31 C
Medan
Saturday, July 6, 2024

Sambung Hidup dengan Ngemis di Pekanbaru

Dinyatakan Hanyut 20 Tahun Lalu, Lamtiar Kembali ke Keluarganya di Tapteng

Lamtiar boru Simorangkir yang dinyatakan hilang 20 tahun silam saat duduk di kelas 6 SD, bertemu kembali dengan keluarganya di Pandan, Tapanuli Tengah. Bagaimana kisahnya?

MARIHOT SIMAMORA, Tapteng

Suasana haru menyelimuti pertemuan Lamtiar dengan keluarga besar Gortap Simorangkir dan Herlina Br Hutauruk di Jalan Oswald Siahaan No 78 Kelurahan Pandan, Tapteng, Selasa (8/3). Keluarga Gortap menyambut Lamtiar bersama suaminya, Tua Iskandar Sibarani (28), anak mereka Rapel Hardana Sibarani (9 bulan) serta mertua Lamtiar, Rusli Sibarani yang baru datang dari Pulau Rupat, Bengkalis, Riau.

Tidak hanya keluarga,  para tetangga silih berganti datang ke rumah Gortap untuk bisa melihat Lamtiar dan keluarganya. Tidak sedikit kerabat yang menitikan air mata mendengar kisah dan perjalanan hidup Lamtiar. Apalagi mengingat kejadian hilangnya Lamtiar Br Simorangkir dan adiknya Binsar Poltak Parmonangan Simorangkir dulu yang cukup menghebohkan.

Menurut Gortap, Lamtiar hilang bersama adiknya Binsar Poltak Parmonangan Simorangkir (10) saat bermain di penambangan pasir di Sungai Aek Tolang, Pandan, Tapteng pertengahan Nopember 1991 silam.

“Kami yakin dia putri kami yang hilang dulu. Tandanya ada tahi lalat di pipi kirinya dan ada bekas luka di dekat tumit kaki kirinya,” ungkap Gortap Simorangkir yang didampingi Herlina Br Hutauruk, kemarin (9/3).

Gortap Simorangkir mengurai, selama ini dia dan keluarga meyakini bahwa kedua anak mereka yang hilang 20 tahun silam masih hidup, dan suatu saat pasti akan dipertemukan kembali. Sebab, menurut Gortap, tidak pernah ada pertanda buruk lewat mimpi yang mengisyaratkan kedua anak mereka telah meninggal dunia.

“Baik saya, istri saya dan keluarga lainnya tidak pernah ada pertanda mimpi bahwa anak kami ini telah mati. Bahkan dari 95 orang pintar yang pernah kami mintai bantuan, menyebutkan anak kami yang hilang masih hidup, khususnya yang perempuan. Hanya saja keberadaannya tidak bisa dipastikan,” tandas Gortap yang mengaku akan secepatnya menggelar syukuran atas kembalinya putrinya tersebut.

Gortap menceritakan, kedua anaknya tersebut hilang pada siang hari. Ceritanya, sepulang sekolah, keduanya pergi ke kebun di dekat sungai Aek Tolang untuk mengambil sayur daun ubi. Ketika dilakukan pencarian, baju kedua anaknya ditemukan di pinggir sungai bersama daun ubi yang telah mereka petik. Namun kedua anaknya tersebut tidak diketahui keberadaannya.

Dikisahkan Pesta Togi Marito (31), adik perempuan Lamtiar, mereka mengetahui informasi keberadaan Lamtiar, sekitar dua pekan lalu. Ketika itu kerabat mereka yang tinggal di Pulau Rupat menginformasikan, bahwa suaminya pernah bercerita tentang seorang teman kerjanya yang ingin mencari tahu keberadaan keluarga istrinya.
“Kabar itu kami telusuri, kami minta fotonya dikirimkan. Setelah dilihat dan ada komunikasi langsung sama orangnya melalui telepon, soal kisah, usia, dan kondisi fisiknya, ada kemiripan. Lalu mereka kami minta datang ke sinii. Dan dilihat langsung,” tukas Pesta.

Sebagai bentuk syukur, pihak keluarga Gortap Simorangkir akan mangupa-upa (gelar syukuran, Red) Sherli Marlina
Menanggapi saran dari para kerabat semarga dan tetangga untuk melakukan tes DNA kepada Lamtiar, Gortap merasa hal itu tidak perlu dilakukan. Sebab menurutnya, dari kecocokan tanda-tanda fisik dan bantuan paranormal sudah cukup meyakinkan mereka bahwa Sherli adalah Lamtiar.

“Yang penting sekarang bagaimana agar putri kami ini bisa merasa lebih baik. Sebab saat bertemu kemarin, dia masih agak linglung dan kurang ingat semua kejadian dulu. Itu bisa jadi karena ingatannya sengaja dihapuskan oleh orang yang menculiknya dulu,” kilah Gortap, kemarin.

Satu hal lagi yang membuat keluarga yakin, bahwa saat salah serang guru SD Lamtiar dulu datang melihat Lamtiar ke rumah Gortap, kemarin, Lamtiar sempat mengenalinya sebagai gurunya.
“Iya semalam ada datang bapak guru SD-nya dulu. Waktu bapak itu tanya kau kanal aku, Lamtiar menjawab kenal, guruku. Tapi dia tidak ingat namanya, hanya katanya mukanya tidak asing,” tandas Pesta.

Sementara Lamtiar mengaku tidak ingat masa kecilnya, apalagi dengan kisa di sungai dekat kebun. “Aku tak ingat kejadian itu. Hanya saja setahun lalu pernah aku mimpi ada rumah di dekat sungai yang ada jembatannya,” paparnya.

Lamtiar hanya mengingat bahwa sejak kecil ia dibesarkan seorang laki-laki bermarga Nasution yang dipanggilnya ayah di Pekan Baru, Riau. Dan oleh ayahnya ia diberi nama Sherli Marlina Br Nasution. Mereka berdua tinggal di Pekan Baru. Ayahnya, kata Lamtiar tidak pernah bercerita banyak soal ibunya, namun katanya Br Lubis.
“Ayah bilang namaku Sherli Marlina. Ayah tak pernah cerita soal ibu. Jadi kami hanya berdua saja. Tapi sebelum meninggal, ayah pernah bilang kalau kami sebenarnya orang Sibolga, di Pasar Baru,” ujar Lamtiar yang mengaku ia baru seminggu masuk SD ketika ayahnya itu meninggal dunia, karena kondisi tersebut, Lamtiar tidak melanjutkan sekolahnya.

Sewaktu kecil, tambah Lamtiar, ia bekerja sebagai pengemis di Pekanbaru, juga sebagai pengamen di dalam bus-bus penumpang antar kota dari Pekanbaru sampai ke Dumai, Selat Panjang dan Jakarta . Hingga saat beranjak remaja, Lamtiar bekerja sebagai pelayan di kedai nasi bernama Sekepau milik Ibu Ani di Pasar Kodim Pekan Baru.
Senada, suami Lamtiar, Tua Iskandar Sibarani mengaku mengenal Lamtiar dengan nama Sherli Marlina Br Nasution, dan bekerja di kedai nasi bernama Sekepau, Pekan Baru. Saat itu, ayah Lamtiar telah meninggal dunia. Seiring dengan berjalannya waktu, hubungan mereka berkembang hingga ke jenjang pernikahan tahun 2009 lalu. Sejak menikah, ia dan istrinya tinggal di Pulau Rupat, Bengkalis, Riau.

Satu hal yang selalu ingin diketahui Tua Iskandar Sibarani, yakni siapa keluarga dekat istrinya di Sibolga. Sebab, saat menikah, istrinya hanya diwalikan oleh petugas KUA, karena tidak memiliki keluarga.
“Yang jadi wali istri saya waktu nikah adalah petugas KUA-nya, karena tidak ada keluarga dekat. Itu yang membuat saya ingin tahu,” tandasnya sembari mengatakan bahwa pertemuan ini merupakan jawaban dari pencariannya selama ini.

Sementara itu, salahsatu tetangga Gortap, Br Lumbantobing menyebutkan dulu memang ada seorang laki-laki yang dikenal bermarga Nasution yang tinggal di gubuk kecil di tepi sungai dekat lokasi hilangnya Lamtiar dan adiknya. Mungkin saja, kata Br Tobing tersebut Lamtiar dan adiknya dibawa kabur dan dibesarkan pria bermarga Nasution tersebut.

“Waktu itu tidak ada kepikiran ke situ, tapi memang ada laki-laki yang katanya marga Nasution tinggal di gubuk dekat sungai. Setelah kejadian itu, laki-laki itu enggak pernah kelihatan lagi,” ujar Br Tobing.
(mora/smg)

Dinyatakan Hanyut 20 Tahun Lalu, Lamtiar Kembali ke Keluarganya di Tapteng

Lamtiar boru Simorangkir yang dinyatakan hilang 20 tahun silam saat duduk di kelas 6 SD, bertemu kembali dengan keluarganya di Pandan, Tapanuli Tengah. Bagaimana kisahnya?

MARIHOT SIMAMORA, Tapteng

Suasana haru menyelimuti pertemuan Lamtiar dengan keluarga besar Gortap Simorangkir dan Herlina Br Hutauruk di Jalan Oswald Siahaan No 78 Kelurahan Pandan, Tapteng, Selasa (8/3). Keluarga Gortap menyambut Lamtiar bersama suaminya, Tua Iskandar Sibarani (28), anak mereka Rapel Hardana Sibarani (9 bulan) serta mertua Lamtiar, Rusli Sibarani yang baru datang dari Pulau Rupat, Bengkalis, Riau.

Tidak hanya keluarga,  para tetangga silih berganti datang ke rumah Gortap untuk bisa melihat Lamtiar dan keluarganya. Tidak sedikit kerabat yang menitikan air mata mendengar kisah dan perjalanan hidup Lamtiar. Apalagi mengingat kejadian hilangnya Lamtiar Br Simorangkir dan adiknya Binsar Poltak Parmonangan Simorangkir dulu yang cukup menghebohkan.

Menurut Gortap, Lamtiar hilang bersama adiknya Binsar Poltak Parmonangan Simorangkir (10) saat bermain di penambangan pasir di Sungai Aek Tolang, Pandan, Tapteng pertengahan Nopember 1991 silam.

“Kami yakin dia putri kami yang hilang dulu. Tandanya ada tahi lalat di pipi kirinya dan ada bekas luka di dekat tumit kaki kirinya,” ungkap Gortap Simorangkir yang didampingi Herlina Br Hutauruk, kemarin (9/3).

Gortap Simorangkir mengurai, selama ini dia dan keluarga meyakini bahwa kedua anak mereka yang hilang 20 tahun silam masih hidup, dan suatu saat pasti akan dipertemukan kembali. Sebab, menurut Gortap, tidak pernah ada pertanda buruk lewat mimpi yang mengisyaratkan kedua anak mereka telah meninggal dunia.

“Baik saya, istri saya dan keluarga lainnya tidak pernah ada pertanda mimpi bahwa anak kami ini telah mati. Bahkan dari 95 orang pintar yang pernah kami mintai bantuan, menyebutkan anak kami yang hilang masih hidup, khususnya yang perempuan. Hanya saja keberadaannya tidak bisa dipastikan,” tandas Gortap yang mengaku akan secepatnya menggelar syukuran atas kembalinya putrinya tersebut.

Gortap menceritakan, kedua anaknya tersebut hilang pada siang hari. Ceritanya, sepulang sekolah, keduanya pergi ke kebun di dekat sungai Aek Tolang untuk mengambil sayur daun ubi. Ketika dilakukan pencarian, baju kedua anaknya ditemukan di pinggir sungai bersama daun ubi yang telah mereka petik. Namun kedua anaknya tersebut tidak diketahui keberadaannya.

Dikisahkan Pesta Togi Marito (31), adik perempuan Lamtiar, mereka mengetahui informasi keberadaan Lamtiar, sekitar dua pekan lalu. Ketika itu kerabat mereka yang tinggal di Pulau Rupat menginformasikan, bahwa suaminya pernah bercerita tentang seorang teman kerjanya yang ingin mencari tahu keberadaan keluarga istrinya.
“Kabar itu kami telusuri, kami minta fotonya dikirimkan. Setelah dilihat dan ada komunikasi langsung sama orangnya melalui telepon, soal kisah, usia, dan kondisi fisiknya, ada kemiripan. Lalu mereka kami minta datang ke sinii. Dan dilihat langsung,” tukas Pesta.

Sebagai bentuk syukur, pihak keluarga Gortap Simorangkir akan mangupa-upa (gelar syukuran, Red) Sherli Marlina
Menanggapi saran dari para kerabat semarga dan tetangga untuk melakukan tes DNA kepada Lamtiar, Gortap merasa hal itu tidak perlu dilakukan. Sebab menurutnya, dari kecocokan tanda-tanda fisik dan bantuan paranormal sudah cukup meyakinkan mereka bahwa Sherli adalah Lamtiar.

“Yang penting sekarang bagaimana agar putri kami ini bisa merasa lebih baik. Sebab saat bertemu kemarin, dia masih agak linglung dan kurang ingat semua kejadian dulu. Itu bisa jadi karena ingatannya sengaja dihapuskan oleh orang yang menculiknya dulu,” kilah Gortap, kemarin.

Satu hal lagi yang membuat keluarga yakin, bahwa saat salah serang guru SD Lamtiar dulu datang melihat Lamtiar ke rumah Gortap, kemarin, Lamtiar sempat mengenalinya sebagai gurunya.
“Iya semalam ada datang bapak guru SD-nya dulu. Waktu bapak itu tanya kau kanal aku, Lamtiar menjawab kenal, guruku. Tapi dia tidak ingat namanya, hanya katanya mukanya tidak asing,” tandas Pesta.

Sementara Lamtiar mengaku tidak ingat masa kecilnya, apalagi dengan kisa di sungai dekat kebun. “Aku tak ingat kejadian itu. Hanya saja setahun lalu pernah aku mimpi ada rumah di dekat sungai yang ada jembatannya,” paparnya.

Lamtiar hanya mengingat bahwa sejak kecil ia dibesarkan seorang laki-laki bermarga Nasution yang dipanggilnya ayah di Pekan Baru, Riau. Dan oleh ayahnya ia diberi nama Sherli Marlina Br Nasution. Mereka berdua tinggal di Pekan Baru. Ayahnya, kata Lamtiar tidak pernah bercerita banyak soal ibunya, namun katanya Br Lubis.
“Ayah bilang namaku Sherli Marlina. Ayah tak pernah cerita soal ibu. Jadi kami hanya berdua saja. Tapi sebelum meninggal, ayah pernah bilang kalau kami sebenarnya orang Sibolga, di Pasar Baru,” ujar Lamtiar yang mengaku ia baru seminggu masuk SD ketika ayahnya itu meninggal dunia, karena kondisi tersebut, Lamtiar tidak melanjutkan sekolahnya.

Sewaktu kecil, tambah Lamtiar, ia bekerja sebagai pengemis di Pekanbaru, juga sebagai pengamen di dalam bus-bus penumpang antar kota dari Pekanbaru sampai ke Dumai, Selat Panjang dan Jakarta . Hingga saat beranjak remaja, Lamtiar bekerja sebagai pelayan di kedai nasi bernama Sekepau milik Ibu Ani di Pasar Kodim Pekan Baru.
Senada, suami Lamtiar, Tua Iskandar Sibarani mengaku mengenal Lamtiar dengan nama Sherli Marlina Br Nasution, dan bekerja di kedai nasi bernama Sekepau, Pekan Baru. Saat itu, ayah Lamtiar telah meninggal dunia. Seiring dengan berjalannya waktu, hubungan mereka berkembang hingga ke jenjang pernikahan tahun 2009 lalu. Sejak menikah, ia dan istrinya tinggal di Pulau Rupat, Bengkalis, Riau.

Satu hal yang selalu ingin diketahui Tua Iskandar Sibarani, yakni siapa keluarga dekat istrinya di Sibolga. Sebab, saat menikah, istrinya hanya diwalikan oleh petugas KUA, karena tidak memiliki keluarga.
“Yang jadi wali istri saya waktu nikah adalah petugas KUA-nya, karena tidak ada keluarga dekat. Itu yang membuat saya ingin tahu,” tandasnya sembari mengatakan bahwa pertemuan ini merupakan jawaban dari pencariannya selama ini.

Sementara itu, salahsatu tetangga Gortap, Br Lumbantobing menyebutkan dulu memang ada seorang laki-laki yang dikenal bermarga Nasution yang tinggal di gubuk kecil di tepi sungai dekat lokasi hilangnya Lamtiar dan adiknya. Mungkin saja, kata Br Tobing tersebut Lamtiar dan adiknya dibawa kabur dan dibesarkan pria bermarga Nasution tersebut.

“Waktu itu tidak ada kepikiran ke situ, tapi memang ada laki-laki yang katanya marga Nasution tinggal di gubuk dekat sungai. Setelah kejadian itu, laki-laki itu enggak pernah kelihatan lagi,” ujar Br Tobing.
(mora/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/