KARO, SUMUTPOS.CO – Setelah setahun lebih diam, Gunung Sinabung setinggi 2.451 meter di Kabupaten Karo, Sumatera Utara menggemparkan warga Bumi Turang dengan kembali erupsi, Sabtu (8/8) dini hari. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo menetapkan status III (siaga). Masyarakat diminta waspada, karena Sinabung sewaktu-sewaktu bisa kembali erupsi.
Abu vulkanik Gunung Sinabung menghujani tiga wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Berastagi Dolat Rayat, dan Kecamatan Merdeka.
Kepala Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Sinabung, Armen Putra mengungkapkan, ketinggian kolom abu vulkanik mencapai sekitar 2.460 meter di atas puncak Gunung Sinabung, atau lebih kurang 4.460 meter dari permukaan laut (mdpl).
“Kolom abu teramati berwarna kelabu, hingga coklat dengan intensitas sedang hingga tebal, arah condong ke arah Timur. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 120 mm dan durasi lebih kurang 1 jam 44 detik,” kata Armen Putra, Sabtu (8/8).
Armen mengimbau kepada masyarakat Karo dan wisatawan agar tidak melakukan aktivitas di dalam desa-desa yang sudah direlokasi. Juga lokasi di dalam radius radial 3 kilometer dari puncak Gunung Sinabung. Serta radius sektoral 5 kilometer ntuk wilayah Selatan-Timur, dan 4 kilometer untuk sektor Timur-Utara.
“Jika terjadi hujan abu, masyarakat diimbau memakai masker bila keluar rumah, untuk mengurangi dampak kesehatan dari abu vulkanik. Mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik, agar tidak roboh. Masyarakat yang berada dan bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu di Gunung Sinabung agar tetap waspada terhadap bahaya lahar,” tegas Armen.
Meski hingga kini tak ada erupsi susulan, Armen menegaskan, aktifitas magma dan gempa vulkanik maupun tremor masih terjadi. “Sampai hari ini belum ada erupsi susulan. Namun gempa vulkanik dan tremor masih terus terjadi. Jadi sewaktu-waktu gunung Sinabung bisa erupsi kembali,” katanya.
Dipaparkan Armen, pantauan saat erupsi, arah angin menuju ke arah timur. Gempa terekam satu kali yakni gempa letusan dengan amplitudo maksimum 120 mm dan durasi kurang lebih 1 jam 44 detik. Jjmlah dan jenis gempa yang terekam pada 1 Juli hingga 7 Agustus 2020, sekitar pukul 24.00 WIB, didominasi gempa hembusan, tektonik lokal dan gempa tektonik jauh.
Erupsi yang terjadi bersifat freatik dan tidak didahului oleh kenaikan gempa-gempa vulkanik yang signifikan. Ini menandakan tidak adanya suplai magma ke permukaan.
Erupsi yang terjadi pada Sabtu 8 Agustus 2020, lebih diakibatkan oleh overpressure dan aktivitas permukaan. Di sisi lain, erupsi hanya berlangsung singkat dan tidak diikuti kenaikan kegempaan dan perubahan visual yang mengarah pada rangkaian erupsi yang lebih besar.
Namun demikian, dia mengingatkan bahwa sifat dan karakter erupsi Gunung Sinabung bisa berpotensi erupsi eksplosif dan diikuti dengan adanya awan panas letusan.
Tidak Ada Evakuasi
Sementara itu, pasca terjadi erulsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo melaporkan tidak ada korban saat proses evakuasi warga. BPBD Karo juga menginformasikan saat terjadi erupsi, cuaca gerimis sehingga abu tidak mengganggu aktivitas warga. Selain itu, BPBD melakukan penyemprotan abu vulkanik di jalan raya sekitar Berastagi.
Plt. Kepala BPBD Karo Natanail Prangin-angin SH mengatakan, selain melakukan pembagian masker kepada warga yang terdampak, pihaknya juga sudah melakukan pembersihan ruas jalan maupun halaman di desa yang terpapar material debu vulkanik dengan mobil pemadam kebakaran. Pembersihan dibantu TNI/Polri dan relawan, agar warga tidak mengalami gangguan kesehatan seperti ISPA.
Untuk diketahui, Gunung Sinabung terakhir erupsi pada 9 Juni 2019 lalu. Karena mulai tenang, sejak 20 Mei 2019, Sinabung ditetapkan berstatus level III atau siaga.
Gunung Sinabung yang sempat dinyatakan tidak aktif, mulai erupsi tahun 2010. Dan selama bertahun-tahun erupsi diselingi letusan abu panas. Erupsi terbesar terjadi pada tahun 2013.
Anjing Melolong Sebelum Erupsi
Anto, warga Tiga Panur, Kecamatan Simpang Simpat Empat, Kabupaten Karo, yang sudah kerap mengalami erupsi Gunung Sinabung, mengatakan dirinya telah mempelajari tanda alam sebelum Sinabung erupsi. Antara lain, terdengar anjing melolong atau mengeluarkan suara lembut yang agak lebih panjang dari biasanya. Selain itu Anton juga mempelajari arah mata angin yang menghembuskan debu vulkanik.
Tak hanya Anto, Idawati Sembiring (40), warga Kecamatan Naman Teran di sekitar Gunung Sinabung, juga mengenal tanda-tanda alam sebelum terjadi erupsi. “Biasanya sebelum erupsi, beberapa kali kita dengar gemuruh dan bau belerang itu tercium. Seperti asap tebal menghitam, lalu ada juga debu dan jatuhlah abu,” katanya.
Warga lainnya, Wanto Sembiring, mengatakan, erupsi pada Sabtu (8/8) terjadi tiga kali, yaitu pukul 02.00 WIB, 02.20 WIB dan 02.30 WIB. “Kalau yang pertama itu pada pukul 02.00 WIB tidak begitu besar karena abunya tidak terlalu banyak. Tapi kalau yang kedua itu besar karena disertai angin kencang juga sehingga abunya mencapai Kota Berastagi,” ujar Wanton, warga sekitar Naman Teran, Kecamatan Naman Teran, Sabtu (8/8).
Pengalaman warga sekitar, erupsi ditandai dengan bunyi gemuruh, aroma belerang, dan dentuman-dentuman seperti pesawat yang sedang melintas. (deo/kps)