaysia.

“Ini menjadi hub yang strategis dan bisa menghubungkan penerbangan internasional. Melalui kerja sama dengan partner yang memiliki reputasi dan pengalaman pengelolaan bandara secara internasional serta jaringan bandara yang dikelola oleh GMR dan ADP maka bandara Kualanamu bisa dilirik maskapai lain artinya bisa menjadi hub strategis dan menyaingi Changi,” ujarnya dalam keterangan yang diterima JawaPos.com, Selasa (7/12).

Menurutnya, perusahaan patungan tersebut akan meningkatkan daya saing Bandara Kualanamu. Sebab dengan kemitraan strategis ini maka Bandara Kualanamu akan mendapatkan best practise knowledge dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan, juga fasililitas yang lebih baik, pilihan rute yang banyak dan pengelolaan yang lebih baik.

Sekadar informasi, perusahaan baru itu berencana memperluas Bandara Kualanamu dan meningkatkan lalu lintas tahunan dari 10 juta penumpang menjadi 54 juta. Angka ini setara dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. “Kalau sudah menjadi bandara yang kuat di pasar domestik saya optimistis daya saing secara global akan ikut dengan sendirinya,” ujarnya.

Suharto menambahkan, kemitraan ini juga akan menyasar penumpang yang bepergian antara Asia Selatan, Asia Utara, dan Australia. Selama ini, lalu lintas udara di kawasan tersebut masih sangat tergantung pada Bandara Changi dan Bandara Internasional Kuala Lumpur, sehingga kemitraan ini akan mendorong Bandara Kualanamu menjadi basis untuk mengurangi dominasi kedua bandara tersebut. ’’Saya optimis dengan kerja sama ini maka dalam 5 tahun Bandara Kualanamu akan bisa menyaingi Bandara Changi,” tegasnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan, kemitraan strategis antara AP II dan GMR Airports Consortium akan mempercepat pengembangan dan peningkatan daya saing Bandara Internasional Kualanamu di Asean, sejalan dengan tujuan Bandara Internasional Kualanamu menjadi hub internasional. “Kemitraan strategis antara AP II dan mitra global dapat memperkuat struktur permodalan serta memperkuat penerapan best practice global dalam pengelolaan dan pengembangan Bandara Internasional Kualanamu. Adapun aset yang ada saat ini, serta hasil pengembangan aset ke depannya atas kerja sama ini akan sepenuhnya dimiliki 100% oleh AP II,” ungkap Kartika.

Kartika menuturkan, keberhasilan dalam kerja sama ini menjadi sinyal positif untuk iklim investasi indonesia, khususnya pada sektor transportasi udara. Selain itu diharapkan dengan terlaksananya kerja sama ini dapat membuka jalan bagi foreign direct investment (FDI) lainnya masuk ke Indonesia.

Wakil Direktur Utama Holding InJourney Edwin Hidayat mengatakan, model kemitraan strategis ini merupakan salah satu strategi yang tepat untuk mendorong pelayanan di bidang transportasi udara yang juga akan berdampak pada daya saing pariwisata.

“Ke depannya kami juga akan mendorong agar anggota dari Holding InJourney lainnya dapat juga melakukan optimalisasi aset melalui kerja sama kemitraan strategis sehingga pengembangan usaha dapat dilakukan bersama dengan investor serta juga dapat berpenetrasi ke negara lain sebagai mitra global dari pelaku usaha di negara tersebut,” ujar Edwin Hidayat.

Chairman of GMR Group’s energy and international airport vertical, Srinivas Bommidala mengatakan, kerja sama dengan AP II menanjadi masuknya GMR Airports di pasar aviasi Indonesia yang tumbuh cepat – terbesar di ASEAN dan memiliki potensial tinggi.  ”Kami berkomitmen untuk mentransformasikan bandara menjadi internasional hub di wilayah Barat Indonesia. Kemenangan dari penawaran ini juga memperkuat GMR Group’s sebagai salah satu pengembang dan pengelola bandara terbesar di dunia,” tutur Srinivas Bommidala.

Berdasarkan keterangan AP II, Bandara Kualanamu adalah bandara terbesar ketiga di Indonesia setelah Soekarno–Hatta Jakarta dan Kertajati di Majalengka Jawa Barat. Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatra Utara.

Pembangunan bandara ini menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatra dan sekitarnya. Pemindahan bandara ke Kualanamu telah direncanakan sejak tahun 1992 tetapi terus terhambat karena persoalan lahan. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. (jpc/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/