SIDIKALANG, SUMUTPOS.CO -Populasi ikan yang oleh warga setempat dinamai ‘ikan sapu kaca’ di perairan Danau Toba cenderung menurun. Khususnya di wilayah Desa Silalahi-Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.
Ikan itu bermatian tanpa diketahui sebab musababnya. Akibatnya, air pada destinasi wisata tersebut berubah menjadi kotor dan menebar bau.
Itu diungkapkan Kepala Desa Silalahi-Paropo Bongga Erwinson Situngkir kepada wartawan, melalui hubungan telepon, Rabu (7/3). Menurut Bongga, kejadian tersebut tidak terlalu berdampak pada perekonomian warga yang berprofesi sebagai nelayan dan penggiat budidaya ikan
“Karena ikan jenis itu jarang dikonsumsi dan tidak laku dijual, karena tubuh ikan tersebut lebih banyak tulang. Kerugian lebih berdampak pada aspek pencemaran lingkungan,” sebut Bongga.
Substansi tersebut merupakan bagian pembicaraan, ketika anggota DPRD Sumut, Tonni Togatorop melakukan kunjungan reses di daerah tersebut. Seorang warga, Juhari Silalahi menyebut, air menjadi bau.
Padahal, banyak warga yang menggantungkan nafkah dari menjala ikan. Kondisi tersebut mirip peristiwa beberapa tahun lalu. Kala itu ikan jenis nila mati dan mengapung di keramba budi daya.
Kejadian luar biasa itu terjadi sekitar 3 tahun silam, kala itu jutaan ikan nila mengapung dan membusuk di Danau Toba perairan Silalahi-Paropo hingga Haranggaol Kabupaten Simalungun. Masalah itu disebabkan populasi berlebihan dalam keramba mengakibatkan piaraan kekurangan oksigen.(bbs/ala)
SIDIKALANG, SUMUTPOS.CO -Populasi ikan yang oleh warga setempat dinamai ‘ikan sapu kaca’ di perairan Danau Toba cenderung menurun. Khususnya di wilayah Desa Silalahi-Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.
Ikan itu bermatian tanpa diketahui sebab musababnya. Akibatnya, air pada destinasi wisata tersebut berubah menjadi kotor dan menebar bau.
Itu diungkapkan Kepala Desa Silalahi-Paropo Bongga Erwinson Situngkir kepada wartawan, melalui hubungan telepon, Rabu (7/3). Menurut Bongga, kejadian tersebut tidak terlalu berdampak pada perekonomian warga yang berprofesi sebagai nelayan dan penggiat budidaya ikan
“Karena ikan jenis itu jarang dikonsumsi dan tidak laku dijual, karena tubuh ikan tersebut lebih banyak tulang. Kerugian lebih berdampak pada aspek pencemaran lingkungan,” sebut Bongga.
Substansi tersebut merupakan bagian pembicaraan, ketika anggota DPRD Sumut, Tonni Togatorop melakukan kunjungan reses di daerah tersebut. Seorang warga, Juhari Silalahi menyebut, air menjadi bau.
Padahal, banyak warga yang menggantungkan nafkah dari menjala ikan. Kondisi tersebut mirip peristiwa beberapa tahun lalu. Kala itu ikan jenis nila mati dan mengapung di keramba budi daya.
Kejadian luar biasa itu terjadi sekitar 3 tahun silam, kala itu jutaan ikan nila mengapung dan membusuk di Danau Toba perairan Silalahi-Paropo hingga Haranggaol Kabupaten Simalungun. Masalah itu disebabkan populasi berlebihan dalam keramba mengakibatkan piaraan kekurangan oksigen.(bbs/ala)