26.7 C
Medan
Wednesday, May 8, 2024

Mahasiswi Tewas di Pelaruga Sei Bingai, Sempat Disuruh Putar Balik oleh Petugas Penyekatan

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kota Binjai dan Kabupaten Langkat pada sepekan belakangan diterpa cuaca buruk, hujan deras disertai angin kencang. Namun, Pemandian Alam Rumah Galuh (Pelaruga), yang menjual kejernihan aliran air Sungai Lau Berte di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, tetap menerima wisatawan lokal yang ingin menikmati wisata alam.

EVAKUASI: Petugas Basarnas saat mengevakuasi jasad korban di Pelaruga, Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Minggu (12/9).TEDDY AKBARI/SUMUT POS.

Nahas bagi mahasiswi satu perguruan tinggi negeri di Kota Medan, KAH (21), hanyut terseret arus derasi sungai dan menghilang, Sabtu (11/9) lalu.

KAH bersama 3 temannya, NH (21), SAS (21), dan DL (21) adalah warga asal Kabupaten Asahan, yang merupakan mahasiswi sedang memasuki semester akhir, serta menuntaskan kesempatan penelitian dan pengabdian ke masyarakat.

Bermaksud liburan di tengah pandemi, mereka pun mengunjungi Pelaruga, Sei Bingai, Langkat. Sabtu (11/9) sekira pukul 11.00 WIB, mereka berangkat dari kost di Medan Sunggal. Mereka berempat mengendarai 2 sepeda motor.

Kasubbag Humas Polres Binjai, AKP Siswanto Ginting mengatakan, rombongan sudah diminta putar arah oleh petugas penyekatan wisata di Desa Emplasemen, Kwala Mencirim, Sei Bingai, Langkat. Pasalnya, Pemkab Langkat melarang tempat wisata beroperasi selama dinyatakan PPKM Level 3. Juga melarang adanya gelaran resepsi pernikahan.

“Korban dan kawan-kawan sudah disuruh pulang,” ungkap Siswanto, Minggu (12/9).

Namun, rombongan korban tak kehabisan akal. Mereka yang mengetahui keindahan alam Pelaruga dari media sosial, juga berkenalan dengan seorang pemandu wisata, TP (20). Singkat cerita, TP mendapat kabar dari rombongan korban yang sudah berada di sekitaran Sei Bingai. TP pun menjemputnya, seraya menyamar sebagai warga lokal, dan akhirnya lolos dari pos penyekatan. Rombongan pun tiba di pos objek wisata Paradise of Jungle, dan membayar Rp50 ribu kepada TP.

“Sekitar pukul 13.30 WIB, korban dan kawan-kawan tiba di Kolam Abadi, Sungai Lau Bertu, Dusun 1, Desa Rumah Galuh. Dan menikmati pemandian alam dengan mengenakan jaket pelampung didampingi TP. Namun sekira pukul 15.00 WIB, hujan mulai turun, dan air sungai naik, yang mengakibatkan korban bersama rekannya terbawa arus sungai,” tutur Siswanto.

TP pun berusaha menolong. Nahas bagi korban. Sementara 3 temannya yang selamat, dibawa naik ke pos objek wisata Paradise of Jungle.

“Korban yang hanyut, dilakukan pencarian, dibantu warga sekitar. Dan juga menghubungi Polsek Sei Bingai, mengabarkan peristiwa tersebut,” imbuhnya.

Kanit Reskrim Polres Binjai Ipda M Ketaren, dan anggota, tiba di lokasi pos objek wisata Paradise of Jungle.

“Setibanya Polsek Sei Bingai di lokasi, proses pencarian masih dilakukan, dan kondisi korban belum juga diketahui. Cuaca saat itu sedang hujan dan waktu jelang gelap (malam), proses pencarian akhirnya dilanjutkan besok paginya,” kata Siswanto lagi.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kota Medan, pun ikut turun membantu proses pencarian korban pada pagi harinya. Akhirnya, jasad korban ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, berjarak lebih kurang 200 meter dari lokasi pertama korban hanyut, atau Kolam Teroh-teroh, Minggu (12/9) sekira pukul 08.00 WIB.

Menurut Siswanto, korban ditemukan tersangkut di batang pohon yang tumbang membentang di sungai. Korban kemudian dievakuasi dan dibawa ke Puskesmas Namu Ukur, menggunakan ambulans, dan pengawalan mobil patroli Polsek Sei Bingai, untuk dilakukan visum luar.

Atas kejadian tersebut, Polsek Sei Bingai telah melakukan koordinasi kepada pihak keluarga. Oleh pihak keluarga korban, menolak dilakukan otopsi dan membuat surat pernyataan.

“Pihak keluarga telah menyatakan ikhlas atas kejadian tersebut, yakni meninggal karena hanyut, bukan karena kriminal, dan tidak akan menuntut di kemudian hari. Kemudian jasad korban telah diserahkan kepada keluarga untuk dikebumikan,” jelas Siswanto.

Sementara itu, Dodi Riswanda Sitorus yang merupakan sahabat orangtua korban, menjelaskan, jenazah korban ditemukan tak jauh dari lokasi kejadian.

“Korban seorang tahfidz, dan jenazahnya telah berhasil ditemukan tadi pagi (Minggu), sekitar jam 7.30 WIB, tidak jauh dari lokasi kejadian,” katanya.

Dodi juga menjelaskan, mahasiswi asal Kabupaten Asahan itu, merupakan putri Ustad Hadira Fitra Hasibuan, warga Kelurahan Sentang, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan. (ted/dat/saz)

BINJAI, SUMUTPOS.CO – Kota Binjai dan Kabupaten Langkat pada sepekan belakangan diterpa cuaca buruk, hujan deras disertai angin kencang. Namun, Pemandian Alam Rumah Galuh (Pelaruga), yang menjual kejernihan aliran air Sungai Lau Berte di Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, tetap menerima wisatawan lokal yang ingin menikmati wisata alam.

EVAKUASI: Petugas Basarnas saat mengevakuasi jasad korban di Pelaruga, Desa Rumah Galuh, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Minggu (12/9).TEDDY AKBARI/SUMUT POS.

Nahas bagi mahasiswi satu perguruan tinggi negeri di Kota Medan, KAH (21), hanyut terseret arus derasi sungai dan menghilang, Sabtu (11/9) lalu.

KAH bersama 3 temannya, NH (21), SAS (21), dan DL (21) adalah warga asal Kabupaten Asahan, yang merupakan mahasiswi sedang memasuki semester akhir, serta menuntaskan kesempatan penelitian dan pengabdian ke masyarakat.

Bermaksud liburan di tengah pandemi, mereka pun mengunjungi Pelaruga, Sei Bingai, Langkat. Sabtu (11/9) sekira pukul 11.00 WIB, mereka berangkat dari kost di Medan Sunggal. Mereka berempat mengendarai 2 sepeda motor.

Kasubbag Humas Polres Binjai, AKP Siswanto Ginting mengatakan, rombongan sudah diminta putar arah oleh petugas penyekatan wisata di Desa Emplasemen, Kwala Mencirim, Sei Bingai, Langkat. Pasalnya, Pemkab Langkat melarang tempat wisata beroperasi selama dinyatakan PPKM Level 3. Juga melarang adanya gelaran resepsi pernikahan.

“Korban dan kawan-kawan sudah disuruh pulang,” ungkap Siswanto, Minggu (12/9).

Namun, rombongan korban tak kehabisan akal. Mereka yang mengetahui keindahan alam Pelaruga dari media sosial, juga berkenalan dengan seorang pemandu wisata, TP (20). Singkat cerita, TP mendapat kabar dari rombongan korban yang sudah berada di sekitaran Sei Bingai. TP pun menjemputnya, seraya menyamar sebagai warga lokal, dan akhirnya lolos dari pos penyekatan. Rombongan pun tiba di pos objek wisata Paradise of Jungle, dan membayar Rp50 ribu kepada TP.

“Sekitar pukul 13.30 WIB, korban dan kawan-kawan tiba di Kolam Abadi, Sungai Lau Bertu, Dusun 1, Desa Rumah Galuh. Dan menikmati pemandian alam dengan mengenakan jaket pelampung didampingi TP. Namun sekira pukul 15.00 WIB, hujan mulai turun, dan air sungai naik, yang mengakibatkan korban bersama rekannya terbawa arus sungai,” tutur Siswanto.

TP pun berusaha menolong. Nahas bagi korban. Sementara 3 temannya yang selamat, dibawa naik ke pos objek wisata Paradise of Jungle.

“Korban yang hanyut, dilakukan pencarian, dibantu warga sekitar. Dan juga menghubungi Polsek Sei Bingai, mengabarkan peristiwa tersebut,” imbuhnya.

Kanit Reskrim Polres Binjai Ipda M Ketaren, dan anggota, tiba di lokasi pos objek wisata Paradise of Jungle.

“Setibanya Polsek Sei Bingai di lokasi, proses pencarian masih dilakukan, dan kondisi korban belum juga diketahui. Cuaca saat itu sedang hujan dan waktu jelang gelap (malam), proses pencarian akhirnya dilanjutkan besok paginya,” kata Siswanto lagi.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kota Medan, pun ikut turun membantu proses pencarian korban pada pagi harinya. Akhirnya, jasad korban ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa, berjarak lebih kurang 200 meter dari lokasi pertama korban hanyut, atau Kolam Teroh-teroh, Minggu (12/9) sekira pukul 08.00 WIB.

Menurut Siswanto, korban ditemukan tersangkut di batang pohon yang tumbang membentang di sungai. Korban kemudian dievakuasi dan dibawa ke Puskesmas Namu Ukur, menggunakan ambulans, dan pengawalan mobil patroli Polsek Sei Bingai, untuk dilakukan visum luar.

Atas kejadian tersebut, Polsek Sei Bingai telah melakukan koordinasi kepada pihak keluarga. Oleh pihak keluarga korban, menolak dilakukan otopsi dan membuat surat pernyataan.

“Pihak keluarga telah menyatakan ikhlas atas kejadian tersebut, yakni meninggal karena hanyut, bukan karena kriminal, dan tidak akan menuntut di kemudian hari. Kemudian jasad korban telah diserahkan kepada keluarga untuk dikebumikan,” jelas Siswanto.

Sementara itu, Dodi Riswanda Sitorus yang merupakan sahabat orangtua korban, menjelaskan, jenazah korban ditemukan tak jauh dari lokasi kejadian.

“Korban seorang tahfidz, dan jenazahnya telah berhasil ditemukan tadi pagi (Minggu), sekitar jam 7.30 WIB, tidak jauh dari lokasi kejadian,” katanya.

Dodi juga menjelaskan, mahasiswi asal Kabupaten Asahan itu, merupakan putri Ustad Hadira Fitra Hasibuan, warga Kelurahan Sentang, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan. (ted/dat/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/