25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

Sumut Butuh Dua Tahun Kembangkan Industri Hilir Sawit

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Potensi sawit dengan industri hilirnya di Sumut cukup besar. Berdasarkan data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia atau Apkasindo (2013), luas kebun rakyat di Sumut mencapai 1.520.000 ha yang terdiri atas kebun rakyat 710.000 ha, kebun milik PTPN 432.000 ha dan kebun milik swasta 387.000 ha.

“Oleh sebab itu, hilirisasi sawit yang melibatkan UKM merupakan pilihan strategis dan cerdas, sehingga wajar jika Gubsu dinilai merupakan tokoh inovatif dalam pengembangan perkelapasawitan,” kata pengamat sosial ekonomi pertanian alumni USU, Hafian Tan, menanggapi diterimanya Piala Budhipura atas Inovasi Sumut khususnya dalam  mengembangkan industry hilir kepala sawit, menjawab wartawan, Selasa (12/8).

Hafian Tan mengemukakan, industri hilir diharapkan menghasilkan nilai tambah bagi produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).   Hal ini juga akan bisa menekan volume ekspor CPO terutama di tengah kondisi harga di pasar internasional yang gonjang ganjing. “Sumatera Utara (Sumut) sebagai penghasil minyak sawit mentah terbesar di Indonesia katanya potensial mengambil peluang ini dengan membangun industri hilir sawit yang akan bisa menambah nilai produknya. Namun ada sejumlah regulasi yang harus diikuti. Paling tidak, butuh waktu dua tahun untuk mengembangkan industri hilir di Sumut,” katanya.
Waktu dua tahun itu menurutnya tidak bisa langsung sesuai dengan yang ditargetkan. Tapi jika sudah dimulai dari sekarang, dalam dua tahun ke depan akan bisa terlihat perkembangannya. “Apalagi ada inovasi yang menggabung beberapa teknologi kreatif sebagaimana yang dilaksanakan Sumut,” ujarnya.

Sebelumnya Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu), Sabrina,  mengemukakan, pemerintah mendorong peningkatan industri sawit di daerah ini dengan membatasi pembukaan lahan sawit baru namun memberikan rekomendasi terhadap perusahaan yang ingin membangun industri hilir.

“Kalau mau bangun industri hilir, pemerintah sangat terbuka tapi jika cari lahan, kami tidak merekomendasikan karena lahannya sudah tidak ada lagi,” ucapnya.

Oleh sebab dengan inovasi baru diharapkan industri hilir lebih berkembang dan pengembangan industri sawit ke depannya akan otomatis menekan volume ekspor sebab serapan dalam lokal akan lebih banyak. Selama ini, serapan minyak sawit hanya sekitar 20-30% dari total produksi nasional yang mencapai 23 juta ton.
Jika industri hilir berkembang akan bisa menyerap 50-60% yang otomatis akan meningkatkan jumlah produk hilirnya.  “Hasil produk ini juga tidak mungkin terserap pasar lokal sehingga pengusaha juga akan membidik pasar luar negeri. Tapi sudah berbeda nilainya dari yang selama ini hanya ekspor yang mentah saja,” sebutnya. (rel/mea)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Potensi sawit dengan industri hilirnya di Sumut cukup besar. Berdasarkan data Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia atau Apkasindo (2013), luas kebun rakyat di Sumut mencapai 1.520.000 ha yang terdiri atas kebun rakyat 710.000 ha, kebun milik PTPN 432.000 ha dan kebun milik swasta 387.000 ha.

“Oleh sebab itu, hilirisasi sawit yang melibatkan UKM merupakan pilihan strategis dan cerdas, sehingga wajar jika Gubsu dinilai merupakan tokoh inovatif dalam pengembangan perkelapasawitan,” kata pengamat sosial ekonomi pertanian alumni USU, Hafian Tan, menanggapi diterimanya Piala Budhipura atas Inovasi Sumut khususnya dalam  mengembangkan industry hilir kepala sawit, menjawab wartawan, Selasa (12/8).

Hafian Tan mengemukakan, industri hilir diharapkan menghasilkan nilai tambah bagi produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO).   Hal ini juga akan bisa menekan volume ekspor CPO terutama di tengah kondisi harga di pasar internasional yang gonjang ganjing. “Sumatera Utara (Sumut) sebagai penghasil minyak sawit mentah terbesar di Indonesia katanya potensial mengambil peluang ini dengan membangun industri hilir sawit yang akan bisa menambah nilai produknya. Namun ada sejumlah regulasi yang harus diikuti. Paling tidak, butuh waktu dua tahun untuk mengembangkan industri hilir di Sumut,” katanya.
Waktu dua tahun itu menurutnya tidak bisa langsung sesuai dengan yang ditargetkan. Tapi jika sudah dimulai dari sekarang, dalam dua tahun ke depan akan bisa terlihat perkembangannya. “Apalagi ada inovasi yang menggabung beberapa teknologi kreatif sebagaimana yang dilaksanakan Sumut,” ujarnya.

Sebelumnya Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemerintah Propinsi Sumatera Utara (Pempropsu), Sabrina,  mengemukakan, pemerintah mendorong peningkatan industri sawit di daerah ini dengan membatasi pembukaan lahan sawit baru namun memberikan rekomendasi terhadap perusahaan yang ingin membangun industri hilir.

“Kalau mau bangun industri hilir, pemerintah sangat terbuka tapi jika cari lahan, kami tidak merekomendasikan karena lahannya sudah tidak ada lagi,” ucapnya.

Oleh sebab dengan inovasi baru diharapkan industri hilir lebih berkembang dan pengembangan industri sawit ke depannya akan otomatis menekan volume ekspor sebab serapan dalam lokal akan lebih banyak. Selama ini, serapan minyak sawit hanya sekitar 20-30% dari total produksi nasional yang mencapai 23 juta ton.
Jika industri hilir berkembang akan bisa menyerap 50-60% yang otomatis akan meningkatkan jumlah produk hilirnya.  “Hasil produk ini juga tidak mungkin terserap pasar lokal sehingga pengusaha juga akan membidik pasar luar negeri. Tapi sudah berbeda nilainya dari yang selama ini hanya ekspor yang mentah saja,” sebutnya. (rel/mea)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/