27.8 C
Medan
Friday, May 17, 2024

‘Samosir Menangis’, Lepas Para Korban

Sembilan Pelajar Disemayamkan di SMA Negeri 1 Pangururan

Tanggal 10 Oktober adalah hari yang sulit dilupakan masyarakat Samosir khususnya SMA Negeri 1 Pangururan. Kemarin, kesembilan korban kebakaran itu disemayamkan di sekolah. Bagaimana suasananya?

Tepat pukul 10.38 WIB, sembilan unit mobil ambulans memasuki halaman SMA Negeri 1 Pangururan. Di mobil milik Pemkab Samosir itu, kesembilan mayat SMA Negeri 1 Pangururan, korban kebakaran rumah kos di Jalan Adrianus Sinaga, Pangururan, Kabupaten Samosir.

Dari dalam mobil ambulans, setiap peti mati dipikul 6 pelajar SMA Negeri 1 menuju tempat upacara persemayaman yang telah disediakan, Selasa (11/10). Menuju tempat persemayaman, sebanyak 30 orang berpakaian baju pramuka menyambut. Pramuka dibarisan depan, dibarisan belakang 18 orang yang memegang kerangka bunga dan dibarisan paling belakang memegang bendera merah putih sebanyak 10 buah dan 1 diantaranya bendera merah putih ukuran besar.

Setibanya jenazah di sekolah, suara tangisan terdengar bagai gemuruh. Itulah suara guru-guru, siswa dan muspida plus yang hadir termasuk, Kapolres, Kejari dan Wakil Bupati Simalungun.

Dua unit tenda di lapangan disediakan pantia khusus pelepasan jenazah, untuk tempat keluarga korban mengikuti upacara.

Peti korban diletakkan di atas meja yang telah disediakan. Di depan meja dipampangkan satu persatu foto korban. Sementara salibnya disandarkan di depan peti mati. Keluarga korban duduk di kursi dibawa tenda tepatnya dibelakang peti mati.

Wartawan yang melakukan peliputan pun paling banyak menyoroti anak-anak berseragam sekolah yang menangis histeris. Tak sedikit orang yang mengabadikan foto-foto  korban dengan memoto pakai hape.

Di awal acara pemberangkatan jezah sebagai penghormatan terahir, murid SMA Negeri 1 bernyanyi dengan lagu rohai berjudul Lingkupku. Saat bernyanyi itu pun suara tangis kembali menjadi-jadi. Anggota pramuka pun yang memegang karangan bunga dan bendera merah putih ikut menangis histeris.

Kesembilan korban merupakan anggota pramuka. Sebagai penghormatan terahir, anggota pramuka menyanyikan lagu Hymne Satya Pramuka. Selanjutnya upacara berlanjut dengan pemberian karangan bunga unsure Muspida kepada para korban kebakaran, sembari protocol membacakan riwayat hidup singkat tentang korban.

Sebagai renungan bagi yang hadir pada upacara tersebut, Pdt Viktor Sihotang, praese HKBP Distrik 7 Samosir, memberikan penghiburan yang diambil dari Mazmur 50:15. Ia mengatakan tidak ada orang yang memprediksi kematian, termasuk kejadian yang menimpa sembilan murid SMA Negeri 1 Pangururan.

“Saya bilang, Samosir menangis. Kepada siswa- siswi yang meratap dan menangis, saya mengutip khotbah bukan hanya untuk keluarga saja, tapi buat siswa-siswi dan masyarakat Samosir. Berserulah kepada Allah, berserulah kepada Allah ketika menghadapi masalah. Marilah berseru kepada allah,” ajaknya supaya jangan larut dalam kesedian.

Upacara diakhiri dengan pembuatan garam ke peti mati oleh guru-guru dan murid SMA Negeri 1 Pangururan ke setiap peti mati korban. Kemudian jasad dibawa ke rumah duka. Setiap pengantaran jasad korban ke rumah duka, diikuti satu unit mobil rombongan pelajar SMA Nageri 1 Pangururan.

Diselidiki

Penyebab kebakaran empat unit rumah di Jalan Adrianus Sinaga, Samosir, yang mengambil korban sembilan pelajar SMA N 1 Pangururan, masih menjadi misteri. Kapolres Samosir, AKBP EP Sirait belum bisa memastikan penyebab kebakaran itu akibat arus pendek.

Hingga kemarin, petugas Polres Samosir dibantu tim Labfor Poldasu masih melakukan penyelidikan mengungkap penyebab kebakaran. “Kita masih menunggu hasil Labfor dari Poldasu. Sejak semalam mereka sudah melakukan olah tempat kejadian perkara. Kita tunggu saja hasilnya,” ungkap Kapolres, Selasa (11/10).

Sedangkan Masdenar sebagai pemilik rumah yang diduga sebagai tempat asal api, saat ini sudah dimintai keterangan. Masdenar sudah membenarkan, sembilan pelajar SMA yang meninggal adalah anak-anaknya kosnya.
“Peristiwa ini merupakan sejarah buat Samosir. Sayai ikut berkabung, dan tidak mengira akan seperti ini jadinya. Saya atas nama Polri, menyampaikan bela sungkawa,” ujarnya mengakhiri. (osi/smg)

Sembilan Pelajar Disemayamkan di SMA Negeri 1 Pangururan

Tanggal 10 Oktober adalah hari yang sulit dilupakan masyarakat Samosir khususnya SMA Negeri 1 Pangururan. Kemarin, kesembilan korban kebakaran itu disemayamkan di sekolah. Bagaimana suasananya?

Tepat pukul 10.38 WIB, sembilan unit mobil ambulans memasuki halaman SMA Negeri 1 Pangururan. Di mobil milik Pemkab Samosir itu, kesembilan mayat SMA Negeri 1 Pangururan, korban kebakaran rumah kos di Jalan Adrianus Sinaga, Pangururan, Kabupaten Samosir.

Dari dalam mobil ambulans, setiap peti mati dipikul 6 pelajar SMA Negeri 1 menuju tempat upacara persemayaman yang telah disediakan, Selasa (11/10). Menuju tempat persemayaman, sebanyak 30 orang berpakaian baju pramuka menyambut. Pramuka dibarisan depan, dibarisan belakang 18 orang yang memegang kerangka bunga dan dibarisan paling belakang memegang bendera merah putih sebanyak 10 buah dan 1 diantaranya bendera merah putih ukuran besar.

Setibanya jenazah di sekolah, suara tangisan terdengar bagai gemuruh. Itulah suara guru-guru, siswa dan muspida plus yang hadir termasuk, Kapolres, Kejari dan Wakil Bupati Simalungun.

Dua unit tenda di lapangan disediakan pantia khusus pelepasan jenazah, untuk tempat keluarga korban mengikuti upacara.

Peti korban diletakkan di atas meja yang telah disediakan. Di depan meja dipampangkan satu persatu foto korban. Sementara salibnya disandarkan di depan peti mati. Keluarga korban duduk di kursi dibawa tenda tepatnya dibelakang peti mati.

Wartawan yang melakukan peliputan pun paling banyak menyoroti anak-anak berseragam sekolah yang menangis histeris. Tak sedikit orang yang mengabadikan foto-foto  korban dengan memoto pakai hape.

Di awal acara pemberangkatan jezah sebagai penghormatan terahir, murid SMA Negeri 1 bernyanyi dengan lagu rohai berjudul Lingkupku. Saat bernyanyi itu pun suara tangis kembali menjadi-jadi. Anggota pramuka pun yang memegang karangan bunga dan bendera merah putih ikut menangis histeris.

Kesembilan korban merupakan anggota pramuka. Sebagai penghormatan terahir, anggota pramuka menyanyikan lagu Hymne Satya Pramuka. Selanjutnya upacara berlanjut dengan pemberian karangan bunga unsure Muspida kepada para korban kebakaran, sembari protocol membacakan riwayat hidup singkat tentang korban.

Sebagai renungan bagi yang hadir pada upacara tersebut, Pdt Viktor Sihotang, praese HKBP Distrik 7 Samosir, memberikan penghiburan yang diambil dari Mazmur 50:15. Ia mengatakan tidak ada orang yang memprediksi kematian, termasuk kejadian yang menimpa sembilan murid SMA Negeri 1 Pangururan.

“Saya bilang, Samosir menangis. Kepada siswa- siswi yang meratap dan menangis, saya mengutip khotbah bukan hanya untuk keluarga saja, tapi buat siswa-siswi dan masyarakat Samosir. Berserulah kepada Allah, berserulah kepada Allah ketika menghadapi masalah. Marilah berseru kepada allah,” ajaknya supaya jangan larut dalam kesedian.

Upacara diakhiri dengan pembuatan garam ke peti mati oleh guru-guru dan murid SMA Negeri 1 Pangururan ke setiap peti mati korban. Kemudian jasad dibawa ke rumah duka. Setiap pengantaran jasad korban ke rumah duka, diikuti satu unit mobil rombongan pelajar SMA Nageri 1 Pangururan.

Diselidiki

Penyebab kebakaran empat unit rumah di Jalan Adrianus Sinaga, Samosir, yang mengambil korban sembilan pelajar SMA N 1 Pangururan, masih menjadi misteri. Kapolres Samosir, AKBP EP Sirait belum bisa memastikan penyebab kebakaran itu akibat arus pendek.

Hingga kemarin, petugas Polres Samosir dibantu tim Labfor Poldasu masih melakukan penyelidikan mengungkap penyebab kebakaran. “Kita masih menunggu hasil Labfor dari Poldasu. Sejak semalam mereka sudah melakukan olah tempat kejadian perkara. Kita tunggu saja hasilnya,” ungkap Kapolres, Selasa (11/10).

Sedangkan Masdenar sebagai pemilik rumah yang diduga sebagai tempat asal api, saat ini sudah dimintai keterangan. Masdenar sudah membenarkan, sembilan pelajar SMA yang meninggal adalah anak-anaknya kosnya.
“Peristiwa ini merupakan sejarah buat Samosir. Sayai ikut berkabung, dan tidak mengira akan seperti ini jadinya. Saya atas nama Polri, menyampaikan bela sungkawa,” ujarnya mengakhiri. (osi/smg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/