29 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Tanoto Foundation Dorong Kebijakan Mitigasi Learning Loss

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemangku kepentingan pendidikan perlu segera mengambil kebijakan sebagai bentuk mitigasi mengurangi dampak learning loss akibat pandemi Covid 19. Apalagi pandemi ini telah menyebabkan 33 ribu siswa SD putus sekolah dan 1,2 juta siswa belum mendapatkan akses pendidikan yang layak karena imbas dari pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan.

Hal ini terungkap dalam webinar Kolaborasi Pemangku Kepentingan dalam Mengatasi Learning Loss yang diselenggarakan Tanoto Foundation, Senin (31/5).  Learning loss merupakan suatu kondisi hilangnya atau menurunnya kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik yang diakibatkan terhentinya proses pembelajaran atau proses belajar yang tidak bermakna.

Kebutuhan PTM Terbatas

Praptono, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru Kemendikbudristek, dalam webinar itu menyebut pemerintah berkomitmen akan menyelenggarakan pembukaan sekolah tatap muka terbatas pada Juli 2021, sebagai salah satu upaya mengatasi learning loss.

Pembukaan sekolah menurutnya tidak akan dalam bentuk massal, melainkan bertahap, dan memaksimalkan sosialisasi. “Pembukaan sekolah tetap melaksanakan protokol kesehatan untuk menciptakan proses pembelajaran tatap muka yang aman bagi anak,” kata Praptono.

Kebutuhan terlaksananya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sudah tidak bisa ditunda lagi. Survei Kemendikbudristek menunjukkan sekitar 64 persen orangtua berharap anak dapat kembali ke sekolah, dan 52 persen guru berharap pembelajaran kembali normal.

“Bahkan 85 persen negara di Asia Pasifik sudah melakukan PTM terbatas. Indonesia salah satu negara yang belum sepenuhnya melakukan PTM terbatas, jadi ini merupakan hal yang harus diutamakan,” jelas Praptono.

Pembelajaran Bermakna untuk Atasi Learning Loss

Untuk mengurangi terjadinya learning loss, Golda Simatupang, spesialis pendidikan Tanoto Foundation mendorong sekolah menerapkan pembelajaran bermakna yang mendorong siswa lebih banyak mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi atau MIKiR.

Survei Tanoto Foundation pada 2.218 siswa di 454 sekolah mitra menunjukan sekitar 48,3 persen siswa senang belajar dari rumah. Alasannnya, 41 persen siswa menyebut pembelajarannya menarik dan menyenangkan, sedangkan 31 persen siswa mengaku mendapat pengalaman belajar yang bermakna.

“Jika MIKiR sudah terlaksana dengan baik maka akan timbul kemandirian belajar sehingga siswa makin terdorong untuk belajar karena minatnya bukan karena disuruh guru. Secara tidak langsung hal tersebut dapat mengatasi masalah learning loss yang muncul selama pandemi,” jelas Golda.

Tanoto Foundation juga tengah mendesain pelatihan dengan untuk menanggulangi learning loss. “Kami menyiapkan pelatihan untuk 840 fasilitator melakukan assessmen diagnostik pada saat PTM terbatas dimulai. Mereka dilatih untuk mengetahui level kemampuan siswa atau tingkat learning loss selama pandemi dan upaya untuk mengatasinya,” kata Golda lagi.

Buat Portal Pembelajaran Sekolah dan PTM Terbatas

Sementara Sri Siswati, Kepala SDN 06 Sei Suka Deras, Batu Bara, Sumatra Utara, untuk memastikan siswanya mendapatkan akses pembelajaran, Ia menggunakan beragam pendekatan. Mulai belajar daring, memanfaatkan siaran pembelajaran TVRI, sampai kunjungan ke rumah untuk membantu siswa belajar.

“Dari 320 siswa disekolah saya, 85 persennya memiliki gadget atau hanphone android untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh sebelum program pembelajaran tatap muka kami laksanakan, namun hanya 25 persen saja diantaranya yang kurang terampil dalam menggunakan aplikasi pembelajaran online seperti hanya mampu menggunakan aplikasi whatsapp, keterbatasan signal atau kuota menjadikan pembelajaran daring tidak dapat diikuti sesuai jadwal,” ungkap Sri

Setelah sekolahnya mendapat izin melakukan PTM terbatas dari Dinas Pendidikan, Sri membuat sosialisasi dan kesepakatan kepada orangtua agar pembelajaran dapat dilakukan dengan aman dan baik. Siswa dibagi menjadi dua shift, menerapkan protokol kesehatan, dan guru diwajibkan untuk mendapat vaksinasi.

“kendala yang kami hadapi pada saat pembelajaran tatap muka adalah keterbatasan waktu pembelajaran, dikarenakan setengah dari jumlah siswa secara bergantian masuk keruang kelas, namun kami tetap mencarikan jalan keluar dengan mengajak guru untuk dapat menyajikan pembelajaran dengan metode yang bervariasi, untuk memancing semangat siswa tetap aktif,” tutupnya.(rel)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemangku kepentingan pendidikan perlu segera mengambil kebijakan sebagai bentuk mitigasi mengurangi dampak learning loss akibat pandemi Covid 19. Apalagi pandemi ini telah menyebabkan 33 ribu siswa SD putus sekolah dan 1,2 juta siswa belum mendapatkan akses pendidikan yang layak karena imbas dari pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan.

Hal ini terungkap dalam webinar Kolaborasi Pemangku Kepentingan dalam Mengatasi Learning Loss yang diselenggarakan Tanoto Foundation, Senin (31/5).  Learning loss merupakan suatu kondisi hilangnya atau menurunnya kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik yang diakibatkan terhentinya proses pembelajaran atau proses belajar yang tidak bermakna.

Kebutuhan PTM Terbatas

Praptono, Direktur Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru Kemendikbudristek, dalam webinar itu menyebut pemerintah berkomitmen akan menyelenggarakan pembukaan sekolah tatap muka terbatas pada Juli 2021, sebagai salah satu upaya mengatasi learning loss.

Pembukaan sekolah menurutnya tidak akan dalam bentuk massal, melainkan bertahap, dan memaksimalkan sosialisasi. “Pembukaan sekolah tetap melaksanakan protokol kesehatan untuk menciptakan proses pembelajaran tatap muka yang aman bagi anak,” kata Praptono.

Kebutuhan terlaksananya pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sudah tidak bisa ditunda lagi. Survei Kemendikbudristek menunjukkan sekitar 64 persen orangtua berharap anak dapat kembali ke sekolah, dan 52 persen guru berharap pembelajaran kembali normal.

“Bahkan 85 persen negara di Asia Pasifik sudah melakukan PTM terbatas. Indonesia salah satu negara yang belum sepenuhnya melakukan PTM terbatas, jadi ini merupakan hal yang harus diutamakan,” jelas Praptono.

Pembelajaran Bermakna untuk Atasi Learning Loss

Untuk mengurangi terjadinya learning loss, Golda Simatupang, spesialis pendidikan Tanoto Foundation mendorong sekolah menerapkan pembelajaran bermakna yang mendorong siswa lebih banyak mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi atau MIKiR.

Survei Tanoto Foundation pada 2.218 siswa di 454 sekolah mitra menunjukan sekitar 48,3 persen siswa senang belajar dari rumah. Alasannnya, 41 persen siswa menyebut pembelajarannya menarik dan menyenangkan, sedangkan 31 persen siswa mengaku mendapat pengalaman belajar yang bermakna.

“Jika MIKiR sudah terlaksana dengan baik maka akan timbul kemandirian belajar sehingga siswa makin terdorong untuk belajar karena minatnya bukan karena disuruh guru. Secara tidak langsung hal tersebut dapat mengatasi masalah learning loss yang muncul selama pandemi,” jelas Golda.

Tanoto Foundation juga tengah mendesain pelatihan dengan untuk menanggulangi learning loss. “Kami menyiapkan pelatihan untuk 840 fasilitator melakukan assessmen diagnostik pada saat PTM terbatas dimulai. Mereka dilatih untuk mengetahui level kemampuan siswa atau tingkat learning loss selama pandemi dan upaya untuk mengatasinya,” kata Golda lagi.

Buat Portal Pembelajaran Sekolah dan PTM Terbatas

Sementara Sri Siswati, Kepala SDN 06 Sei Suka Deras, Batu Bara, Sumatra Utara, untuk memastikan siswanya mendapatkan akses pembelajaran, Ia menggunakan beragam pendekatan. Mulai belajar daring, memanfaatkan siaran pembelajaran TVRI, sampai kunjungan ke rumah untuk membantu siswa belajar.

“Dari 320 siswa disekolah saya, 85 persennya memiliki gadget atau hanphone android untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh sebelum program pembelajaran tatap muka kami laksanakan, namun hanya 25 persen saja diantaranya yang kurang terampil dalam menggunakan aplikasi pembelajaran online seperti hanya mampu menggunakan aplikasi whatsapp, keterbatasan signal atau kuota menjadikan pembelajaran daring tidak dapat diikuti sesuai jadwal,” ungkap Sri

Setelah sekolahnya mendapat izin melakukan PTM terbatas dari Dinas Pendidikan, Sri membuat sosialisasi dan kesepakatan kepada orangtua agar pembelajaran dapat dilakukan dengan aman dan baik. Siswa dibagi menjadi dua shift, menerapkan protokol kesehatan, dan guru diwajibkan untuk mendapat vaksinasi.

“kendala yang kami hadapi pada saat pembelajaran tatap muka adalah keterbatasan waktu pembelajaran, dikarenakan setengah dari jumlah siswa secara bergantian masuk keruang kelas, namun kami tetap mencarikan jalan keluar dengan mengajak guru untuk dapat menyajikan pembelajaran dengan metode yang bervariasi, untuk memancing semangat siswa tetap aktif,” tutupnya.(rel)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/