
Safril Guci memamerkan kemampuannya mengenali uang dari jarak 60 cm, usai operasi katarak gratis yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, karena sekarang sudah kembali mengenali nilai uang. Foto dijepret Sabtu (10/12/2016).
Selama di rumah sakit, ia terlihat lebih banyak diam namun aktif memperhatikan. Istilah orang Batak: mata guru, roha sisean (mata jadi guru, hati jadi muridnya). Cukup dengan melihat cara pasien di depannya, dan mendengar penjelasan relawan di dekatnya, ia langsung mengikuti. Tidak sibuk bertanya ke sana ke mari.
Saat dop penutup kedua matanya yang dioperasi dibuka, ia kegirangan. “Rasanya enak sekali.. langsung melihat jelas,” celotehnya semangat.
Saat diminta berpose dengan gaya: ‘mengenali uang di depan hidung’, ia langsung atur posisi. “Begini ni… itupun sering salah liat,” cetusnya mendekatkan uang lima ribuan ke matanya.
Saat uang 20 ribuan dilambaikan dari jarak dua meter di hadapannya, ia ternyata mampu mengenali. “Sekarang tidak perlu khawatir lagi salah membeli uang kembalian,” katanya senang bukan kepalang.

Safril Guci diperiksa relawan A New Vision, sebelum diizinkan pulang usai operasi katarak gratis yang digelar Tambang Emas Martabe di RS Tentara Padangsidimpuan, Sabtu (10/12/2016).
Pada pemeriksaan terakhir sebelum pulang, ia berjalan dengan gagah. Tidak butuh dituntun seperti sejumlah pasien lain.
Ditanya apa rencananya setelah matanya kembali normal, Pak Safril menjawab: tetap jadi loper koran.
“Soalnya, saya suka membaca berita. Jualan koran ‘kan bisa baca gratis. Hehehe,” kekehnya.
Media yang paling sering dibacanya adalah harian Metro Tabagsel. Alasannya: banyak isu daerah di dalamnya.
“Tahu banyak isu daerah dong Pak?”
“Mudah-mudahan,” jawabnya percaya diri.
Ia l berharap bisa naik sepeda motor dalam waktu dekat. Agar langganannya bisa lebih luas lagi. Kalau bisa, kembali seperti semula.
“Semoga bisa kembali menabung minimal Rp30 ribu per hari, untuk pendidikan anak dan persiapan hari tua,” doanya.
Amin, Pak. (mea)