30.5 C
Medan
Thursday, October 10, 2024
spot_img

Tak Pikir Operasi Katarak Itu Mata Dicongkel, Dicuci Trus Dimasukin Lagi, Hahaha…

Foto: Dame/sumutpos.co Delmiwati Nasution, ibu rumah tangga yang ikut operasi katarak gratis di RS Tentara Siantar, Rabu (20/1/2916l.
Foto: Dame/sumutpos.co
Delmiwati Nasution (kanan), ibu rumah tangga yang ikut operasi katarak gratis di RS Tentara Siantar, Rabu (20/1/2916l.

Mendengar kata operasi, kebanyakan orang awam pasti membayangkan adegan dokter memegang pisau bedah, lantas menyayat bagian yang mau dioperasi, dan darah pun memercik… Tuh seperti di film-film. Delmiwati Nasution juga membayangkan hal yang sama. Bahkan imaginasinya lebih parah lagi. Mendengar kata operasi katarak, ia membayangkan matanya bakal dicongkel keluar. Arggghhhh…

—————————-
Dame Ambarita, Sumut Pos
—————————-

“Iya… saat pertama mendengarkan informasi mengenai operasi katarak gratis ini, saya langsung takut. Saya pikir, apa nanti mataku bakal dicongkel keluar, trus dicuci, dibersihkan, baru dimasukkan lagi ya? Serem saya…,” kisahnya sambil menengadahkan wajahnya ke langit-langit ruang pemulihan, menuruti perintah dokter agar sebisa mungkin tidur telentang pasca operasi katarak yang dialaminya, Rabu (20/1/2016).

Nggak sekalian bayangin biji matanya disikat dan dirinso?
“Hahahaha…, ” ibu rumah tangga berusia 47 tahun yang tinggal di Jalan Merbau Rantauprapat itu tertawa malu… tapi tak membantah.

Meski ikut operasi katarak gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar, 19-21 Januari 2016, kata dokter, sebenarnya mata ibu ini tidak kena katarak. Tetapi Pterygium, yang disebabkan HPV (human papiloma virus), yakni pertumbuhan jaringan di lapisan luar bagian putih mata.

Seharusnya penyakit pterygium tidak menjadi sasaran program operasi katarak gratis Martabe. Namun dokter memutuskan bersedia mengikis pterygiumnya, agar tidak sia-sia dia datang jauh-jauh dari Labuhanbatu ke Siantar.

Ibu berkulit sawomatang ini lantas berkisah, delapan tahun lalu ia merasa matanya berlendir, tetapi lendirnya tak bisa hilang meski dikucek-kucek.

“Membaca sebentar, mata langsung berair. Lihat ke sinar matahari terik, juga pedih dan berair,” ungkapnya.

Jika hanya kesulitan membaca, ia masih bisa menahan derita. Persoalannya, ia juga bekerja mencari nafkah sebagai pembabat rumput di perusahaan perkebunan, menggunakan parang. Meleng dikit, bahaya terluka mengintai. Sedangkan pekerjaan sampingannya sebagai tukang cuci di rumah orang lain masih bisa ditanganinya meski pandangan sedikit kabur. “Saya mengatasinya dengan memakai kacamata,” kata ibu 4 anak ini.

Beruntung, setelah delapan tahun menahan sakit di mata, ia mendapat kabar gembira dari Sekdes di Desa Aek Tapa Kecamatan Aek Tapa, Labuhanbatu. Sang Sekdes datang langsung ke rumahnya dan menyatakan dirinya sudah didaftarkan ikut operasi katarak di RS Tentara Pematangsiantar.

Tentu saja ia senang meski didaftarkan tanpa persetujuan. “Habis, gratis…,” katanya tertawa lagi.

Meski senang, ia dilanda rasa takut juga. Karena imaginasinya yang dramatis tentang mata bakal dicongkel, dicuci… trus dimasukin lagi itu. “Tapi daripada buta?” pikirnya.

Maka setelah discreening di Kodim Labuhanbatu November lalu, ia bersiap-siap mengikuti operasi di Siantar.

Apa saja persiapannya?
“Ya berdoa menguatkan hati agar tegar sebelum dioperasi, membawa sedikit uang untuk beli makanan, sekalian bawa bontot untuk dua kali makan. Biar hemat,” cetusnya.

Persiapan itu dilakukannya karena mereka tidak diinformasikan jika konsumsi pasien dan pendamping –selain biaya operasi–, juga ditanggung pihak donatur yakni Tambang Emas Martabe.

Jadi, bontotnya terbuang dong karena makanan ternyata disediakan?
“Ya nggak.. bontotnya dimakan jugalah,” katanya cengengesan.

Didampingi suaminya yang bekerja sebagai petani, Delmiwati pun ikut rombongan Kodim Labuhanbatu ke Siantar. Doanya terkabul, ia tidak lemas jelang dioperasi. “Malah suami yang demam. Hahahaha…,” kekehnya
Lantas.. bagaimana rasanya saat dioperasi?
“Ternyata nggak sakit. Memang terasa ada yang dikikis dari mata kita. Tapi tidak sakit. Dan… mata tidak dicongkel keluar,” katanya mesem-mesem.

Foto: Dame/sumutpos.co Pasien operasi katarak gratis di RS Tentara Pematang Siantar senang menerima kaus dari Tambang Emas Martabe. Seorang pasien disalam oleh relawan Martabe.
Foto: Dame/sumutpos.co
Pasien operasi katarak gratis di RS Tentara Pematang Siantar senang menerima kaus dari Tambang Emas Martabe. Seorang pasien disalam oleh relawan Martabe.

Ia mengaku sangat beruntung mendapat informasi mengenai operasi gratis ini. Pasalnya, banyak orang yang dikenalnya yang tidak seberuntung dirinya dapat informasi, padahal menderita katarak dan tidak mampu membayar operasi.

“Kami semua merasa sangat terbantu dengan operasi ini. Terima kasih buat perusahaan yang menanggung biayanya. Semoga penderita lainnya berkesempatan operasi gratis seperti saya,” harapnya. (*)

Foto: Dame/sumutpos.co Delmiwati Nasution, ibu rumah tangga yang ikut operasi katarak gratis di RS Tentara Siantar, Rabu (20/1/2916l.
Foto: Dame/sumutpos.co
Delmiwati Nasution (kanan), ibu rumah tangga yang ikut operasi katarak gratis di RS Tentara Siantar, Rabu (20/1/2916l.

Mendengar kata operasi, kebanyakan orang awam pasti membayangkan adegan dokter memegang pisau bedah, lantas menyayat bagian yang mau dioperasi, dan darah pun memercik… Tuh seperti di film-film. Delmiwati Nasution juga membayangkan hal yang sama. Bahkan imaginasinya lebih parah lagi. Mendengar kata operasi katarak, ia membayangkan matanya bakal dicongkel keluar. Arggghhhh…

—————————-
Dame Ambarita, Sumut Pos
—————————-

“Iya… saat pertama mendengarkan informasi mengenai operasi katarak gratis ini, saya langsung takut. Saya pikir, apa nanti mataku bakal dicongkel keluar, trus dicuci, dibersihkan, baru dimasukkan lagi ya? Serem saya…,” kisahnya sambil menengadahkan wajahnya ke langit-langit ruang pemulihan, menuruti perintah dokter agar sebisa mungkin tidur telentang pasca operasi katarak yang dialaminya, Rabu (20/1/2016).

Nggak sekalian bayangin biji matanya disikat dan dirinso?
“Hahahaha…, ” ibu rumah tangga berusia 47 tahun yang tinggal di Jalan Merbau Rantauprapat itu tertawa malu… tapi tak membantah.

Meski ikut operasi katarak gratis “Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe di Rumah Sakit Tentara Pematangsiantar, 19-21 Januari 2016, kata dokter, sebenarnya mata ibu ini tidak kena katarak. Tetapi Pterygium, yang disebabkan HPV (human papiloma virus), yakni pertumbuhan jaringan di lapisan luar bagian putih mata.

Seharusnya penyakit pterygium tidak menjadi sasaran program operasi katarak gratis Martabe. Namun dokter memutuskan bersedia mengikis pterygiumnya, agar tidak sia-sia dia datang jauh-jauh dari Labuhanbatu ke Siantar.

Ibu berkulit sawomatang ini lantas berkisah, delapan tahun lalu ia merasa matanya berlendir, tetapi lendirnya tak bisa hilang meski dikucek-kucek.

“Membaca sebentar, mata langsung berair. Lihat ke sinar matahari terik, juga pedih dan berair,” ungkapnya.

Jika hanya kesulitan membaca, ia masih bisa menahan derita. Persoalannya, ia juga bekerja mencari nafkah sebagai pembabat rumput di perusahaan perkebunan, menggunakan parang. Meleng dikit, bahaya terluka mengintai. Sedangkan pekerjaan sampingannya sebagai tukang cuci di rumah orang lain masih bisa ditanganinya meski pandangan sedikit kabur. “Saya mengatasinya dengan memakai kacamata,” kata ibu 4 anak ini.

Beruntung, setelah delapan tahun menahan sakit di mata, ia mendapat kabar gembira dari Sekdes di Desa Aek Tapa Kecamatan Aek Tapa, Labuhanbatu. Sang Sekdes datang langsung ke rumahnya dan menyatakan dirinya sudah didaftarkan ikut operasi katarak di RS Tentara Pematangsiantar.

Tentu saja ia senang meski didaftarkan tanpa persetujuan. “Habis, gratis…,” katanya tertawa lagi.

Meski senang, ia dilanda rasa takut juga. Karena imaginasinya yang dramatis tentang mata bakal dicongkel, dicuci… trus dimasukin lagi itu. “Tapi daripada buta?” pikirnya.

Maka setelah discreening di Kodim Labuhanbatu November lalu, ia bersiap-siap mengikuti operasi di Siantar.

Apa saja persiapannya?
“Ya berdoa menguatkan hati agar tegar sebelum dioperasi, membawa sedikit uang untuk beli makanan, sekalian bawa bontot untuk dua kali makan. Biar hemat,” cetusnya.

Persiapan itu dilakukannya karena mereka tidak diinformasikan jika konsumsi pasien dan pendamping –selain biaya operasi–, juga ditanggung pihak donatur yakni Tambang Emas Martabe.

Jadi, bontotnya terbuang dong karena makanan ternyata disediakan?
“Ya nggak.. bontotnya dimakan jugalah,” katanya cengengesan.

Didampingi suaminya yang bekerja sebagai petani, Delmiwati pun ikut rombongan Kodim Labuhanbatu ke Siantar. Doanya terkabul, ia tidak lemas jelang dioperasi. “Malah suami yang demam. Hahahaha…,” kekehnya
Lantas.. bagaimana rasanya saat dioperasi?
“Ternyata nggak sakit. Memang terasa ada yang dikikis dari mata kita. Tapi tidak sakit. Dan… mata tidak dicongkel keluar,” katanya mesem-mesem.

Foto: Dame/sumutpos.co Pasien operasi katarak gratis di RS Tentara Pematang Siantar senang menerima kaus dari Tambang Emas Martabe. Seorang pasien disalam oleh relawan Martabe.
Foto: Dame/sumutpos.co
Pasien operasi katarak gratis di RS Tentara Pematang Siantar senang menerima kaus dari Tambang Emas Martabe. Seorang pasien disalam oleh relawan Martabe.

Ia mengaku sangat beruntung mendapat informasi mengenai operasi gratis ini. Pasalnya, banyak orang yang dikenalnya yang tidak seberuntung dirinya dapat informasi, padahal menderita katarak dan tidak mampu membayar operasi.

“Kami semua merasa sangat terbantu dengan operasi ini. Terima kasih buat perusahaan yang menanggung biayanya. Semoga penderita lainnya berkesempatan operasi gratis seperti saya,” harapnya. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/