26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Sudah Longsor Selama 15 Tahun, Jalan Pasir Mbelang Dairi Tak Kunjung Diperbaiki

LONGSOR: Sudah berjalan 15 tahun, jalan yang menghubungkan Desa Pasir Mbelang ke Pasir Tengah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, kerap mengalami longsor. Namun hingga kini, ruas jalan tersebut tak kunjung diperbaiki.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
LONGSOR: Sudah berjalan 15 tahun, jalan yang menghubungkan Desa Pasir Mbelang ke Pasir Tengah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, kerap mengalami longsor. Namun hingga kini, ruas jalan tersebut tak kunjung diperbaiki.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Masyarakat Desa Pasir Mbelang dan Pasir Tengah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, sangat mengeluhkan kondisi jalan menuju desa mereka. Meski sudah 15 tahun badan jalan yang menghubungkan kedua desa tersebut mengalami longsor, namun hingga saat ini, Pemkab Dairi tak kunjung melakukan perbaikan.

Hal ini dikeluhkan tokoh pemuda Kecamatan Tanah Pinem, Bonitra Sinulingga. Menurutnya, badan jalan yang longsor tersebut sudah lama terjadi, tapi sampai sekarang tak kunjung diperbaiki instansi terkait.

“Akibatnya, arus transportasi baik untuk mengangkut hasil pertanian dan sarana produksi, serta mobil penumpang umum, jadi terkendala. Karena lebih dari separuh badan jalan mengalami longsor, sehingga kendaraan sulit melintas,” ungkap Bonitra, Senin (10/2).

Bonitra juga mengatakan, kerusakan infrastruktur tersebut, pun sangat merugikan mayoritas masyarakat sekitar, yang merupakan petani jagung. Karena harga jual komoditas di Desa Pasir Mbelang dan Pasir Tengah, jadi menurun dibanding desa lain di kecamatan tersebut.

“Hal ini disebabkan agen pengumpul hasil bumi, membeli dari masyarakat sekitar lebih murah. Alasannya, jalan rusak dan sulit menjangkau perkampungan. Serta biaya angkut mahal, sehingga dibebankan ke petani dengan membeli komoditas lebih murah,” bebernya, seraya mengatakan, perbedaan harga jual komoditas di tingkat petani, mencapai Rp200-Rp300 per kilogram. Dan kondisi ini diketahui sangat merugikan masyarakat petani setempat.

Dia juga mengatakan, saat ini sudah jadwal masuk musim tanam. Informasinya, pekan ini akan dilakukan distrbusi pupuk bersubsidi kepada petani.

“Dengan kondisi badan jalan seperti itu, dipastikan pengangkutan akan sulit. Para petani mendesak Pemkab Dairi segera memperbaiki badan jalan yang longsor itu, sehingga tidak lagi merugikan masyarakat petani di kedua desa tersebut,” pungkas Bonitra. (rud/saz)

LONGSOR: Sudah berjalan 15 tahun, jalan yang menghubungkan Desa Pasir Mbelang ke Pasir Tengah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, kerap mengalami longsor. Namun hingga kini, ruas jalan tersebut tak kunjung diperbaiki.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS
LONGSOR: Sudah berjalan 15 tahun, jalan yang menghubungkan Desa Pasir Mbelang ke Pasir Tengah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, kerap mengalami longsor. Namun hingga kini, ruas jalan tersebut tak kunjung diperbaiki.
RUDY SITANGGANG/SUMUT POS

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Masyarakat Desa Pasir Mbelang dan Pasir Tengah, Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, sangat mengeluhkan kondisi jalan menuju desa mereka. Meski sudah 15 tahun badan jalan yang menghubungkan kedua desa tersebut mengalami longsor, namun hingga saat ini, Pemkab Dairi tak kunjung melakukan perbaikan.

Hal ini dikeluhkan tokoh pemuda Kecamatan Tanah Pinem, Bonitra Sinulingga. Menurutnya, badan jalan yang longsor tersebut sudah lama terjadi, tapi sampai sekarang tak kunjung diperbaiki instansi terkait.

“Akibatnya, arus transportasi baik untuk mengangkut hasil pertanian dan sarana produksi, serta mobil penumpang umum, jadi terkendala. Karena lebih dari separuh badan jalan mengalami longsor, sehingga kendaraan sulit melintas,” ungkap Bonitra, Senin (10/2).

Bonitra juga mengatakan, kerusakan infrastruktur tersebut, pun sangat merugikan mayoritas masyarakat sekitar, yang merupakan petani jagung. Karena harga jual komoditas di Desa Pasir Mbelang dan Pasir Tengah, jadi menurun dibanding desa lain di kecamatan tersebut.

“Hal ini disebabkan agen pengumpul hasil bumi, membeli dari masyarakat sekitar lebih murah. Alasannya, jalan rusak dan sulit menjangkau perkampungan. Serta biaya angkut mahal, sehingga dibebankan ke petani dengan membeli komoditas lebih murah,” bebernya, seraya mengatakan, perbedaan harga jual komoditas di tingkat petani, mencapai Rp200-Rp300 per kilogram. Dan kondisi ini diketahui sangat merugikan masyarakat petani setempat.

Dia juga mengatakan, saat ini sudah jadwal masuk musim tanam. Informasinya, pekan ini akan dilakukan distrbusi pupuk bersubsidi kepada petani.

“Dengan kondisi badan jalan seperti itu, dipastikan pengangkutan akan sulit. Para petani mendesak Pemkab Dairi segera memperbaiki badan jalan yang longsor itu, sehingga tidak lagi merugikan masyarakat petani di kedua desa tersebut,” pungkas Bonitra. (rud/saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/