LUBUKPAKAM, SUMUTPOS.CO -Para petani Dusun XII Desa Percut Kecamatan Percutseituan tak bisa bercocok tanam padi. Pasalnya, irigasi yang mengaliri air ke 150 hektare lahan pertanian mereka mengalami kerusakan.
Menurut salah satu petani, Muhamad Yusuf (75), irigasi yang biasa mengaliri air ke sawah mereka mengalami kerusakan sudah 7 tahun. Meski kerusakan saluran irigasi itu sudah beberapa kali dilaporkan, namun pihak pemerintah Kabupaten Deliserdang tak memberikan solusi kepada para petani. “Petani di sini hanya minta air irigasi menggalir, agar sawah kami dapat ditanami padi,”sebutnya.
Hal senada dikatakan petani lainnya, Bahnur (55). Menurutnya, pengairan ke sawah mereka hanya berharap turunnya air hujan.
“Permasalahan ini sudah pernah dilaporkan ke penyuluhan pertanian setempat namun tak pernah di gubris, hingga sampai saat ini kami hanya bisa berharap dari air hujan,”terangnya.
Karena rusaknya irigasi tersebut, lanjut Bahnur, mereka pun memanfaatkan lahan pertanian dengan bercocok tanam Palawija. Meskipun masih ada petani yang menanam padi dengan sistem tadah hujan dan menggali sumur bor untuk mengalirkan air ke sawah mereka. “Ya harus dijagalah, soalnya kalau dibiari bisa-bisa mesin pompanya dimaling orang. Tentu biaya beli minyak mahal,”ucapnya. Adanya kerusakan saluran irigasi di Dusun XII Desa Percut, membuat para petani mengalami kerugian sekitar 3000 ton gabah panen kering.
“Sekali panen dengan luas 1 hektare mampu menghasilkan gabah panen kering 20 ton. Sekarang apa, tak ada yang bisa menanam padi. Kalaupun ada yang nekat, petani menanam padi dengan sistem pompo tentu akan mengalami kerugian karena harus mengeluarkan biaya beli minyak,”keluh Anwar(45), petani lainnya. (btr/han)
LUBUKPAKAM, SUMUTPOS.CO -Para petani Dusun XII Desa Percut Kecamatan Percutseituan tak bisa bercocok tanam padi. Pasalnya, irigasi yang mengaliri air ke 150 hektare lahan pertanian mereka mengalami kerusakan.
Menurut salah satu petani, Muhamad Yusuf (75), irigasi yang biasa mengaliri air ke sawah mereka mengalami kerusakan sudah 7 tahun. Meski kerusakan saluran irigasi itu sudah beberapa kali dilaporkan, namun pihak pemerintah Kabupaten Deliserdang tak memberikan solusi kepada para petani. “Petani di sini hanya minta air irigasi menggalir, agar sawah kami dapat ditanami padi,”sebutnya.
Hal senada dikatakan petani lainnya, Bahnur (55). Menurutnya, pengairan ke sawah mereka hanya berharap turunnya air hujan.
“Permasalahan ini sudah pernah dilaporkan ke penyuluhan pertanian setempat namun tak pernah di gubris, hingga sampai saat ini kami hanya bisa berharap dari air hujan,”terangnya.
Karena rusaknya irigasi tersebut, lanjut Bahnur, mereka pun memanfaatkan lahan pertanian dengan bercocok tanam Palawija. Meskipun masih ada petani yang menanam padi dengan sistem tadah hujan dan menggali sumur bor untuk mengalirkan air ke sawah mereka. “Ya harus dijagalah, soalnya kalau dibiari bisa-bisa mesin pompanya dimaling orang. Tentu biaya beli minyak mahal,”ucapnya. Adanya kerusakan saluran irigasi di Dusun XII Desa Percut, membuat para petani mengalami kerugian sekitar 3000 ton gabah panen kering.
“Sekali panen dengan luas 1 hektare mampu menghasilkan gabah panen kering 20 ton. Sekarang apa, tak ada yang bisa menanam padi. Kalaupun ada yang nekat, petani menanam padi dengan sistem pompo tentu akan mengalami kerugian karena harus mengeluarkan biaya beli minyak,”keluh Anwar(45), petani lainnya. (btr/han)