SUMUTPOS.CO – SETAHUN belakangan, nelayan tradisional di wilayah pesisir Tanjung Beringin Serdang Bedagai mengeluh. Itu karena menurunnya hasil tangkapan ikan yang diakibatkan cuaca buruk. Selain itu, nelayan pengguna pukat trawl semakin marak.
“Selain dipicu cuaca buruk, maraknya pukat trawl menambah parah kondisi hasil tangkapan nelayan,” Kata Syahril(46) pedagang ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bedagai, Desa Tebingtinggi, Kecamatan Tanjungberingin, Minggu (12/3) pagi.
Akibat sulitnya tangkapan, harga ikan melambung tinggi. Seperti ikan gembung kuring, biasanya hanya Rp25 ribu per kg sekarang naik mencapai Rp40 ribu per kg.
Kemudian ikan gembung kedah, harga biasa Rp18 ribu per kg naik menjadi Rp35 ribu. “Begitu juga harga ikan tongkol. Biasa harga kisaran Rp20 ribu per kg sekarang naik Rp30 ribu,” ujarnya.
Dampaknya bagi nelayan sangat terasa. Sebab, hampir 70 persen warga Tanjung Beringin berprofesi sebagai nelayan.
Keluhan sulitnya mencari ikan telah disampaikan kepada pemerintah setempat. “Keliling kami di laut tapi hasilnya tidak pernah memuaskan. Yah untuk saat ini biasalah, angin kencang jadi nelayan tidak berani melaut,” tukasnya.
“Tapi, disaat seperti ini pukat trawl dan pukat apung masih beroperasi di laut ini. Kondisi inilah yang kami tidak terima. Karena semua ikan beserta terumbu karang yang ada di dalam laut rusak,” tutur Agus (35) nelayan Bedagai kepada Sumut Pos.
Menurutnya, kondisi ini mengakibatkan ikan tidak bisa berkembang biak secara baik. Sebab, lingkungan berkembang biak ikan sudah hancur.
“Kami sebagai nelayan berharap kepada pemerintah agar menindak tegas bagi para nelayan yang masih menggunakan pukat trawl dan pukat apung,” tandasnya disela-sela memperbaiki jaring ikan.(sur/ala)