29 C
Medan
Wednesday, May 22, 2024

200 Warga Medan Rapid Test Massal di RS USU, Jika Reaktif, Dilanjutkan Periksa Swab

RAPID TEST: Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengikuti rapid test di RS USU, Selasa (9/6).
RAPID TEST: Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengikuti rapid test di RS USU, Selasa (9/6).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sekitar 200 warga Kota Medan telah mengikuti rapid test Covid-19 secara massal, yang digelar di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) hingga Selasa (9/6) siang. Dari pemeriksaan tes cepat tersebut, terdapat warga yang reaktif atau terindikasi terinfeksi Covid-19. Namun demikian, pihak rumah sakit belum mengumumkan secara detail berapa banyak yang reaktif Covid-19n

“Hingga hari kedua, totalnya ada sekitar 200-an orang yang ikut rapid test. Pada hari pertama tak sampai 100 orang, sedangkan hari kedua ada 100 orang lebih. Untuk hari pertama negatif semua, sementara hari kedua informasinya ada yang reaktif,” ujar Direktur Utama RS USU Dr dr Syah Mirsya Warli.

Dikatakan Syah, terhadap mereka yang reaktif selanjutnya dilakukan pemeriksaan swab untuk memastikan apakah positif atau negatif Covid-19. “Bila hasil rapid test reaktif, maka tim kita akan menindaklanjutinya dengan melakukan pemeriksaan swab secara gratis juga,” ucapnya.

Syah mengaku, rapid test yang dilakukan belum dalam jumlah yang besar. Alasannya, khawatir terjadi penumpukan massa. “Ini baru pertama kali kami lakukan. Setelah kegiatan ini selesai pada 12 Juni nanti, tentu dilakukan evaluasi. Kita akan lakukan perbaikan lagi jika akan digelar kembali, misalnya menghindari penumpukan massa, kemacetan, dan sebagainya,” akunya.

Ia menuturkan, dalam sehari warga Medan yang ikut rapid test maksimal hingga 200 orang. “Tadi sempat berkoordinasi dengan (Plt) Wali Kota Medan Akhyar Nasution, bila jumlah warga yang ikut belum begitu banyak dan ketersediaan dari alat rapid test ini masih cukup maka kita akan turun ke Puskemas. Makanya, kita meminta izin dengan wali kota untuk hal itu,” ungkapnya.

Diutarakan Syah, RS USU merupakan rumah sakit rujukan pemeriksaan swab PCR Covid-19. Karena itu, pihaknya memiliki data mengenai wilayah mana di Medan dengan jumlah kasus Covid-19 paling tinggi. Berdasarkan data itu, maka akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Medan untuk turun ke Puskesmas jika stok rapid test masih tersedia.

Menurut dia, menekan penyebaran Covid-19 ini dengan menghambat di hulunya lebih baik ketimbang di hilir. Artinya, ditindaklanjuti orang-orang yang hasil rapid test reaktif dengan pemeriksaan swab. “Kalau di luar negeri misalnya Korea Selatan, mereka bukan melakukan rapid test massal tetapi sudah pada tahap swab massal. Jadi, tidak menutup kemungkinan kita akan menuju tahap ke sana juga.

Bahkan, informasinya kalau di Pulau Jawa juga sudah dimulai swab massal pada beberapa wilayah. Tapi, untuk di Sumut karena keterbatasan bahan-bahan swab maka masih dilakukan untuk pasien dan tracing (penelusuran),” tuturnya.

Lebih jauh Syah mengatakan, dari rapid test massal yang dilakukan pihaknya tidak ada mengeluarkan surat keterangan bebas Covid-19. “Kami hanya melakukan rapid test saja, tidak ada kaitan dengan surat keterangan bebas Covid-19. Dari warga yang reaktif, kemudian dilakukan pemeriksaan swab,” tegasnya.

Dia menyebutkan, hingga kini pihaknya hanya menerima pemeriksaan sampel swab yang dikirim dari atau melalui Dinas Kesehatan Sumut dan pasien yang datang berobat ke RS USU. “Kita tidak menerima sampel yang datang perorangan dan juga suatu rumah sakit yang datang langsung mengirimkan sampel. Jadi, kita tetap berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Gugus Tugas Covid-19 Sumut. Sebab, kami harus mempertanggungjawabkan setiap reagensia (bahan untuk swab) kepada siapa diberikan,” jelasnya.

Kata Syah, surat keterangan bebas Covid-19 dari hasil pemeriksaan swab yang menjadi syarat untuk bisa membeli tiket pesawat menjadi kendala pihaknya bagi orang-orang yang ingin berpergian jauh. “Karena reagensia terbatas, maka kami tidak mengeluarkan dan melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang berpergian jauh. Kalau ada orang yang ingin berpergian jauh, kita mengarahkan agar melakukan pemeriksaannya di tempat yang bisa mengeluarkan surat keterangan tersebut,” tukasnya.

Rektor USU Prof Dr Runtung Sitepu mengatakan, rapid test massal ini merupakan bentuk partisipasi pihaknya untuk mengetahui sejak dini apakah terindikasi tertular Covid-19 atau tidak. “Rapid test ini gratis karena bantuan dari pihak ketiga, jumlahnya sekitar 10 ribu alat. Untuk itu, disalurkan sebagaimana harapan dari donatur untuk membantu masyarakat. Banyak donatur yang memberikan bantuan kepada RS USU, mulai dari reagensia, rapid test, hingga berbagai bentuk APD (Alat Pelindung Diri). Bantuan yang diberikan tersebut tidak pernah dilakukan satupun untuk komersialisasi,” ungkap Runtung.

Kata Runtung, nantinya rapid test massal ini juga akan dilakukan pada kabupaten/kota di Sumut. Kebetulan, tahap pertama ini dilakukan bagi warga Kota Medan. “Kita sudah menyusun jadwal untuk menggelar atau menyalurkan rapid test secara massal ini kepada kabupaten/kota lainnya di Sumut. Dengan begitu, tidak hanya terpusat di RS USU saja atau Kota Medan,” ujarnya. (ris)

RAPID TEST: Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengikuti rapid test di RS USU, Selasa (9/6).
RAPID TEST: Plt Wali Kota Medan Akhyar Nasution mengikuti rapid test di RS USU, Selasa (9/6).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sekitar 200 warga Kota Medan telah mengikuti rapid test Covid-19 secara massal, yang digelar di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS USU) hingga Selasa (9/6) siang. Dari pemeriksaan tes cepat tersebut, terdapat warga yang reaktif atau terindikasi terinfeksi Covid-19. Namun demikian, pihak rumah sakit belum mengumumkan secara detail berapa banyak yang reaktif Covid-19n

“Hingga hari kedua, totalnya ada sekitar 200-an orang yang ikut rapid test. Pada hari pertama tak sampai 100 orang, sedangkan hari kedua ada 100 orang lebih. Untuk hari pertama negatif semua, sementara hari kedua informasinya ada yang reaktif,” ujar Direktur Utama RS USU Dr dr Syah Mirsya Warli.

Dikatakan Syah, terhadap mereka yang reaktif selanjutnya dilakukan pemeriksaan swab untuk memastikan apakah positif atau negatif Covid-19. “Bila hasil rapid test reaktif, maka tim kita akan menindaklanjutinya dengan melakukan pemeriksaan swab secara gratis juga,” ucapnya.

Syah mengaku, rapid test yang dilakukan belum dalam jumlah yang besar. Alasannya, khawatir terjadi penumpukan massa. “Ini baru pertama kali kami lakukan. Setelah kegiatan ini selesai pada 12 Juni nanti, tentu dilakukan evaluasi. Kita akan lakukan perbaikan lagi jika akan digelar kembali, misalnya menghindari penumpukan massa, kemacetan, dan sebagainya,” akunya.

Ia menuturkan, dalam sehari warga Medan yang ikut rapid test maksimal hingga 200 orang. “Tadi sempat berkoordinasi dengan (Plt) Wali Kota Medan Akhyar Nasution, bila jumlah warga yang ikut belum begitu banyak dan ketersediaan dari alat rapid test ini masih cukup maka kita akan turun ke Puskemas. Makanya, kita meminta izin dengan wali kota untuk hal itu,” ungkapnya.

Diutarakan Syah, RS USU merupakan rumah sakit rujukan pemeriksaan swab PCR Covid-19. Karena itu, pihaknya memiliki data mengenai wilayah mana di Medan dengan jumlah kasus Covid-19 paling tinggi. Berdasarkan data itu, maka akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Medan untuk turun ke Puskesmas jika stok rapid test masih tersedia.

Menurut dia, menekan penyebaran Covid-19 ini dengan menghambat di hulunya lebih baik ketimbang di hilir. Artinya, ditindaklanjuti orang-orang yang hasil rapid test reaktif dengan pemeriksaan swab. “Kalau di luar negeri misalnya Korea Selatan, mereka bukan melakukan rapid test massal tetapi sudah pada tahap swab massal. Jadi, tidak menutup kemungkinan kita akan menuju tahap ke sana juga.

Bahkan, informasinya kalau di Pulau Jawa juga sudah dimulai swab massal pada beberapa wilayah. Tapi, untuk di Sumut karena keterbatasan bahan-bahan swab maka masih dilakukan untuk pasien dan tracing (penelusuran),” tuturnya.

Lebih jauh Syah mengatakan, dari rapid test massal yang dilakukan pihaknya tidak ada mengeluarkan surat keterangan bebas Covid-19. “Kami hanya melakukan rapid test saja, tidak ada kaitan dengan surat keterangan bebas Covid-19. Dari warga yang reaktif, kemudian dilakukan pemeriksaan swab,” tegasnya.

Dia menyebutkan, hingga kini pihaknya hanya menerima pemeriksaan sampel swab yang dikirim dari atau melalui Dinas Kesehatan Sumut dan pasien yang datang berobat ke RS USU. “Kita tidak menerima sampel yang datang perorangan dan juga suatu rumah sakit yang datang langsung mengirimkan sampel. Jadi, kita tetap berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Gugus Tugas Covid-19 Sumut. Sebab, kami harus mempertanggungjawabkan setiap reagensia (bahan untuk swab) kepada siapa diberikan,” jelasnya.

Kata Syah, surat keterangan bebas Covid-19 dari hasil pemeriksaan swab yang menjadi syarat untuk bisa membeli tiket pesawat menjadi kendala pihaknya bagi orang-orang yang ingin berpergian jauh. “Karena reagensia terbatas, maka kami tidak mengeluarkan dan melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang berpergian jauh. Kalau ada orang yang ingin berpergian jauh, kita mengarahkan agar melakukan pemeriksaannya di tempat yang bisa mengeluarkan surat keterangan tersebut,” tukasnya.

Rektor USU Prof Dr Runtung Sitepu mengatakan, rapid test massal ini merupakan bentuk partisipasi pihaknya untuk mengetahui sejak dini apakah terindikasi tertular Covid-19 atau tidak. “Rapid test ini gratis karena bantuan dari pihak ketiga, jumlahnya sekitar 10 ribu alat. Untuk itu, disalurkan sebagaimana harapan dari donatur untuk membantu masyarakat. Banyak donatur yang memberikan bantuan kepada RS USU, mulai dari reagensia, rapid test, hingga berbagai bentuk APD (Alat Pelindung Diri). Bantuan yang diberikan tersebut tidak pernah dilakukan satupun untuk komersialisasi,” ungkap Runtung.

Kata Runtung, nantinya rapid test massal ini juga akan dilakukan pada kabupaten/kota di Sumut. Kebetulan, tahap pertama ini dilakukan bagi warga Kota Medan. “Kita sudah menyusun jadwal untuk menggelar atau menyalurkan rapid test secara massal ini kepada kabupaten/kota lainnya di Sumut. Dengan begitu, tidak hanya terpusat di RS USU saja atau Kota Medan,” ujarnya. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/