26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Gantikan Posisi Suami Awasi Dua Lahan Parkir

Rosmawati br Sianturi, Janda Tekuni Profesi Jukir 

Perempuan sekarang tidak pandang bulu melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, asalkan itu halal. Seperti yang dilakukan Rosmawati br Sianturi (53) yang berprofesi sebagai juru parkir (jukir) di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu.

“Mundur, mundur, ambil kiri sedikit pak,” teriak petugas juru parkir yang ada di sekitaran Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di inti Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu, Selasa (8/1).

Atur MOBIL: Rosmawati boru Sianturi (53) saat mengatur sebuah mobil ketika hendak beranjak dari Jalan Jenderal Sudirman, Rantauprapat.//joko/ sumut pos
Atur MOBIL: Rosmawati boru Sianturi (53) saat mengatur sebuah mobil ketika hendak beranjak dari Jalan Jenderal Sudirman, Rantauprapat.//joko/ sumut pos

Petugas jukir yang mengenakan celana putih, baju orange plus topi itu terlihat lusuh itu sedang mengatur mobil mewah yang hendak beranjak dari lokasi parkir.

Sekilas kita menyangka bahwa petugas parkir itu seorang perempuan. Semangatnya untuk bekerja tidak memudar kendati di bawah sengatan matahari dan terpaan debu. Tangannya kemudian meraih selembar uang dari si sopir mobil mewah yang akan beranjak meninggalkannya. Wajahnya tampak kelelahan lalu duduk di kursi yang ada di sekitar lokasi parkir. Jukir itu kemudian mengeluarkan seluruh uang yang didapatnya lalu menghitungnya dan memasukannya kembali ke saku celananya.

“Sudah 15 tahun saya jadi juru parkir di sini,” kata Rosmawati kepada Sumut Pos saat ditanya tentang berapa lama dia menggeluti profesinya itu.
Wanita yang lahir di Desa Muara Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) ini mengaku memiliki 6 anak buah pernikahaannya dengan almarhum M Siregar. Semua anaknya kini sudah berumah tangga.

Sejak ditinggal suaminya sekitar 15 tahun lalu, ia menggantikan posisi suaminya sebagai jukir dan menanggungjawabi dua lokasi parkir lainnya di Kota Rantauprapat. “Saat suami saya meninggal, anak saya baru satu yang menikah, jadi saya terpaksa memenuhi kebutuhan hidup keluarga,” kata Rosmawati yang pernah bekerja di Toko Serba Warna yang berada di depan lokasi  parkir.

Baginya, berperofesi jukir tidak menjadi kendala apapun, selama dikerjakan dengan ikhlas dan jujur. Rosmawati yang kini memiliki 16 cucu itu juga mengakui telah merasakan suka dukanya bekerja sebagai petugas parker. “Kalau suka dukanya ya banyak, terkadang ada juga sopir yang marah, tetapi tidak jarang mereka memanggil saat saya tertidur. Tapi ya itulah kerja, itu semua tidak saya jadikan satu kendala. Yang penting bagi saya, kerja yang baik dan tidak merugikan orang lain, apapun itu namanya. Lagian kerja inikan resmi yang disetujui pemerintah,” urainya.

Setelah duduk kembali, Rosmawati kembali bercerita, saat ini anak lelaki pertamanya bertempat tinggal di kampung halaman, sedangkan dua orang kini berada di Bandung, seorang di Batam dan dua lagi di rumahnya.

Ditambah lagi dengan kehadirian tiga cucunya di rumahnya yang berada di sekitaran kantor Bupati Pemkab Labuhanbatu, kebutuhan akan penghasilan semakin meningkat.

Terkadang katanya, pekerjaan itu terkesan sangat bermanfaat bagi orang lain, seperti halnya pernah saya menyeberangkan orang cacat, atau anak-anak sekolah, atau ibu-ibu yang ingin menyeberang. “Itulah nikmat yang saya rasakan saat ini,” kata Rosmawati sambil menyeka keringat yang mengucur di wajahnya.

Kata Rosmawati penghasilan yang didapat setiap hari jelas tidak mampu membiaya kehidupan sehari-hari mereka, kalaua tidak ditopang dengan penghasilan lain. “Kami memiliki penghasilan lain selain parkir ini, yakni berternak,” akunya.

Sebab katanya, jika hanya mengandalkan hasil parkir apalagi setelah pemerintah setempat mengambil kebijakan memindahkan Pasar Baru dari Jalan Imam Bonjol ke Pasar Gelugur Jalan Gelugur, penghasilan yang diperolehnya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan makan maupun biaya kredit barang yang ada saat ini. “Kalau dulu saat mau tahun baru atau lebaran, lumayanlah hasilnya, tapi sekarang sudah berkurang dan sering sunyi,” akunya.

Diakhir pembicaraan, Rosmawati berpesan agar jangan pernah menyesali hidup yang telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa. Sebab katanya, semua itu pasti ada hikmahnya dikemudian hari dan kemungkinan itulah memang yang terbaik untuk saat ini. “Yang penting aku terus diberikan kesehatan oleh Tuhan, untuk apa sehat kalau banyak penyakit, tidak ada enaknya itu. Terus, janganlah pernah menyesali kehidupan yang ada pada kita, karena semua itu ada hikmahnya, jalanilah dengan ikhlas,” sarannya kepada Sumut Pos.(*)

Rosmawati br Sianturi, Janda Tekuni Profesi Jukir 

Perempuan sekarang tidak pandang bulu melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, asalkan itu halal. Seperti yang dilakukan Rosmawati br Sianturi (53) yang berprofesi sebagai juru parkir (jukir) di Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu.

“Mundur, mundur, ambil kiri sedikit pak,” teriak petugas juru parkir yang ada di sekitaran Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di inti Kota Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu, Selasa (8/1).

Atur MOBIL: Rosmawati boru Sianturi (53) saat mengatur sebuah mobil ketika hendak beranjak dari Jalan Jenderal Sudirman, Rantauprapat.//joko/ sumut pos
Atur MOBIL: Rosmawati boru Sianturi (53) saat mengatur sebuah mobil ketika hendak beranjak dari Jalan Jenderal Sudirman, Rantauprapat.//joko/ sumut pos

Petugas jukir yang mengenakan celana putih, baju orange plus topi itu terlihat lusuh itu sedang mengatur mobil mewah yang hendak beranjak dari lokasi parkir.

Sekilas kita menyangka bahwa petugas parkir itu seorang perempuan. Semangatnya untuk bekerja tidak memudar kendati di bawah sengatan matahari dan terpaan debu. Tangannya kemudian meraih selembar uang dari si sopir mobil mewah yang akan beranjak meninggalkannya. Wajahnya tampak kelelahan lalu duduk di kursi yang ada di sekitar lokasi parkir. Jukir itu kemudian mengeluarkan seluruh uang yang didapatnya lalu menghitungnya dan memasukannya kembali ke saku celananya.

“Sudah 15 tahun saya jadi juru parkir di sini,” kata Rosmawati kepada Sumut Pos saat ditanya tentang berapa lama dia menggeluti profesinya itu.
Wanita yang lahir di Desa Muara Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) ini mengaku memiliki 6 anak buah pernikahaannya dengan almarhum M Siregar. Semua anaknya kini sudah berumah tangga.

Sejak ditinggal suaminya sekitar 15 tahun lalu, ia menggantikan posisi suaminya sebagai jukir dan menanggungjawabi dua lokasi parkir lainnya di Kota Rantauprapat. “Saat suami saya meninggal, anak saya baru satu yang menikah, jadi saya terpaksa memenuhi kebutuhan hidup keluarga,” kata Rosmawati yang pernah bekerja di Toko Serba Warna yang berada di depan lokasi  parkir.

Baginya, berperofesi jukir tidak menjadi kendala apapun, selama dikerjakan dengan ikhlas dan jujur. Rosmawati yang kini memiliki 16 cucu itu juga mengakui telah merasakan suka dukanya bekerja sebagai petugas parker. “Kalau suka dukanya ya banyak, terkadang ada juga sopir yang marah, tetapi tidak jarang mereka memanggil saat saya tertidur. Tapi ya itulah kerja, itu semua tidak saya jadikan satu kendala. Yang penting bagi saya, kerja yang baik dan tidak merugikan orang lain, apapun itu namanya. Lagian kerja inikan resmi yang disetujui pemerintah,” urainya.

Setelah duduk kembali, Rosmawati kembali bercerita, saat ini anak lelaki pertamanya bertempat tinggal di kampung halaman, sedangkan dua orang kini berada di Bandung, seorang di Batam dan dua lagi di rumahnya.

Ditambah lagi dengan kehadirian tiga cucunya di rumahnya yang berada di sekitaran kantor Bupati Pemkab Labuhanbatu, kebutuhan akan penghasilan semakin meningkat.

Terkadang katanya, pekerjaan itu terkesan sangat bermanfaat bagi orang lain, seperti halnya pernah saya menyeberangkan orang cacat, atau anak-anak sekolah, atau ibu-ibu yang ingin menyeberang. “Itulah nikmat yang saya rasakan saat ini,” kata Rosmawati sambil menyeka keringat yang mengucur di wajahnya.

Kata Rosmawati penghasilan yang didapat setiap hari jelas tidak mampu membiaya kehidupan sehari-hari mereka, kalaua tidak ditopang dengan penghasilan lain. “Kami memiliki penghasilan lain selain parkir ini, yakni berternak,” akunya.

Sebab katanya, jika hanya mengandalkan hasil parkir apalagi setelah pemerintah setempat mengambil kebijakan memindahkan Pasar Baru dari Jalan Imam Bonjol ke Pasar Gelugur Jalan Gelugur, penghasilan yang diperolehnya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan makan maupun biaya kredit barang yang ada saat ini. “Kalau dulu saat mau tahun baru atau lebaran, lumayanlah hasilnya, tapi sekarang sudah berkurang dan sering sunyi,” akunya.

Diakhir pembicaraan, Rosmawati berpesan agar jangan pernah menyesali hidup yang telah digariskan oleh Sang Maha Kuasa. Sebab katanya, semua itu pasti ada hikmahnya dikemudian hari dan kemungkinan itulah memang yang terbaik untuk saat ini. “Yang penting aku terus diberikan kesehatan oleh Tuhan, untuk apa sehat kalau banyak penyakit, tidak ada enaknya itu. Terus, janganlah pernah menyesali kehidupan yang ada pada kita, karena semua itu ada hikmahnya, jalanilah dengan ikhlas,” sarannya kepada Sumut Pos.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/