25.6 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Belasan Hektar Ladang Warga Sihaporas Dibakar

SIMALUNGUN- Pasca Pangulu Sihaporas, Manotar Ambarita dicopot kondisi disana semakin memanas. Belasan hektar ladang masyarakat Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun dibakar sekelompok orang tidak dikenal (OTK). Ladang jagung, ladang cabai, dan ladang kopi rata dengan tanah akibat pembakaran tersebut.

“Kejadian itu hampir setiap hari terjadi di ladang masyarakat, sejak Manotar tidak jadi pangulu lagi. Ladang tanaman kopi, cabai dan jagung milik masyarakat bergantian dibakar sekelompok OTK. Tidak itu saja, kuburan yang berada di ladang masyarakat pun ikut dibakar,” ujar Judin Ambarita (67), salah seorang masyarakat yang dijumpai di kampung Nagori Sihaporas, Sabtu (9/6).

Dia menduga, pelaku pembakaran itu adalah orang suruhan Manotar. Sebab, beberapa waktu lalu, masyarakat pernah melihat langsung sekelompok orang membakar tanaman masyarakat.

“Sekelompok orang yang membakar itu adalah orang yang disuruh Manotar menanami ladang yang berstatus stanvas. Tapi kami belum membuat pengaduan ke Polisi, karena kami tidak yakin kasus ini cepat diproses hukum,” tegasnya.
Mengantisipasi kejadian serupa, kata Judin, masyarakat kini lebih memilih berlama-lama tinggal di ladang atau di posko. Masyarakat sudah sangat teraniaya dengan sikap Manotar, yang tetap berkeras merampas tanah masyarakat.
“Sepertinya ada indikasi masyarakat diintimidasi. Masyarakat tidak takut lagi dengan keadaan saat ini, karena sudah siap pertumpahan darah demi mempertahankan hak milik mereka,” tegasnya.

Senada diungkapkan masyarakat lainnya, Asmir Ambarita (65). Ia mengatakan, tudingan yang menyebutkan kalau lahan Sihaporas dulunya adalah lahan tidur, itu adalah informasi bohong. Hal itu terucap dari Manotar, yang diduga sengaja untuk mencari pembenaran.

“Dari oppung-oppung kami sudah tinggal di Sihaporas ini. Jadi kalau ada penyebar yang menyebutkan Nagori Sihaporas dulunya adalah lahan tidur, itu adalah pembohongan. Banyak orang yang tempat lahirnya di Nagori Sihaporas yang kini sudah berusia puluhan tahun. Itu artinya sejak puluhan tahun lalu, Nagori Sihaporas sudah ditempati,” ungkapnya.
Masih kata Asmir, masyarakat 1×24 jam terus berjaga di posko jalan keluar dan masuk Nagori Sihaporas. Badan jalan dibuat tempat bakar-bakar yang tak jauh dari posko. Hal itu dilakukan supaya tidak ada mobil yang bisa keluar masuk membawa kekayaan alam di lahan stanvas tersebut.

Amatan METRO (grup Sumut Pos), rumah-rumah masyarakat di Nagori Sihaporas kebanyakan tutup. Suasana mencekam dan hening.
Tak ada sepedamotor atau sepeda yang parkir di depan rumah, sebagaimana biasanya. Masyarakat sibuk menjaga ladang mereka, karena takut dibakar OTK. (osi/smg)

SIMALUNGUN- Pasca Pangulu Sihaporas, Manotar Ambarita dicopot kondisi disana semakin memanas. Belasan hektar ladang masyarakat Sihaporas, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten Simalungun dibakar sekelompok orang tidak dikenal (OTK). Ladang jagung, ladang cabai, dan ladang kopi rata dengan tanah akibat pembakaran tersebut.

“Kejadian itu hampir setiap hari terjadi di ladang masyarakat, sejak Manotar tidak jadi pangulu lagi. Ladang tanaman kopi, cabai dan jagung milik masyarakat bergantian dibakar sekelompok OTK. Tidak itu saja, kuburan yang berada di ladang masyarakat pun ikut dibakar,” ujar Judin Ambarita (67), salah seorang masyarakat yang dijumpai di kampung Nagori Sihaporas, Sabtu (9/6).

Dia menduga, pelaku pembakaran itu adalah orang suruhan Manotar. Sebab, beberapa waktu lalu, masyarakat pernah melihat langsung sekelompok orang membakar tanaman masyarakat.

“Sekelompok orang yang membakar itu adalah orang yang disuruh Manotar menanami ladang yang berstatus stanvas. Tapi kami belum membuat pengaduan ke Polisi, karena kami tidak yakin kasus ini cepat diproses hukum,” tegasnya.
Mengantisipasi kejadian serupa, kata Judin, masyarakat kini lebih memilih berlama-lama tinggal di ladang atau di posko. Masyarakat sudah sangat teraniaya dengan sikap Manotar, yang tetap berkeras merampas tanah masyarakat.
“Sepertinya ada indikasi masyarakat diintimidasi. Masyarakat tidak takut lagi dengan keadaan saat ini, karena sudah siap pertumpahan darah demi mempertahankan hak milik mereka,” tegasnya.

Senada diungkapkan masyarakat lainnya, Asmir Ambarita (65). Ia mengatakan, tudingan yang menyebutkan kalau lahan Sihaporas dulunya adalah lahan tidur, itu adalah informasi bohong. Hal itu terucap dari Manotar, yang diduga sengaja untuk mencari pembenaran.

“Dari oppung-oppung kami sudah tinggal di Sihaporas ini. Jadi kalau ada penyebar yang menyebutkan Nagori Sihaporas dulunya adalah lahan tidur, itu adalah pembohongan. Banyak orang yang tempat lahirnya di Nagori Sihaporas yang kini sudah berusia puluhan tahun. Itu artinya sejak puluhan tahun lalu, Nagori Sihaporas sudah ditempati,” ungkapnya.
Masih kata Asmir, masyarakat 1×24 jam terus berjaga di posko jalan keluar dan masuk Nagori Sihaporas. Badan jalan dibuat tempat bakar-bakar yang tak jauh dari posko. Hal itu dilakukan supaya tidak ada mobil yang bisa keluar masuk membawa kekayaan alam di lahan stanvas tersebut.

Amatan METRO (grup Sumut Pos), rumah-rumah masyarakat di Nagori Sihaporas kebanyakan tutup. Suasana mencekam dan hening.
Tak ada sepedamotor atau sepeda yang parkir di depan rumah, sebagaimana biasanya. Masyarakat sibuk menjaga ladang mereka, karena takut dibakar OTK. (osi/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/