25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Belajar Otodidak, Promosi dari Mulut ke Mulut

Amir, Tukang Reparasi Kamera

Tak banyak orang yang bisa memperbaiki kamera digital maupun video zaman dahulu. Tapi, di tangan pria berusia 39 tahun bernama Amir kamera analoq (zaman dahulu) dan digital bisa diperbaiki.

Reparasi KAMERA: Amir  saat mereparasi kamera.
Reparasi KAMERA: Amir saat mereparasi kamera.

M Sahbainy N., Medan

Namanya sudah dikenal oleh fotografer profesional maupun amatir dari berbagai daerah.

Saat bertandang ke rumahnya di Jalan Sei Belutu, Gang Surya 14 D Medan tak ada yang menyangka kalau Amir mahir memperbaiki kamera dan video. Pasalnya, tak ada tertulis pamplet di rumahnya yang menyatakan kalau dia menerima reperasi kamera. Tapi begitu masuk ke ruanga dengan panjang 6 meter di rumahnya baru terlihat peralatan untuk memperbaiki kamera. Tampak juga video dan kamera berbagai jenis berserakan yang siap untuk di perbaiki.

Amir menceritakan, sebelum menjadi tukang reperasi kamera dia seorang pekerja di salah satu service kamera di Toko Plaza Medan. Menurutnya, dia bekerja dari tahun 1995 sampai dengan 2002 tanpa ada pelatihan alias otodidak.

“Saya banyak melihat, banyak bertanya dan melakukan service,”ucapnya.

Setelah tujuh tahun bekerja akhirnya dengan modal pas-pasan Amir  memberanikan diri untuk membuka reperasi sendiri di rumahnya.
Awalnya Amir tidak fokus menjadi tukang reperasi karena dia sempat menjadi tukang foto pesta (wedding) dan lainnya.
“Dulu kerja saya ada dua sambil foto wedding juga mereperasi kamera di rumah,”katanya.

Perlahan tapi pasti usaha reperasinya semakin maju. Hal itu tak terlepas dari informasi dari mulut ke mulut teman-teman fotografer, wartawan, teman permainan dan lainnya.

Menurutnya, jenis kamera yang diperbaikinya berbagai merek mulai merek Nikon, Canon, Yasita, Fuji, Leica, Sony dan lainnya. Amir mengatakan dia juga pernah memperbaiki kamera zaman Jepang.

Amir mengaku, dia juga sempat mempunyai koleksi-koleksi kamera zadul, tapi sudah banyak yang dijualnya. Kamera anoloq maupun kamera digital, kata Amir, komponennya tidak jauh berbeda. Yang membedakannya body atau lensanya saja.

“Kalau kamera analoq didominasi pegerakan kamera yang harus digerakan oleh alat di dalamnya, sedangkan kamera digital sudah mengunakan teknologi yang sudah digital di dalamnya,”kata Amir.

Untuk memperbaiki kamera analoq dan digital tingkat kesulitannya berbeda-beda, tergantung pada produknya. Terkadang ada yang sudah tidak ada lagi komponennya dijualbelikan.

“Ada juga yang susah memperbaikinya dan sampai tidak dapat diperbaiki karena komponennya sudah tidak ada lagi dipasarkan misalkan kamera yang sudah lama atau kamera analoq,”kata Amir.

Untuk saat ini, kata Amir, pasiennya sudah tak ada lagi yang membawa kamera analoq terakhir tahun 2005 lalu.
“Karena saat ini orang suka memakai kamera digital. Paling kalau kamera analoq itu sebagai penikmat aja,”katanya.
“Soa harga tergantung kerusakannya mulai dari puluhan ribu bahkan sampai jutaan rupiah,”ucapnya.

Pasiennya datang dari Medan, Binjai, Tebingtinggi, Rantauprapat, Aceh.

“Kalau untuk omzet tidak bisa dibilang tapi bisa menyekolahkan anak dan biaya hidup keluarga,” ucapnya. (*)

Amir, Tukang Reparasi Kamera

Tak banyak orang yang bisa memperbaiki kamera digital maupun video zaman dahulu. Tapi, di tangan pria berusia 39 tahun bernama Amir kamera analoq (zaman dahulu) dan digital bisa diperbaiki.

Reparasi KAMERA: Amir  saat mereparasi kamera.
Reparasi KAMERA: Amir saat mereparasi kamera.

M Sahbainy N., Medan

Namanya sudah dikenal oleh fotografer profesional maupun amatir dari berbagai daerah.

Saat bertandang ke rumahnya di Jalan Sei Belutu, Gang Surya 14 D Medan tak ada yang menyangka kalau Amir mahir memperbaiki kamera dan video. Pasalnya, tak ada tertulis pamplet di rumahnya yang menyatakan kalau dia menerima reperasi kamera. Tapi begitu masuk ke ruanga dengan panjang 6 meter di rumahnya baru terlihat peralatan untuk memperbaiki kamera. Tampak juga video dan kamera berbagai jenis berserakan yang siap untuk di perbaiki.

Amir menceritakan, sebelum menjadi tukang reperasi kamera dia seorang pekerja di salah satu service kamera di Toko Plaza Medan. Menurutnya, dia bekerja dari tahun 1995 sampai dengan 2002 tanpa ada pelatihan alias otodidak.

“Saya banyak melihat, banyak bertanya dan melakukan service,”ucapnya.

Setelah tujuh tahun bekerja akhirnya dengan modal pas-pasan Amir  memberanikan diri untuk membuka reperasi sendiri di rumahnya.
Awalnya Amir tidak fokus menjadi tukang reperasi karena dia sempat menjadi tukang foto pesta (wedding) dan lainnya.
“Dulu kerja saya ada dua sambil foto wedding juga mereperasi kamera di rumah,”katanya.

Perlahan tapi pasti usaha reperasinya semakin maju. Hal itu tak terlepas dari informasi dari mulut ke mulut teman-teman fotografer, wartawan, teman permainan dan lainnya.

Menurutnya, jenis kamera yang diperbaikinya berbagai merek mulai merek Nikon, Canon, Yasita, Fuji, Leica, Sony dan lainnya. Amir mengatakan dia juga pernah memperbaiki kamera zaman Jepang.

Amir mengaku, dia juga sempat mempunyai koleksi-koleksi kamera zadul, tapi sudah banyak yang dijualnya. Kamera anoloq maupun kamera digital, kata Amir, komponennya tidak jauh berbeda. Yang membedakannya body atau lensanya saja.

“Kalau kamera analoq didominasi pegerakan kamera yang harus digerakan oleh alat di dalamnya, sedangkan kamera digital sudah mengunakan teknologi yang sudah digital di dalamnya,”kata Amir.

Untuk memperbaiki kamera analoq dan digital tingkat kesulitannya berbeda-beda, tergantung pada produknya. Terkadang ada yang sudah tidak ada lagi komponennya dijualbelikan.

“Ada juga yang susah memperbaikinya dan sampai tidak dapat diperbaiki karena komponennya sudah tidak ada lagi dipasarkan misalkan kamera yang sudah lama atau kamera analoq,”kata Amir.

Untuk saat ini, kata Amir, pasiennya sudah tak ada lagi yang membawa kamera analoq terakhir tahun 2005 lalu.
“Karena saat ini orang suka memakai kamera digital. Paling kalau kamera analoq itu sebagai penikmat aja,”katanya.
“Soa harga tergantung kerusakannya mulai dari puluhan ribu bahkan sampai jutaan rupiah,”ucapnya.

Pasiennya datang dari Medan, Binjai, Tebingtinggi, Rantauprapat, Aceh.

“Kalau untuk omzet tidak bisa dibilang tapi bisa menyekolahkan anak dan biaya hidup keluarga,” ucapnya. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/