Banjir di Labusel Berlanjut, Ribuan Rumah Terendam
LABUHAN BATU-Banjir di sejumlah daerah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel) terus berlanjut. Setelah merendam sejumlah kawasan di Kota Pinang, ibukota kabupaten setempat, giliran 1.500 rumah warga di Kecamatan Kampung Rakyat terkena luapan Sungai Barumun.
Jalan darat putus total, direndam air dengan ketinggian mencapai satu setengah meter. Dampaknya, warga terpaksa menggunakan jasa warga untuk menyeberangkan sepeda motor dengan tarif Rp100.000.
Pengakuan Ajis pertelepon selular, dirinya sudah beberapa kali berkunjung ke i Dusun Pintasan, Desa Tanjung Medan, guna menyelesaikan pekerjaannya. Warga Rantauprapat tersebut melaporkan bahwa sarana transportasi yang ada hanya sampan. “Naik sampanlah, itupun tidak dapat membawa kenderaan bermotor,” akunya.
Untuk menuju dusun itu, dirinya harus memakai jasa sepuluh orang warga untuk mengangkut sepeda motornya. Bukan hanya sekali, namun sepeda motornya terpaksa harus dua kali diangkut dengan upah masing-masing Rp50.000. “Sekali angkut Rp50.000, jadi kami sudah mengeluarkan biaya Rp100.000 sekali jalan. Banjirnya kali ini sangat parah,” terang Ajis.
Rumah warga bermodel panggung pun sudah ada yang terendam. “Tiang rumahnya rata-rata satu setengah meter, itupun sudah terendam. Banjirnya semakin naik dan sudah merendam tanaman, sekarang ini warga membuat tangga darurat,” katanya lagi.
Kepala Puskesmas Desa Tanjung Medan Adianto SKM menerangkan bahwa banjir saat ini sudah mulai surut, namun begitu ketinggian air masih mencapai 1,4 centimeter. Dijelaskannya, untuk di desanya, 9 dari 12 dusun sudah terendam air, sementara yang paling parah tergenang yakni Dusun Tanjung Mulia.
Ditanya sarana transportasi saat ini, dirinya mengungkapkan warga terpaksa menggunakan boat bermotor jika ingin kedaerah itu dengan besaran biaya mencapai Rp100.000.
“Kalau hanya orang saja Rp50.000. Banjirnya ini sudah sekitar 4 hari lalu. Perhitungan kami ada sekitar 1165 rumah kepala keluarga yang terendam. Kalau serangan penyakit hanya flu biasa dan diobati di posko yang kita dirikan,” terangnya lagi via telepon seluler.
Harga Beras Melambung
Banjir sepekan terakhir, mulai mengganggu sendi-sendi kehidupan warga. Di Kabupaten Labuhanbatu misalnya, harga sembako seperti beras kini naik sekitar Rp5.000 per karung ukuran 10 kilogram.
Seperti halnya beras cap Udang Merah, biasanya satu karung ukuran 10 kilogram sekitar Rp82.000-Rp83.000, kini sudah naik menjadi Rp87.000-Rp88.000. Beberapa pedagang yang ada disekitaran kompleks Pasar Gelugur Rantauprapat mengakui kenaikan makanan pokok tersebut.
Menurut pedagang, kenaikan harga karena pedagang kesulitan mendapatkan pasokan karena kesulitan transportasi akibat banjir dimana-mana. Diprediksi, harga beras dan bahan pertanian lain akan terus melambung karena gagal panen. “Pengangkutan susah, mungkin bakal gagal panen nantinya,” aku Sari Siahaan seorang pedagang beras.
Salah seorang ibu rumah tangga bernama Siti mulai mengeluhkan naiknya harga beras. “Naiknya sampai lima ribuan dan katanya bakal naik lagi, bagaimana nanti ini. Pemerintah ambillah sikap agar harga sembako tidak ikut naik,” harapnya.
Tewas Tertimbun Longsor di Ultah ke 3
Seorang bocah usia 3 tahun, Noverdi Herianto Hulu tewas di ayunan setelah rumahnya di Lorong V Sibura-bura, Desa Tapian Nauli 1, Kecamatan Tapian Nauli, Tapteng ini tertimpa longsor, Minggu (11/11) sekira pukul 06.00 WIB. Bocah periang kelahiran tanggal 11 bulan 11 ini meninggal dunia tepat di hari ulang tahunnya yang ke 3.
Rumah panggung ukuran 4 x 5 meter berdinding papan kediaman keluarga Barani Janolo Hulu (30), rata dengan tanah setelah tertimpa longsor dari kaki bukit Sibura-bura yang berjarak 1 meter dari dinding belakang rumahnya.
Atima Lase (27), ibu Noverdi Herianto Hulu mengaku sudah melihat tanda-tanda bencana. 30 menit sebelum kejadian, dia dan putrinya yang berusia 1 tahun keluar dari rumah untuk melihat longsor yang berjarak 30 meter di bawah rumahnya. Kemudian suaminya Barani Janolo Hulu memanggilnya untuk kembali pulang dan memperhatikan anaknya Noverdi.
Sampai di rumah, Atima Lase melihat Noverdi sedang bermain di ayunan adiknya, dekat dinding belakang rumahnya. Sementara suaminya Barani Janolo Hulu bersama anak pertamanya Ferdiandus Hulu (5) sedang menonton televisi di rungan tengah.
“Tiba-tiba saja longsor itu menghantam rumah kami. Aku bersama putriku tertimpa kayu hingga susah keluar dari reruntuhan rumah. Sedangkan suami dan anak pertamaku tercampak keluar setelah rumah panggungnya roboh. Noverdi tinggal di rumah,” kata ibu tiga anak ini sambil meraba wajah putranya yang sudah terbujur kaku di rumah duka milik abangnya Wardinus Lase sekitar 30 meter dari lokasi kejadian.
Rencananya, korban akan di kebumikan Senin (12/11) di TPU Tapian Nauli 1.
Kepala Desa Tapian Nauli 1, Erwin Sibagariang mengatakan kalau longsor ini terjadi setelah hujan deras menguyur daerah mereka Sabtu (10/11). “Bencana longsor sering terjadi saat musim hujan,” ujar Erwin.
Wakil Bupati Tapteng Sukran J Tanjung SE turun langsung menninjau banjir dan melayat Noverdi Herianto Hulu. Dalam kesempatan itu, Sukran berpesan kepada seluruh warga yang berdomisili di lokasi-lokasi rawan longsor agar waspada, mengingat musim hujan yang terjadi belakangan ini. (mag-16/cr-1/smg)