SIANTAR, SUMUTPOS.CO – Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta, Selasa (9/12). Di sana Wesly meninjau Program Kios ‘Segoro Amarto’ yang berhasil mengendalikan inflasi di Kota Yogyakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Wesly menyampaikan inflasi Kota Pematangsiantar hingga November 2025 tercatat berada di angka 4,08 persen, yang merupakan angka yang cukup besar. Puncak inflasi di Kota Pematangsiantar terjadi di September, hingga tercatat sebagai 10 kota tertinggi inflasi di Indonesia.
Kelompok pengeluaran yang sering menjadi andil inflasi adalah makanan minuman dan tembakau dengan komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras.
“Menanggapi tingginya inflasi tersebut, TPID Kota Pematangsiantar cepat tanggap menyikapinya,” kata Wesly.
Beberapa strategi yang telah dilakukan yaitu upaya 4K, antara lain: melakukan pasar murah secara rutin, Gerakan Pangan Murah, operasi pasar, pemberantasan barang kena cukai ilegal, pemantauan harga barang kebutuhan pokok dan penting, serta gencar melaksanakan monitoring ketersediaan stok, dan melakukan penguatan toko pengendalian dan pantau inflasi (Toppis) yang sudah ada 11 toko di pasar tradisional.
“TPID Kota Pematangsiantar saat ini sedang fokus dalam peningkatan produksi domestik dengan melakukan contract farming penanaman cabai merah bersama kelompok tani yang ada, dan mendukung penguatan Pekarangan Pangan Lestari serta melakukan perbaikan saluran irigasi tersier pertanian,” terangnya.
“Setelah beberapa upaya strategis yang telah dilakukan, TPID Kota Pematangsiantar mendapat sedikit angin segar, yaitu deflasi pada bulan Oktober sebesar 0,31 persen dan bulan November sebesar 0,11persen. Semoga deflasi ini terus berlanjut hingga akhir tahun pada bulan Desember,” harap Wesly.
Namun, sambungnya, dari berbagai strategi dan upaya yang telah dilakukan, masih terdapat kekurangan, ditandai dengan masih tingginya inflasi di Kota Pematangisantar.
“Maka dengan ini, kami datang untuk dapat belajar dari TPID Kota Yogyakarta dalam pengendalian inflasi. Bagaimana strategi dan langkah-langkah pengendalian inflasi di Kota Yogyakarta, di mana Kota Yogyakarta mendapat nominasi TPID Award Tahun 2025 untuk wilayah Jawa dan Bali,” terangnya.
Diharapkan, melalui kunjungan tersebut TPID Kota Pematangsiantar mendapat semangat baru dalam menjalankan tugas dan TPID kota Yogyakarta semakin sukses ke depannya.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan dalam sambutannya mengucapkan selamat datang di Yogyakarta kepada Wali Kota Wesly Silalahi. Wawan juga menyampaikan turut prihatin serta berduka cita, untuk kejadian bencana alam di Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan daerah lainnya.
Menurut Wawan, menjelang musim liburan akhir tahun, Yogyakarta sebagai salah satu kota acuan IHK (Indeks Harga Konsumen) dan destinasi wisata utama di Indonesia, hampir dipastikan berpotensi terjadi peningkatan permintaan berbagai komoditas.
Tujuan pemantauan, katanya, untuk Memastikan keterjangkauan harga di pasar, Memastikan ketersediaan pasokan dari hulu hingga hilir, dan Memperkuat koordinasi seluruh pemangku kepentingan dalam upaya pengendalian inflasi daerah.
Lebih lanjut Wawan menerangkan, Pasar Beringharjo sebagai pasar utama pusat kegiatan dan bisnis ekonomi rakyat terbesar di DI Yogyakarta dan juga Gudang Indomarco Prismatama menjadi salah ‘barometer’ utama harga kebutuhan pokok, serta menjadi lokasi strategis untuk melihat langsung kondisi lapangan.
Dari kedua titik ini, dapat diperoleh gambaran nyata mengenai suplai barang, kestabilan harga, dan kelancaran distribusi.
“Informasi tersebut sangat penting sebagai dasar bagi penentuan langkah kebijakan berikutnya,” tukas Wawan.
Selanjutnya, pemantauan juga menjadi kesempatan untuk menyamakan persepsi dan memastikan berbagai langkah stabilisasi benar-benar berjalan efektif. Peran bersama TPID sangat penting dalam memastikan upaya pengendalian inflasi dapat dilakukan secara terukur dan tepat sasaran. Begitu pula peran organisasi perangkat daerah (OPD) teknis, aparat keamanan, Bulog, distributor, serta pelaku pasar yang menjadi ujung tombak ketersediaan barang kebutuhan pokok.
Masih kata Wawan, dinamika harga menjelang hari besar keagamaan sangat sensitif. Karena itu, pemantauan langsung seperti ini menjadi bagian dari langkah antisipatif agar gejolak harga dapat dicegah sejak dini. Hasil pemantauan lapangan diharapkan menjadi dasar penyusunan rekomendasi, mulai operasi pasar, perbaikan distribusi, hingga penguatan koordinasi dengan produsen dan pemasok.
Kepada Wesly dan rombongan, Wawan menginformasikan, Kota Yogyakarta memiliki Kios ‘Segoro Amarto’ yaitu singkatan dari Semangat Gotong-royong agawe majuning Ngayogyokarto/Semangat Gotong-royong untuk kemajuan Yogyakarta).
“Kami juga memiliki inovasi Warung Mrantasi, singkatan dari Masyarakat Lan Pedagang Tanggap Inflasi). Di sini kami mengajak seluruh pedagang untuk memiliki kesadaran dan kesanggupan agar bersama-sama tanggap serta peduli terhadap pengendalian inflasi di Kota Yogyakarta,” jelas Wawan. (pra/azw)

